Sunday, December 03, 2023

rendezvous dengan sahabat.

 




Kemarin saya dampingi Lina meeting dengan relasi dari luar negeri di Ritz. Setelah usai kami keluar dari lounge itu. Namun saya di panggil teman teman yang sedang rendezvous. Saya mampir di table mereka. “ Ini Ale, yang nulis di blog soal kerugian BUMN karya. “ Kata Dharma kepada temannya yang lain. Mereka menyalami saya. Dharma teman lama saya. Dia melirik Lina. “ Kenalkan ini direksi gua” kata saya kenalkan Lina.


“ Bro, kenapa BUMN karya itu semua merugi. Dan akhirnya terjebak utang. Kan mereka dapat konsesi bisnis dari negera. Tanpa tender lagi. Emang business infastruktur engga nguntungi ya. Kalau engga nguntungi kenapa dipaksa ? Tanya Dharma.


“ Ya karena spending lebih besar daripada income.”Kata saya tersenyum. “ Itu gua tahu. Secara substansi apa penyebabnya ? tanya Dharma.


“ Infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, itu kan kalau dilaksanakan dengan skema Publik Private Partnership kan berkaitan dengan business model. Business model nya pasti bukan public service provider tetapi dari value project provider. Contoh jalan tol, itu business modelnya selalu business pengembangan kawasan industri atau logistik. Bukan jalan umum dan berbisnis dari tarif. Nah dikita kan jalan toll itu dianggap sebagai business tarif. Visinya kontraktor, bukan developer. Makanya wajar kalau BUMN karya merugi.” Kata saya.


“ Oh jadi salah persepsi ya. “Kata Dharma,


“ Ya karena salah persepsi tentu salah juga konsepsinya. Pasti salah perencanannya. “ Kata saya. “ Dan itu terjadi pada hampir semua kebijakan pemerintah pada bidang ekonomi.”


“ Ya seperti program hilirisasi mineral tambang. Yang terjadi bukan downstream tetapi upstream. Hanya mengubah bahan baku ke bahan setengah jadi untuk kepentingan industri downstream luar negeri.” kata Dharma.


“ Mengapa ? Tanya temannya.


“ Kan ditengah tengahnya ada business midstream, pendapatannya dari volume exploitasi mineral tambang, ya otomatis terjadi pengerukan SDA secara ugal ugalan. Lupa dech merealisasikan rencana bangun downstream dalam negeri. Yang ada hanya cerita doang. “ Kata saya.


“ Midstream itu apa ? tanya salah satu mereka.


“ Midstream Itu business jasa, seperti pelabuhan khusus, pembangkit listrik, stockpile, trading, tongkang, hauling road, yang semua dikelola secara rente. Modalnya hanya lobi dan elus telor pejabat dan aparat. Ya leverage kekuasaan untuk dapatkan uang mudah. Mudah jadi sultan “ kata Dharma dengan tersenyum. Saya minta izin untuk pergi. Mereka menyalami saya.


“ Antar saya ke PIK, Ada janjian dengan Ibu Florence, Awi dan teman taman. Kami mau rendezvous. Maklum jumat malam. Ketemuan para opa opa dan oma“ Kata saya saat masuk kendaraan.


“ Siap pak.” Kata Lina lajukan kendaraan.


 “ Pak, tadi teman bapak pengusaha ? tanya Lina.


“ Bukan. Dia dosen PTS dan juga konsultan” Kata saya.


“ Yuan juga punya kan business minerall tambang” kata Lina.


“ Ya tapi lewat skema countertrade aja. Engga punya konsesi tambang, apalagi smelter. Dan itu yang lakukan unit business industri downstream di China dan Kanada.” kata saya.


“ Dan itu ide dari bapak?


“ Engga. Itu sistem Yuan bekerja sendiri. Saya malah engga tahu banyak. Seperti mereka kuasai PI tambang di Afrika, Brazil, itu kan yang create divisi Sumber daya Yuan Holding. Anak perusahaan hanya menjalankan visi Holding saja.” Kata saya.


