Kemarin saya dampingi Lina meeting dengan relasi dari luar negeri di Ritz. Setelah usai kami keluar dari lounge itu. Namun saya di panggil teman teman yang sedang rendezvous. Saya mampir di table mereka. “ Ini Ale, yang nulis di blog soal kerugian BUMN karya. “ Kata Dharma kepada temannya yang lain. Mereka menyalami saya. Dharma teman lama saya. Dia melirik Lina. “ Kenalkan ini direksi gua” kata saya kenalkan Lina.
“ Bro, kenapa BUMN karya itu semua merugi. Dan akhirnya terjebak utang. Kan mereka dapat konsesi bisnis dari negera. Tanpa tender lagi. Emang business infastruktur engga nguntungi ya. Kalau engga nguntungi kenapa dipaksa ? Tanya Dharma.
“ Ya karena spending lebih besar daripada income.”Kata saya tersenyum. “ Itu gua tahu. Secara substansi apa penyebabnya ? tanya Dharma.
“ Infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, itu kan kalau dilaksanakan dengan skema Publik Private Partnership kan berkaitan dengan business model. Business model nya pasti bukan public service provider tetapi dari value project provider. Contoh jalan tol, itu business modelnya selalu business pengembangan kawasan industri atau logistik. Bukan jalan umum dan berbisnis dari tarif. Nah dikita kan jalan toll itu dianggap sebagai business tarif. Visinya kontraktor, bukan developer. Makanya wajar kalau BUMN karya merugi.” Kata saya.
“ Oh jadi salah persepsi ya. “Kata Dharma,
“ Ya karena salah persepsi tentu salah juga konsepsinya. Pasti salah perencanannya. “ Kata saya. “ Dan itu terjadi pada hampir semua kebijakan pemerintah pada bidang ekonomi.”
“ Ya seperti program hilirisasi mineral tambang. Yang terjadi bukan downstream tetapi upstream. Hanya mengubah bahan baku ke bahan setengah jadi untuk kepentingan industri downstream luar negeri.” kata Dharma.
“ Mengapa ? Tanya temannya.
“ Kan ditengah tengahnya ada business midstream, pendapatannya dari volume exploitasi mineral tambang, ya otomatis terjadi pengerukan SDA secara ugal ugalan. Lupa dech merealisasikan rencana bangun downstream dalam negeri. Yang ada hanya cerita doang. “ Kata saya.
“ Midstream itu apa ? tanya salah satu mereka.
“ Midstream Itu business jasa, seperti pelabuhan khusus, pembangkit listrik, stockpile, trading, tongkang, hauling road, yang semua dikelola secara rente. Modalnya hanya lobi dan elus telor pejabat dan aparat. Ya leverage kekuasaan untuk dapatkan uang mudah. Mudah jadi sultan “ kata Dharma dengan tersenyum. Saya minta izin untuk pergi. Mereka menyalami saya.
“ Antar saya ke PIK, Ada janjian dengan Ibu Florence, Awi dan teman taman. Kami mau rendezvous. Maklum jumat malam. Ketemuan para opa opa dan oma“ Kata saya saat masuk kendaraan.
“ Siap pak.” Kata Lina lajukan kendaraan.
“ Pak, tadi teman bapak pengusaha ? tanya Lina.
“ Bukan. Dia dosen PTS dan juga konsultan” Kata saya.
“ Yuan juga punya kan business minerall tambang” kata Lina.
“ Ya tapi lewat skema countertrade aja. Engga punya konsesi tambang, apalagi smelter. Dan itu yang lakukan unit business industri downstream di China dan Kanada.” kata saya.
“ Dan itu ide dari bapak?
“ Engga. Itu sistem Yuan bekerja sendiri. Saya malah engga tahu banyak. Seperti mereka kuasai PI tambang di Afrika, Brazil, itu kan yang create divisi Sumber daya Yuan Holding. Anak perusahaan hanya menjalankan visi Holding saja.” Kata saya.
