Aku berjalan menyusuri Flatiron District NY , 7th Avenue, melintasi 16th Street, 17th Street, kemudian menyeberang menyusuri 19th Street, menuju 6th Avenue. Aku langsung berbelok menuju 20th Street begitu tiba di jalan besar 6th Avenue dan terus melangkah memasuki diskotek. Tampak antrean panjang di pintu masuk. Aku melewati antrean itu dan langsung mendekati seorang penjaga pintu, berbisik di telinga penjaga bersosok gempal itu seraya menyelipkan pecahan USD 20. Wajah lelaki itu tampak tersenyum. Aku langsung melintas di depannya dan masuk. Di dalam, dentuman lagu hip hop, latin, dan rap berbaur menjadi satu. Wajah-wajah sarat hasrat hidup meliukkan tubuh mengikuti irama. Sebagian besar berpelukan dan saling mencabik bibir dalam ciuman. Aku senyum aja.
Dari jauh aku melihat Ella. Ia berhenti sejenak. Dia sibuk dengan handphone di dalam genggaman tangannya. Ia tampak mengangguk-angguk sejenak. Kemudian ia memasukkan handphone itu ke dalam tasnya. Wajahnya berbinar cerah. Ia tampak tak sabar menunggu giliran penitipan mantel. Barulah aku tahu pakaian yang dikenakannya di balik mantel panjang. Rok pendek warna coklat beludru dan atasan tanpa lengan berkerah shanghai warna lavender. Ia mengenakan sepatu boot yang menutupi betis. Legging hitam tampak membalut kakinya.
Dia bergegas melintasi lorong yang mengantarkannya menuju ruang balkon. Di bawahnya, ia melihat kerumunan orang-orang yang mengentakkan tubuh seiring dengan detak jantung yang menggema mengikuti suara musik. Kaki jenjangnya melangkah menuruni tangga. Dalam beberapa detik, ia sudah membaurkan diri dengan lautan manusia di bawah sana. Aku hanya bisa memandanginya dari balkon. Mengeratkan genggaman tanganku ke pinggiran terali. Dari atas, kulihat dia tampak didekati seorang lelaki yang menggamit pinggangnya. Gerahamku mengeras.
“ Kamu..! Suaranya setengah menjerit di telingaku yang memeluknya dari samping. Dia balas memelukku. Teman prianya berlalu. Sepertinya hanya kenal di Bar ini saja.’ Aku tarik tanganya keluar dari Bar itu. Dia hanya pasrah. “ Ini malam minggu. Saya janji akan datang ke hotel kamu besok pagi.” Katanya setengah mengerutu. Karena kesenangannya aku ganggu.
“Aku minta kamu focus dengan hidup kamu " kataku kesal.
“ Kamu tidah paham menjadi orang tua. Usiaku 23 tahun. Bukan anak anak lagi. Pahami itu” Katanya ketus saat aku pagut tangannya. Aku telp kendaraan kantor untuk jemput. Tak berapa lama kendaraan Limo datang. Tanpa aku perintah dia masuk ke dalam kendaraan. Usia Ella memang masih belia untuk ukuran seorang ahli financial engineering. Dia jago Program algoritma. Termasuk jenius. Tom memberinya posisi di AMG sebagai Head of investment khusus portfolio digital. Tetapi kelakuan urakan dan bergaul dengan kalangan bawah tidak bisa dia hilangkan. “ Aku besar di jalanan dan itu tidak akan mudah mengubahku.” Katanya satu waktu.
Sampai di kamar hotel aku beri sebotol mineral water. Dia habiskan sekali tenggak. Aku tahu dia lebih suka vodka. “ Kalau kamu mau terus di jalanan. Pergi sekarang. “ Kataku mengarahkan telunjuk ke pintu kamar hotel “ Jangan pernah datang lagi. Aku ingin melihat kamu dengan gagah meninggalkan aku. Ayolah lakukan sekarang” Sambungku. Dia terdiam
“ Beri aku kebabasan menentukan portfolio investasi untuk rencana penerbitaan product investasi hedge fund dan itu termasuk starategi investasinya. Kalau tidak, sekarang aku keluar dari ruangan ini. “ Katanya tegas. Aku tatap dia dengan seksama. Dia sampai salah tingkah. “ Mengapa? kamu tidak mau diatur dalam management? tanyaku.