“ Ya. Dan visi itu berasal dari bapak lah.” kata Lina tersenyum.


‘ Itu sepenuhnya management process aja. Sama seperti kamu di GI. Kan mayoritas saham punya Yuan. Apa pernah Yuan holding campuri masalah internal kamu.?


“ Ya engga pernah. Tapi kan juklak VISI dan MISi detail sekali dari Yuan. Lina kan pernah ikut training soal visi dan misi itu di Singapore di kantor regional Yuan. “


“ Ya itu namanya management process dari adanya sistem.” Kata saya.


“ Dan karena itu bapak bisa santai dan perusahaan terus berkembang tanpa kehadiran bapak di kantor. Dan semua direksi loyal kepada bapak” Kata Lina tersenyum. Saya belai kepalanya yang sedang setir. “ Mereka aset saya dan saya jaga mereka dengan cinta. Termasuk kamu. Makanya cinta pula yang saya dapat.”


“ Termasuk kalau lagi marah. Itu marah cinta ya pak” kata lina.  " Bapak kalau lagi marah wajahnya serem dan kata katanya menyakitkan hati" Lanjut lina. Saya senyum kecut. " Bukan serem. Memang wajah saya sangar dan tidak melankolis seperti Jokowi.”


***


Sampai di cafe kawasan PIK. Saya turun dari kendaraan dan Lina kembali ke kantor. Saat saya masuk ruang cafe, AWi dan Florence udah di table. Teman teman lain belum datang “ Gua heran ya, Kenapa lue engga berubah, Masih aja main bisnis elus telor pejabat” kata Florence ke Awi saat kami duduk santai.  Awi senyum sambil isap rokok.

  

“ Ling, gua kasih tahu, Ini agak panjang ceritanya. Sehingga lue bisa simpulkan sendiri dibalik sikap gua itu.” kata Awi.


“ Ok ceritalah “ kata FLorence, Saya mau ketawa lihat Awi serius.

 

“ Dulu tahun 85 hanya karena gua jual togel di Medan.  Polisi tangkap gua. Gua masuk bui 3 tahun. Sementara bandar Togel di Singapore itu orang indonesia. Dia aman saja. Bahkan setiap weekend Jaksa agung, polri  dan politisi makan malam dengan dia di singapore. Sementara gua hanya calo togel omzet hanya paling tinggi Rp. 5000 seminggu malah di penjara. Eh Soeharto sendiri malah izinkan judi SDSB dan setelah gua keluar dari penjara malah pemerintah keluarkan lagi izin Judi Forkas.  Sakit engga? Kata Awi..


“ Gara gara penjara itu rumah tangga gua nyaris karam. Keluar dari penjara engga ada sedara mau bantu, hanya Ale orang yang baru gua kenal yang bantu gua. Dia beri gua modal untuk jadi agent Forkas di Daerah. Akhirna modal itu kandas. Karena bandar kabur. Gua malah dituduh jual forkas palsu. Polisi tangkap gua lagi. Sementara bandar enak aja hidupnya di Jakarta. Ale bantu gua bebas. Engga dikit uang dia habis untuk bantu gua. 


AKhirnya gua terpaksa hijrah ke kamboja. Itu karena gua malu jadi beban Ale. Dia  terlalu baik sebagai sahabat dan gua selalu bikin dia repot. Hanya dalam setahun gua udah bisa buat Gank sendiri. Dari awlnya debt collector sampai bisa buat Casino gelap di Boarder Kamboja. Dengan uang yang ada, gua bayar politisi untuk dapatkan izin casino. Dan gua bayar desersi tentara Kamboja untuk bantu operasional.  