“ Ya. Dan visi itu berasal dari bapak lah.” kata Lina tersenyum.
‘ Itu sepenuhnya management process aja. Sama seperti kamu di GI. Kan mayoritas saham punya Yuan. Apa pernah Yuan holding campuri masalah internal kamu.?
“ Ya engga pernah. Tapi kan juklak VISI dan MISi detail sekali dari Yuan. Lina kan pernah ikut training soal visi dan misi itu di Singapore di kantor regional Yuan. “
“ Ya itu namanya management process dari adanya sistem.” Kata saya.
“ Dan karena itu bapak bisa santai dan perusahaan terus berkembang tanpa kehadiran bapak di kantor. Dan semua direksi loyal kepada bapak” Kata Lina tersenyum. Saya belai kepalanya yang sedang setir. “ Mereka aset saya dan saya jaga mereka dengan cinta. Termasuk kamu. Makanya cinta pula yang saya dapat.”
“ Termasuk kalau lagi marah. Itu marah cinta ya pak” kata lina. " Bapak kalau lagi marah wajahnya serem dan kata katanya menyakitkan hati" Lanjut lina. Saya senyum kecut. " Bukan serem. Memang wajah saya sangar dan tidak melankolis seperti Jokowi.”
***
Sampai di cafe kawasan PIK. Saya turun dari kendaraan dan Lina kembali ke kantor. Saat saya masuk ruang cafe, AWi dan Florence udah di table. Teman teman lain belum datang “ Gua heran ya, Kenapa lue engga berubah, Masih aja main bisnis elus telor pejabat” kata Florence ke Awi saat kami duduk santai. Awi senyum sambil isap rokok.
“ Ling, gua kasih tahu, Ini agak panjang ceritanya. Sehingga lue bisa simpulkan sendiri dibalik sikap gua itu.” kata Awi.
“ Ok ceritalah “ kata FLorence, Saya mau ketawa lihat Awi serius.
“ Dulu tahun 85 hanya karena gua jual togel di Medan. Polisi tangkap gua. Gua masuk bui 3 tahun. Sementara bandar Togel di Singapore itu orang indonesia. Dia aman saja. Bahkan setiap weekend Jaksa agung, polri dan politisi makan malam dengan dia di singapore. Sementara gua hanya calo togel omzet hanya paling tinggi Rp. 5000 seminggu malah di penjara. Eh Soeharto sendiri malah izinkan judi SDSB dan setelah gua keluar dari penjara malah pemerintah keluarkan lagi izin Judi Forkas. Sakit engga? Kata Awi..
“ Gara gara penjara itu rumah tangga gua nyaris karam. Keluar dari penjara engga ada sedara mau bantu, hanya Ale orang yang baru gua kenal yang bantu gua. Dia beri gua modal untuk jadi agent Forkas di Daerah. Akhirna modal itu kandas. Karena bandar kabur. Gua malah dituduh jual forkas palsu. Polisi tangkap gua lagi. Sementara bandar enak aja hidupnya di Jakarta. Ale bantu gua bebas. Engga dikit uang dia habis untuk bantu gua.
AKhirnya gua terpaksa hijrah ke kamboja. Itu karena gua malu jadi beban Ale. Dia terlalu baik sebagai sahabat dan gua selalu bikin dia repot. Hanya dalam setahun gua udah bisa buat Gank sendiri. Dari awlnya debt collector sampai bisa buat Casino gelap di Boarder Kamboja. Dengan uang yang ada, gua bayar politisi untuk dapatkan izin casino. Dan gua bayar desersi tentara Kamboja untuk bantu operasional.