“ Bagiku kebebasan lebih penting daipada apapun. Ini Amerika, bukan Asia. Kami tidak merasa rendah bila harus tinggal di pinggir jalan. Itu lebih terhormat daripada hidup dalam batasan menjerat kebebasan. “ Katanya. Huh american style banget. Anak muda lagi. Tetapi dia berkata seperti itu di hadapan batasan daun pintu. Kalau aku tolak kebebasannya, dia tidak sungkan pergi ke arah pintu dan selesai. Dia tidak peduli dengan gaji USD 250.000/setahun. Dia challenge saya.
“ Ok saya setuju. Mulai hari ini kamu saya beri kebebasan” kataku. Dia tersenyum. “ sekarang saya mau dengar apa rencana kamu? tanyaku.
“ Saya mau ambil bagian dalam program akuisisi Walt Disney terhadap bisnis media milik Rupert Murdoch. Tetapi tidak berinvestasi pada medianya. Berinvestasi pada infrastruktur bisnis media. “ Katanya dan sekarang dia mulai serius.
“ Mengapa ?
“ Progam akuisisi Itu lebih daripada mengejar pride. Ongkos terlalu mahal sekedar menumbangkan raja media seperti Rupert Murdog. “Katanya menyeringai. “ So..” Aku semakin penasaran. “ Memang masa depan ada pada streaming. Kalau mereka ingin jadikan koleksi film dan acara TV sebagai konten platform streaming, program akuisisi itu juga terlalu mahal. “ Katanya. Dia terdiam sambil menatap ke arah jendela kamar hotel. Dia berdiri dan ambil minuman mineral di kulkas.
“ Saya mau ambil alih Smart studio yang sedang mengembangkan tekhnologi VFX. Yang menggunakan AI untuk Kamera. Teknologi Volume yang menggunakan dinding LED untuk memadukan elemen live-action dan digital secara mulus, sehingga secara signifikan mempercepat produksi VFX. Tekhnologi IoT sebagai solusi menegement ke dalam set film, membantu pemantauan kru, pelacakan peralatan, dan berpotensi memperkaya pengalaman menonton penonton dengan konten yang dipersonalisasi dan sadar lokasi.
Dengan pengembangan Tekhnologi Real-Time Rendering akan mempercepat alur kerja CGI, memungkinkan pembuat film melihat dan menyesuaikan interaksi antara elemen digital dan fisik secara instan. Dengan tekhnologi 3D Previsualization, replika digital set fisik yang imersif dalam praproduksi, pravisualisasi 3D meningkatkan presisi desain dan perencanaan logistik. Nah dengan tekhnologi Algorithmic Video Editing, menyederhanakan pascaproduksi melalui pemrograman komputer. Ini menggabungkan ilmu pengetahuan modern dengan prinsip-prinsip penyuntingan sejarah dan menawarkan kemungkinan tak terbatas untuk penyuntingan yang tepat.
Nah kamu bisa bayangkan. Dengan tekhnologi tersebut, Film sudah dikelola secara industri penuh. Dalam setahun bisa membuat film 100 kali dari apa yang mampu dikerjakan oleh Twenty-First Century Fox Inc dalam 5 tahun. 100 kali lebih murah dari yang dibelanjakan FOX untuk produksi satu film. Kreatifitas tidak ada batas. Langit tiada ada batas.” Kata Ella.