Setelah gua sukses di luar negeri. Gua pulang tahun 93, Gua dapati Ale bangkrut. Tahu apa sebabnya? karena dia jadi berubah idealis. Engga mau lagi main seperti awal gua kenal dia. Tadinya dia jago elus telor pejabat. Dia berubah jadi alim banget. Gua beri dia uang banyak malah dia tolak. ALasanya dia engga mau terima uang dari judi. Walau dia bisa bangkit lagi tapi tahun 96 dia bangkrut lagi. Nah setelah itu dia mulai marah dengan situasi. Otak reptilnya keluar. Dia ajak gua bisnis janket. Sebenarnya bantu orang Indonesia termasuk kroni soeharto bawa kabur uang ke luar negeri dengan alasan janket. Sampai tahun 97 , miliran dollar gua dan Ale geser uang clients ke luar negeri. Karena itu rupiah terus jatuh kurs nya dan akhirnya tumbang pada 98. Dari bisnis janket itu kita dapat cuan besar untuk kerja benar. Tahun 2000 kita start bisnis ikan dan berkembng seperti sekarang” kata AWi.


“ Terus kenapa masih aja mentiko? 


“ Itu karena pemerintah dan sistem kekuasaan itu sendiri. Di era Megawati dan Gus Dur orang jarah aset BPPN. Kalau kita engga ikutan ya kita ketinggalan. Era SBY orang jarah APBN, ya kita engga ikutan. Karena kita bisnis tanpa APBN. Tetapi Era Jokowi , balik lagi seperti Soeharto. KKN balik lagi. Misal, kalau kita engga kuat lobi ya mana mungkin pabrik makanan kita bisa untung. Itu kan dari  gandum, biji plastik, gula, garam kan impor. Pemerintah atur quota. Kita engga dapat quota, laba kita dijarah oleh kartel imporir. Ya terpaksa main juga. 


Kita main shadown banking untuk trading oil karena semua orang main, ya kita ikut main. Kalau engga, bisnis logistik kita dibidang kapal tanker bisa dijarah labanya oleh pemilik cargo. Kan bego.  Bayangin aja. Mereka dapat quota impor BBM modalnya elus telor doang, dan kita yang invest kapal terpaksa bagi fee ke mereka. Terus kita main PI dan Countertrade tambang. Karena semua IUP udah dikuasai pemain yang dekat dengan penguasa. Ya terpaksa kita jarah juga lewat countertrade. “


“ Jadi main kotor karena orang lain juga kotor. Yang korban rakyat banyak. 80% rakyat hidup dengan pendapatan dibawah RP. 4 juta perorang.” kata Florence mencibir.


“ Udah dari sononya nasip mayoritas itu jadi korban. Sejak peradaban modern terbentuk, pemenang itu hanya segelitir orang doang. Selebihnya jadi pecundang. Ini kan soal pilihan. Kita patuh kepada penguasa, termasuk penguasa yang kadalin SDA dan begoin rakyat. Gua engga ada urusan soal moral politik. itu urusan elite politik.Yang penting gua engga di posisi pecundang dan korban. Orang lain?  EGP aja.” Kata Awi. Florence melirik ke saya. Dia akhirnya mengangguk dan berusaha maklum. 


Saat bicara itu David datang ikut gabung di table. Tak berapa lama Afin juga datang. Rame dah.


“ Gua  engga ngerti. Mengapa orang begitu memuji Jokowi. Padahal tak ada prestasi dia selama jadi Presiden. Ketahanan pangan gagal. Tol laut gagal. Utang awal dia berkuasa Rp. Rp 2,600 triliun. Kemarin Juni posisi utang kita sudah Rp7.800 triliun. Atau selama dia berkuasa nambah utang Rp. 5200 triliun. Itu sama saja utang selama Jokowi berkuasa dua kali lebih besar dari utang 6 presiden sebelummya.  Dia besar karena buzzer doang. Kerjanya merusak, bukan membangun atau memperbaiki.” kata Afin.


David melotot. Maklum dia jokower. 


“ Ah lue Fin banyak cakap kau. “ Kata David kencang. “ Takut lue karena hilang harapan Paslon lue menang?. Periode pertama lenyap dia.” Kata David. Awi dan Saya  tertawa. 


“ Yang pertama tertawa yang terakhir menangis. Yang pertama merayakan pesta selalu pecundang akhirnya” Kata Afin.


“ Tapi lue engga baca tuh approval rating Jokowi tinggi. Diatas 70%. Kurang apa lagi untuk membuka mata lue.” Kata David.