Setelah gua sukses di luar negeri. Gua pulang tahun 93, Gua dapati Ale bangkrut. Tahu apa sebabnya? karena dia jadi berubah idealis. Engga mau lagi main seperti awal gua kenal dia. Tadinya dia jago elus telor pejabat. Dia berubah jadi alim banget. Gua beri dia uang banyak malah dia tolak. ALasanya dia engga mau terima uang dari judi. Walau dia bisa bangkit lagi tapi tahun 96 dia bangkrut lagi. Nah setelah itu dia mulai marah dengan situasi. Otak reptilnya keluar. Dia ajak gua bisnis janket. Sebenarnya bantu orang Indonesia termasuk kroni soeharto bawa kabur uang ke luar negeri dengan alasan janket. Sampai tahun 97 , miliran dollar gua dan Ale geser uang clients ke luar negeri. Karena itu rupiah terus jatuh kurs nya dan akhirnya tumbang pada 98. Dari bisnis janket itu kita dapat cuan besar untuk kerja benar. Tahun 2000 kita start bisnis ikan dan berkembng seperti sekarang” kata AWi.
“ Terus kenapa masih aja mentiko?
“ Itu karena pemerintah dan sistem kekuasaan itu sendiri. Di era Megawati dan Gus Dur orang jarah aset BPPN. Kalau kita engga ikutan ya kita ketinggalan. Era SBY orang jarah APBN, ya kita engga ikutan. Karena kita bisnis tanpa APBN. Tetapi Era Jokowi , balik lagi seperti Soeharto. KKN balik lagi. Misal, kalau kita engga kuat lobi ya mana mungkin pabrik makanan kita bisa untung. Itu kan dari gandum, biji plastik, gula, garam kan impor. Pemerintah atur quota. Kita engga dapat quota, laba kita dijarah oleh kartel imporir. Ya terpaksa main juga.
Kita main shadown banking untuk trading oil karena semua orang main, ya kita ikut main. Kalau engga, bisnis logistik kita dibidang kapal tanker bisa dijarah labanya oleh pemilik cargo. Kan bego. Bayangin aja. Mereka dapat quota impor BBM modalnya elus telor doang, dan kita yang invest kapal terpaksa bagi fee ke mereka. Terus kita main PI dan Countertrade tambang. Karena semua IUP udah dikuasai pemain yang dekat dengan penguasa. Ya terpaksa kita jarah juga lewat countertrade. “
“ Jadi main kotor karena orang lain juga kotor. Yang korban rakyat banyak. 80% rakyat hidup dengan pendapatan dibawah RP. 4 juta perorang.” kata Florence mencibir.
“ Udah dari sononya nasip mayoritas itu jadi korban. Sejak peradaban modern terbentuk, pemenang itu hanya segelitir orang doang. Selebihnya jadi pecundang. Ini kan soal pilihan. Kita patuh kepada penguasa, termasuk penguasa yang kadalin SDA dan begoin rakyat. Gua engga ada urusan soal moral politik. itu urusan elite politik.Yang penting gua engga di posisi pecundang dan korban. Orang lain? EGP aja.” Kata Awi. Florence melirik ke saya. Dia akhirnya mengangguk dan berusaha maklum.
Saat bicara itu David datang ikut gabung di table. Tak berapa lama Afin juga datang. Rame dah.
“ Gua engga ngerti. Mengapa orang begitu memuji Jokowi. Padahal tak ada prestasi dia selama jadi Presiden. Ketahanan pangan gagal. Tol laut gagal. Utang awal dia berkuasa Rp. Rp 2,600 triliun. Kemarin Juni posisi utang kita sudah Rp7.800 triliun. Atau selama dia berkuasa nambah utang Rp. 5200 triliun. Itu sama saja utang selama Jokowi berkuasa dua kali lebih besar dari utang 6 presiden sebelummya. Dia besar karena buzzer doang. Kerjanya merusak, bukan membangun atau memperbaiki.” kata Afin.
David melotot. Maklum dia jokower.
“ Ah lue Fin banyak cakap kau. “ Kata David kencang. “ Takut lue karena hilang harapan Paslon lue menang?. Periode pertama lenyap dia.” Kata David. Awi dan Saya tertawa.
“ Yang pertama tertawa yang terakhir menangis. Yang pertama merayakan pesta selalu pecundang akhirnya” Kata Afin.