Luar biasa. Memang smart anak ini. Dalam dunia hedge fund, berinvestasi pada penyediaan infrastruktur mineral tambang jauh lebih menguntungkan dan secure daripada punya konsesi tambang itu sendiri. Tanpa infrastrutur logistik, alat berat, tekhnologi smelting tidak ada kekayaan tambang yang bisa dijadikan uang. Dan Pendapatan jasa infrastruktur itu dalam 6 bulan investasi bisa return. Kalau deposit tambang habis, penyedia infrastruktur sudah untung berlipat.
Aku tersenyum menatapnya. “ Mari huge me.” Katakua. Dia menghambur dalam pelukan “ Saya percaya kamu, Kerjakan dengan cara kamu.”
“ Tapi apa mungkin? Katanya melepas pelukanku. Dia keliatan bingung. “ Saya pastikan rencana kamu sukses “ Kataku. Diapun tersenyum puas.” Thank my dad” Katanya manja.
***
Dua tahun kemudian aku dapat kabar bahwa Ella sukses meluncurkan produk Digital future investment fund. 25 top prime bank bertindak sebagai agent. 2 Global asset manager Group terlibat sebagai underwriter. Lewat 144 A berhasil menggalang dana USD 12 miliar. Tom mengatur pertemuan saya denga Bob dari Disney. “ Saya perlu 10% cash dari total dana akuisisi USD 75 miliar. Sisanya saya dapatkan dari konsorsium bank dan investment banker. Apa mungkin saya dapat dari anda” Kata Bob.
“ Apa mungkin saya dapatkan semua supply chain tekhnologi Fox dan saya kembangkan untuk mendukung bisnis anda? tanyaku balik. Dia salami saya. “ ini yang saya suka dengan anda. Selalu utamakan koloborasi dan sinergi atas dasar spesialisasi” Jawabnya. Deal terjadi tahun 2017. Beberapa bulan kemudian atau sebelum natal, kesepakatan akuisisi Fox oleh Disney terjadi.
Selanjutnya Team Tom mulai beraksi ambil semua tekhnologi Disney. Setelah Disney transfer asset teknologi smart studio kepada Tom, tentu Disney tidak akan lagi dibebani biaya tetap karyawan, dan biaya penyusutan riset serta peralatan. Namun sejak itu hidup mati Disney ditentukan oleh Tom.
Sejak Covid, platform Streaming semakin diminati konsumen. Bebarapa provider film streaming mengalihkan penyediaan konten lewat Smart Studio. Pendapatan dari platform streaming 10 kali dari member fee langgaran dan 1000 kali dari penjualan ticket bioskop.
Tahun 2022, Digital future investment fund sukses akuisisi Smart studio di Korea dan Eropa yang mendukung berkembangnya industri sinema yang sedang tumbuh pesat. Kini total dana kelola Digital future investment fund sudah USD 100 miliar lebih. Sangat diminati oleh investor karena tingkat yield diatas investment grade.
***
Kemarin aku bertemu dengan Ella di Singapore. Dia didampingi Yuni. Mereka melaporkan sukses akuisisi semua portfolio BR dalam bidang movie yang ada dalam kemitraan dengan Digital future investment fund. Ella tidak pernah jauh dari saya. Dia terus lengket. Saya belai kepalanya. “ Dia sudah jadi orang baik, uda. Engga pernah dugem lagi dan sekarang udah tunangan dengan putranya Tom. Mereka satu usia dan tentu lebih dewasa untuk mengakhir lajang” kata Yuni tersenyum.
“ Mama Yuni sangat bawel kepada saya. “ Kata Ella melirik Yuni dengan tersenyum. " Saya bawel karena resiko saya besar kalau sampai kamu tidak berubah. Ayah kamu tidak segan kick out orang kalau gagal dengan tugasnya." Balas Yuni.
“ Kamu minta apa untuk hadiah perkawinan kamu” tanyaku
“ Cukup ayah datang di acara perkawinan saya dan menjadi pendamping saya. Itu sudah lebih dari hadiah bagi saya ” Kata Ella. Dia memang yatim piatu sedari keci dan Tom temukan dia melalui Gereja yang kami donasi.