“ Duh itu karena belanja Subsidi BBM  diatas 15% dari total belanja Pemerintah Pusat. Jumlanya diatas Rp. 2.500 triliun. Belum lagi belanja sosial mencapai Rp. 1200 triliun lebih dan belanja subsidi non energi mencapai Rp. 780 trilun.  Itu mengalahkan anggaran untuk infrastruktur. Ya wajarlah 70% rakyat puas. Tetapi itu semua racun untuk ketahanan negara dan upaya kemandirian. Pahami itu “ Kata Afin.


“ Dasar lue ya tak pandai berterima kasih kepada Jokowi yang sudah berjasa membangun negeri ini” kata David.


“ Eh kenapa gua harus berterimakasih ke Jokowi? Emangnya di biksu kerja bakti “ Afin melotot. “ Dia kerja dibayar mahal dan dapat fasiltas mewah tinggal di istana. Kemana pergi naik pesawat ke presidenan. Kalau memang dia kerja baik ya sudah seharusnya Ngapain harus terimakasih.” kata Afin.


“ Tanpa dia tak terbangun jalan toll dan infrastrutkur ekonomi..” Kata David coba yakinkan Afin..


“ Ah dasar bego lue ya Vid, “ Sergah Afin” Itu infrastruktur dibangun oleh BUMN dan dapat dukungan fasilitas dari APBN. Tahu lue, kalau tidak ada kader PDIP yang berjuang di DPR mana pula APBN bisa disahkan untuk ongkosi resiko proyek.  Engga mungkin infrastruktur terbangun. Artinya itu uang dari rakyat. Jokowi  hanya wara wiri seperti orang sibuk di hadapan rakyat. Padahal dia engga paham apa yang dia kerjakan. “


“ Tapi kan hebat itu” sergah David.


“ Hebat? “ Afin mencibir”  Kalau dia bangun infrastruktur itu dari surplus pendapatan APBN itu baru hebat. Tapi sejak era dia tak pernah APBN surplus. Selalu defisit dan selalu utang untuk tutupi defisit. Apanya hebat? Kalau sekedar belanja siapapun bisa”


“ Kalau siapapun bisa kenapa presiden sebelumnya tidak lakukan?Tanya David.


“ Presiden sebelumnya tahu diri. Engga tega menambah beban utang negara. Bagi mereka kalau belum bisa bikin surplus APBN setidaknya tidak bebani rakyat dengan utang bertambah besar. Paham kau” kata Afin.


“ Tapi sejak Jokowi program hilirisasi nikel terbangun” kata David ngotot.


“ Ah Lue Vid. “ Afin kibaskan tangan ke David. “ Makanya banyak membaca. Jangan tiktok dibanyakin. “ David mencibir 


“ Hilirisasi itu adalah amanah konstitusi pasal 33 UUD 45 dan dilaksanakan awalnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009. 80%  smelter yang sudah beroperasi di Sulawesi sekarang, izinnya di era SBY. Justru tahun 2017 jokowi keluarkan aturan mengizinkan ekspor konsentrat mentah. Baru tahun 2021 aturan itu dicabut. Eh sekarang dia jual cerita seolah suskes hilirisasi karena dia. Orang awam boleh dibegoin. Tapi gua sih ogah.“ Lanjut  Afin. Kami tertawa melihat Afin dan David bertenkar soal omong kosong.


Florence menatap saya sejurus. Dia tersenyum.“ Mengapa lue tidak peduli dengan penampilan berkelas. Padahal lue punya kalau mau. Capek gua mikir. Beda banget dengan gaya usia lue dibawah 35 tahun. “ kata Florence. Saya diam saja.   " Ayolah bro, jawab pertanyaan Aling itu. Kita kita juga mau tahu alasan lue. Selama ini kita segen tanya" kata David. Tetapi karena rasa ingin tahu nya sangat besar dan dia sadalah sahabat saya lebih dari 35 tahun. Tentu dia berhak tahu sikap saya. Karena selama ini saya memang tidak pernah berekspresikan sikap saya dengan kata kata.