“ Tapi lue engga baca tuh approval rating Jokowi tinggi. Diatas 70%. Kurang apa lagi untuk membuka mata lue.” Kata David.
“ Duh itu karena belanja Subsidi BBM diatas 15% dari total belanja Pemerintah Pusat. Jumlanya diatas Rp. 2.500 triliun. Belum lagi belanja sosial mencapai Rp. 1200 triliun lebih dan belanja subsidi non energi mencapai Rp. 780 trilun. Itu mengalahkan anggaran untuk infrastruktur. Ya wajarlah 70% rakyat puas. Tetapi itu semua racun untuk ketahanan negara dan upaya kemandirian. Pahami itu “ Kata Afin.
“ Dasar lue ya tak pandai berterima kasih kepada Jokowi yang sudah berjasa membangun negeri ini” kata David.
“ Eh kenapa gua harus berterimakasih ke Jokowi? Emangnya di biksu kerja bakti “ Afin melotot. “ Dia kerja dibayar mahal dan dapat fasiltas mewah tinggal di istana. Kemana pergi naik pesawat ke presidenan. Kalau memang dia kerja baik ya sudah seharusnya Ngapain harus terimakasih.” kata Afin.
“ Tanpa dia tak terbangun jalan toll dan infrastrutkur ekonomi..” Kata David coba yakinkan Afin..
“ Ah dasar bego lue ya Vid, “ Sergah Afin” Itu infrastruktur dibangun oleh BUMN dan dapat dukungan fasilitas dari APBN. Tahu lue, kalau tidak ada kader PDIP yang berjuang di DPR mana pula APBN bisa disahkan untuk ongkosi resiko proyek. Engga mungkin infrastruktur terbangun. Artinya itu uang dari rakyat. Jokowi hanya wara wiri seperti orang sibuk di hadapan rakyat. Padahal dia engga paham apa yang dia kerjakan. “
“ Tapi kan hebat itu” sergah David.
“ Hebat? “ Afin mencibir” Kalau dia bangun infrastruktur itu dari surplus pendapatan APBN itu baru hebat. Tapi sejak era dia tak pernah APBN surplus. Selalu defisit dan selalu utang untuk tutupi defisit. Apanya hebat? Kalau sekedar belanja siapapun bisa”
“ Kalau siapapun bisa kenapa presiden sebelumnya tidak lakukan?Tanya David.
“ Presiden sebelumnya tahu diri. Engga tega menambah beban utang negara. Bagi mereka kalau belum bisa bikin surplus APBN setidaknya tidak bebani rakyat dengan utang bertambah besar. Paham kau” kata Afin.
“ Tapi sejak Jokowi program hilirisasi nikel terbangun” kata David ngotot.
“ Ah Lue Vid. “ Afin kibaskan tangan ke David. “ Makanya banyak membaca. Jangan tiktok dibanyakin. “ David mencibir
“ Hilirisasi itu adalah amanah konstitusi pasal 33 UUD 45 dan dilaksanakan awalnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009. 80% smelter yang sudah beroperasi di Sulawesi sekarang, izinnya di era SBY. Justru tahun 2017 jokowi keluarkan aturan mengizinkan ekspor konsentrat mentah. Baru tahun 2021 aturan itu dicabut. Eh sekarang dia jual cerita seolah suskes hilirisasi karena dia. Orang awam boleh dibegoin. Tapi gua sih ogah.“ Lanjut Afin. Kami tertawa melihat Afin dan David bertenkar soal omong kosong.
Florence menatap saya sejurus. Dia tersenyum.“ Mengapa lue tidak peduli dengan penampilan berkelas. Padahal lue punya kalau mau. Capek gua mikir. Beda banget dengan gaya usia lue dibawah 35 tahun. “ kata Florence. Saya diam saja. " Ayolah bro, jawab pertanyaan Aling itu. Kita kita juga mau tahu alasan lue. Selama ini kita segen tanya" kata David. Tetapi karena rasa ingin tahu nya sangat besar dan dia sadalah sahabat saya lebih dari 35 tahun. Tentu dia berhak tahu sikap saya. Karena selama ini saya memang tidak pernah berekspresikan sikap saya dengan kata kata.