“Dulu betul." kata saya mulai cerita'  Ketika jaya ya,  penampilan saya keren  dihadapan teman, sababat, keluarga, pejabat. Tapi itu  tidak ada artinya saat saya bangkrut. Semua bantuan kasih saya kepada mereka tidak membekas. Saya tetap aja dianggap sampah dan bad news. Pernah saat saya bangkrut. Sedara istri saya baru beli kendaraan baru. Saya ikut numpang mobilnya pulang. Karena rumah kami satu arah. Saya diturunkan dia di terminal buss. Padahal saya sedang bersama Balita saya dan istri. Dia tidak peduli.


Pernah saat saya bangkrut, jas yang diberi teman, dia minta lagi. Karena dia perlu untuk anak buahnya. Padahal dulu waktu dia bangkrut saya beri uang untuk beli susu anaknya. Pernah  istri diundang  temannya untuk antar pakaian dagangannya.  Karena suaminya  tidak suka  ruang tamu rumahnya berantakan. Dagangan istri saya dilempar keluar pagar. Padahal stri saya dagang untuk beli beras. Saya pernah berkali kali memohon maaf kepada kondektur buss karena tidak mampu bayar ongkos. Sering juga di bully. Saya terima itu.” kata saya. Florence berlinang airmata.


“ Saya benci penampilan mewah. Karena itu adalah kebohongan terencana. Yang melihat pura pura hormat dan kita menikmati ilusi kehormatan itu. Sangat naif kalau kita perlu kehormatan karena penampilan. Dan itu adalah sisa budaya feodal yang harus kita perangi. Kita tidak bisa mengubah dunia tetapi kita bisa mengubah diri kita sendiri, hiduplah dengan sederhana. Maka kesombongan berkurang di muka bumi ini.


Makanya di Hong Kong di kamar kerja saya ada kamar ganti pakaian. Pakaian kantor ya tentu saya sesuaikan dengan rating perusahaan. Tetapi keluar kantor untuk urusan personal saya gunakan pakaian sederhana. Saya tidak merasa rendah tidak punya member club golf. Saya tidak merasa kecil tidak masuk anggota Moge dan club kendaraan mewah. Saya tidak merasa miskin tinggal di perumahan yang bukan kelas real estate. Bahkan sampai tamat SMU kedua anak saya tidak tahu apa kerjaan saya. Karena saya menolak tamu bisnis datang ke rumah saya.


Di usia menua ini saya dapatkan hikmah. Ternyata reputasi itu bukan diukur dari pemampilan. Tetapi sejauh mana saya  bisa menjaga kepentingan stakeholder. Baik stakeholder bisnis maupun personal. Tidak penting walau mereka tidak pandai berterima kasih. Tetap jaga. Teman palsu pasti ada, tetap jaga. Sedara merepotkan pasti ada, tetap jaga. Pemerintah yang tidak adil selalu ada, tetap jaga. Sahabat pemarah dan istri tukang ngomel selalu ada. Tetap jaga. MItra yang brengsek selalu ada, tetap jaga. 


Semua itu bukan antara saya dengan mereka. Tetapi antara saya dengan  Tuhan saja. Saya perlu reputasi di hadapan Tuhan, bukan manusia yang serba palsu. Dan apa yang terjadi? ternyata di usia menua ini teman semakin berkurang. Yang terisa hanya sahabat. Yang tidak bertanya berapa harta saya dan berapa uang saya di dompet. Hanya inginkan tetap bersama dengan saya. Diantaranya  kalian ini sahabat saya dan tentu juga istri saya di rumah..” kata saya. Aling berlinang air mata dan teman teman tertegun mendengar cerita saya. Berkumpul dengan sahabat masa muda memang menyenangkan. Kami seperti kembali muda. Usia kami sudah diatas 60 tahun.  Teman sudah banyak berkurang. Yang tersisa hanya sahabat..

Sunday, November 26, 2023

Asing dibalik Paslon Pilpres

 




Saya duduk sendirian di cafe Hotel bintang 5. Sementara Brian belum juga sampai. Ini udah telat 10 menit. Saya berusaha sabar. Brian tidak pernah tidak on time dengan janjinya. Mungkin dia ada halangan sehingga terlambat. Tidak apa saya tunggu saja.. Saya pesan kopi di ruang Cigar. Sambil santai merokok dan membaca news dari media digital. Brian bekerja sebagai analis pada konsultan geostrategis di London. Dia sahabat saya sejak tahun 2011. Sering jasa kantornya saya pakai. Dan kadang dia tak pelit membocorkan informasi yang dia terima dari then first hand.  Akhirnya dia muncul di pintu cafe.  Langkah ringannya mendekati saya dengan senyum.


 “ Oktober kemarin orang BR datang ke Jakarta. Ketemu dengan team sukses Mr. Baswedan. Yang antar banker Eropa yang punya cabang di Jakarta. “ katanya. Terkesan informasi itu receh. Tapi serius bagi saya. “ Sepertinya hidden group tertarik masuk dalam putaran Pemilu.” Saya temenung. Mengapa saya sebut Hidden Group atau kelompok tersembunyi? karena sejak tahun 2009 berlakunya sistem pengawasan terhadap konglomerat financial, sifat dan eksistensinya sudah terstruktur dengan sangat rumit  Mereka tidak hanya sebatas PE ( private equity) yang menjual beragam produk investasi di pasar. Tetapi  mereka juga berinvestasi dalam investment Holding berkelas dunia lewat skema convertible bond dan unsecure bond. 


Belum lagi mereka menggunakan Sovereign Wealth Funds atau SWF milik negara sebagai linked produk investasi untuk tujuan strategis menguasai sumber daya negara lain. Hampir semua investment holding yang beroperasi di bawah PE, menempatkan beneficial owner sebagai pemegang saham. Namun secara kelembagaan saham itu dikelola oleh S/A ( special assignee), umumnya adalah lembaga keuangan kelas dunia.


Dengan menggabungkan bisnis financial dan sektor produksi yang menguasai berbagai bisnis yang terkait secara longgar, konglomerat modern ini mencapai dua tujuan utama: Mengkonsolidasikan kekuatan pasar dan mendiversifikasi risiko ekonomi baik secara politik global maupun lokal. Contoh, Diamond Bridge Pte Ltd, holding company yang diduga kendaraan Salim menguasai bisnis tambang di Indonesia terhubung dengan SWF Singapore (GIC) dan Qatar Investment Authority (Qatar) dan Abu Dhabi Investment Authority (UEA).


Kalau dibedah lagi siapa dibalik SWF itu,  ujungnya berhenti kepada 5 pemain utama financial global, yaitu Black Rock ,  Vanguard, State Street (STT), JP Morgan, Fidelity. Sebagai catatan, BlackRock memiliki hampir $8,3 triliun aset yang dikelola, Vanguard memiliki hampir $2,96 triliun, dan State Street menyusul dengan aset yang dikelola sebesar $2,42 triliun. Fidelity memiliki aset yang dikelola sebesar $1,74 triliun. Apalagi leverage mereka rata rata 10 kali dari aset. Bayangkan, aset mereka diatas PDB Indonesia, bahkan lebih besar dari PDB seluruh negara ASEAN. Apalagi leverage mereka rata rata 10 kali dari aset.


Di era dimana kekuatan financial global sudah menguasai dunia, inteligent negara tidak lagi membahas soal perang idiologi. Seperti era perang dingin tahun 1947-1991. Idiologi sudah jadul. Yang ada sekarang adalah perebutan hegenomi geostrategis terhadap geopolitik negara lain, dan itu yang berperan sebagai aktor, adalah Private equity, bukan negara. Karena tidak ada di era modern ini negara yang bebas hutang. Semua kena debt trap. Itu artinya semua negara dalam genggaman mereka. Dan tidak ada orang betah hidupnya bokek.