“Dulu betul." kata saya mulai cerita' Ketika jaya ya, penampilan saya keren dihadapan teman, sababat, keluarga, pejabat. Tapi itu tidak ada artinya saat saya bangkrut. Semua bantuan kasih saya kepada mereka tidak membekas. Saya tetap aja dianggap sampah dan bad news. Pernah saat saya bangkrut. Sedara istri saya baru beli kendaraan baru. Saya ikut numpang mobilnya pulang. Karena rumah kami satu arah. Saya diturunkan dia di terminal buss. Padahal saya sedang bersama Balita saya dan istri. Dia tidak peduli.
Pernah saat saya bangkrut, jas yang diberi teman, dia minta lagi. Karena dia perlu untuk anak buahnya. Padahal dulu waktu dia bangkrut saya beri uang untuk beli susu anaknya. Pernah istri diundang temannya untuk antar pakaian dagangannya. Karena suaminya tidak suka ruang tamu rumahnya berantakan. Dagangan istri saya dilempar keluar pagar. Padahal stri saya dagang untuk beli beras. Saya pernah berkali kali memohon maaf kepada kondektur buss karena tidak mampu bayar ongkos. Sering juga di bully. Saya terima itu.” kata saya. Florence berlinang airmata.
“ Saya benci penampilan mewah. Karena itu adalah kebohongan terencana. Yang melihat pura pura hormat dan kita menikmati ilusi kehormatan itu. Sangat naif kalau kita perlu kehormatan karena penampilan. Dan itu adalah sisa budaya feodal yang harus kita perangi. Kita tidak bisa mengubah dunia tetapi kita bisa mengubah diri kita sendiri, hiduplah dengan sederhana. Maka kesombongan berkurang di muka bumi ini.
Makanya di Hong Kong di kamar kerja saya ada kamar ganti pakaian. Pakaian kantor ya tentu saya sesuaikan dengan rating perusahaan. Tetapi keluar kantor untuk urusan personal saya gunakan pakaian sederhana. Saya tidak merasa rendah tidak punya member club golf. Saya tidak merasa kecil tidak masuk anggota Moge dan club kendaraan mewah. Saya tidak merasa miskin tinggal di perumahan yang bukan kelas real estate. Bahkan sampai tamat SMU kedua anak saya tidak tahu apa kerjaan saya. Karena saya menolak tamu bisnis datang ke rumah saya.
Di usia menua ini saya dapatkan hikmah. Ternyata reputasi itu bukan diukur dari pemampilan. Tetapi sejauh mana saya bisa menjaga kepentingan stakeholder. Baik stakeholder bisnis maupun personal. Tidak penting walau mereka tidak pandai berterima kasih. Tetap jaga. Teman palsu pasti ada, tetap jaga. Sedara merepotkan pasti ada, tetap jaga. Pemerintah yang tidak adil selalu ada, tetap jaga. Sahabat pemarah dan istri tukang ngomel selalu ada. Tetap jaga. MItra yang brengsek selalu ada, tetap jaga.
Semua itu bukan antara saya dengan mereka. Tetapi antara saya dengan Tuhan saja. Saya perlu reputasi di hadapan Tuhan, bukan manusia yang serba palsu. Dan apa yang terjadi? ternyata di usia menua ini teman semakin berkurang. Yang terisa hanya sahabat. Yang tidak bertanya berapa harta saya dan berapa uang saya di dompet. Hanya inginkan tetap bersama dengan saya. Diantaranya kalian ini sahabat saya dan tentu juga istri saya di rumah..” kata saya. Aling berlinang air mata dan teman teman tertegun mendengar cerita saya. Berkumpul dengan sahabat masa muda memang menyenangkan. Kami seperti kembali muda. Usia kami sudah diatas 60 tahun. Teman sudah banyak berkurang. Yang tersisa hanya sahabat..