Brian daritadi sabar menanti saya termenung. Seakan memberi waktu untuk saya berpikir. "Apa yang kamu tahu tentang politik di Indonesia ? tanya saya akhirnya. Brian tersenyum


“ Setelah reformasi, terjadi perebutan hegemoni politik oleh golongan islam, nasionalis dan pragmatis. Setelah UU Pemilu langsung disahkan. Empat kali pemilu memang kekuatan politik itu nengkristal dan terpolarisasi dengan jelas.. “ Katanya seraya mengisap cigar. " Sebenarnya king maker dari tiga paslon itu hanya empat orang. Jokowi, Cendana, SBY dan JK. Terdiri dari satu, Golongan Islam dimana JK sebagai King Maker.  Dua, golongan nasionalis religius yaitu PDIP dan PPP. King Maker nya adalah Megawati. Tiga, golongan pragmatis. King maker nya adalah SBY dan Jokowi.”   Lanjut Brian.


“ Bagaimana anda sampai pada kesimpulan mereka sebagai King Maker ? Tanya saya


“ Itu bisa dilihat pengusaha yang ada didalam team sukses. “ kata  Brian. Saya nyimak. “ Pada paslon satu dan 3  tidak ada ex Cendana dan juga tidak  terhubung dengan Konglomerat BLBI. Itu artinya sumber kekuatan logistik berasal dari hidden group yang inginkan sistem demokrasi terkendali. Ini soal geopolitik Indonesia yang bersinggungan dengan geostrategis China dan AS. Mereka perlu Indonesia yang stabil sebagai jaminan stabilitas Selat Malaka. Anda tahu kan. Selat Malaka merupakan jalur perdagangan paling padat di dunia, sebagai rute utama jalur lalu lintas perdagangan dari wilayah India ke Timur Tengah dengan Asia Timur ke Pasifik, dan sebaliknya. Sehari ada 200 kapal besar melntasi jalur ini. Sistem demokrasi terbuka untuk populasi hampir 300 juta yang sangat pluralis, itu beresiko. Jadi perlu restorasi sistem. “ Sambung Brian.


“ Nah Peran Jk dimana ?  Tanya saya.


“ Siapa dibalik paslon satu, adalah mereka yang dulu berada dibalik kemenangan Jokowi pada periode pertama tahun 2014. Di sana ada JK. “ kata Brian tersenyum sambil menghembuskan asap cigarnya. Saya mengerutkan kening. 


“ Tidak banyak orang tahu, dan mungkin tahu tetapi tidak paham peran JK dalam konstelasi poltik global terutama peran bangkitnya politisi Islam. Dia diperhitungkan oleh mereka yang bisnisnya memanfaatkan geostrategi negara.  Ada peran yang sangat fenomenal yang penting saya sampaikan.Tahun 2015 OKI menunjuk Indonesia untuk menjadi jembatan antara Taliban dan pemerintah Afganista. Itu karena JK. Sejak tahun 2015 sampai tahun 2019 JK melakukan pertemuan dengan kelompok yang bertikai 4 kali. Untuk dipercaya dua pihak yang bertikai tidak mudah, apalagi yang sudah berkonflik puluhan tahun. Dan JK mendapat kepercayaan itu dari kedua pihak untuk berdialog dan memediasi. “ Lanjut Brian. Dia kembali menghembuskan asap cigarnya. 


" Ya " Kata saya " Setelah negosiasi antara Taliban dan Amerika Serikat di Doha tersendat pada September 2019, China mencoba mengisi kekosongan dengan mengundang Baradar untuk berpartisipasi dalam konferensi intra-Afghanistan dua hari di Beijing.  Awalnya dijadwalkan pada 29 dan 30 Oktober tahun 2019.  Itu ditunda setidaknya dua kali, pada bulan Oktober dan November, sebelum China dan akhirnya dunia jatuh ke dalam krisis COVID-19.  Pertemuan itu tidak pernah terjadi. Tapi sebenarnya tahun 2019 dalam email ABA  ke NSA, meminta kepada presiden AS agar keluar  dari Afganistan. Sebelum membuat keputusan itu, Trump melakukan pembicaraan rahasia dengan top level Taliban. Akhirnja pertemuan itu dibantah oleh Trumps.


Namun Februari 2020,  AS dan Taliban telah menandatangani "perjanjian untuk membawa perdamaian" ke Afghanistan setelah lebih dari 18 tahun konflik.  Berdasarkan perjanjian tersebut, para militan juga setuju untuk tidak mengizinkan al-Qaeda atau kelompok ekstremis lainnya beroperasi di wilayah yang mereka kuasai. Dilanjutkan tahun 2021. Kalau akhirnya  China mendukung Taliban, itu  diluar perhitungan JK.  Tentu JK sangat menyesalkan keterlibatan China. Padahal diam diam Taliban sudah menjalin hubungan dengan china sejak tahun 2016. " Kata saya.


“ Dan ingat, “ Kata Brian tersenyum. “ Afghanistan itu bersinggungan dengan geostrategis Tiongkok. Namun ini bisnis minyak dan mineral tambang yang pasti terhubung denga group  BR sebagai fund provider. Tanpa dukungan kuat dari BR tidak mungkin upaya perdamaian yang dilakukan JK bisa sukses membuat AS tidak punya pilihan kecuali keluar dari Afganistan dalam keadaan malu dan rugi besar. Dari sini, network JK kepada kekuatan pengendali geostrategis global semakin kokoh. Semakin diperhitungkan. Nah bayangkan, Afganistan itu miniatur gerakan islam global. JK bisa damaikan dengan memunggungi politik luar negeri AS. Yang jelas kalau paslon 1 menang, primordial kembali mendapat tempat istimewa. Namun bisa saja terjadi BR manut pada pilihan Tiongkok kepada Ganjar - Mahfud, membuat AS tidak punya pilihan dan ini jadi sesuatu yang tidak diduga oleh JK." Lanjut Brian


“ Terus gimana peran Jokowi ? Tanya saya.


“ Sebenarnya, sejak Nasdem mengumumkan Anies sebagai capres, Jokowi tahu bahwa dibalik itu ada JK. Dia sadari bahwa tidak ada ruang baginya untuk tekan Nasdem, apalagi Anies. Ya, dia tahu ada ancaman polarisasi. Dan berusaha cawe cawe agar terhindar dari polarisasi. Itu juga tanggung jawabnya sebagai presiden penjaga stabilitas politik nasional. Makanya Jokowi berusaha membangun aliansi Nasionalis religius dengan Pragmatis untuk menghadapi munculnya gerakan apokalipso Islam dari kubu Anies. Caranya, membujuk PKS atau PD bergabung dengan koalisi prabowo, yang akan berpasangan dengan Ganjar.Tetapi SP menolak. Belakangan Megawati juga menolak. Ya mau tidak mau, Jokowi harus focus kepada partai yang setuju  berkoalisi dengan agenda dia, yaitu persatuan. Walau KIM hanya merepresentasikan 39,99 persen suara di parlemen. Memang tidak significant. Tapi itu dianggap cukup oleh Jokowi, Dia focus kesana aja. “ kata Brian.  Saya mengangguk saja.


“ Perhatikan B, “ Lanjut Brian berusaha cerahkan saya. “ Paslon 1, merupakan representasi gerakan politik Islam yaitu PKB dan PKS. Kalaupun ada Nasdem, itu hanya pelengkap bahagia. Platform politik tetap sen kanan. Surya Paloh berhasil menarik PKS dan PKB bergabung karena dia tahu kekuatan PDIP yang nasionalis hanya bisa dihadapi bila kekuatan islam bersatu. Itu dibaca belakangan oleh SBY. Terutama sejak PKB bergabung ke Nasdem. SBY engga suka agenda islam. Makanya PD keluar dari koalisi Nasdem. Tujuan mereka berdua ya menghadapi PDIP. Sementara Hubungan organik antara SP dengan Golkar itu genetik sekali. SP tidak bisa dipisahkan dengan Golkar walau dia sudah punya Nasdem. Istri SP adalah kakak dari mitra Bambang Tri  keluarga cendana yang juga pendukung utama Golkar. SBY tahu itu. Bahwa SP bermain di dua kaki. Bukan hanya kubu AMIN tapi juga di kubu Prabowo-Gibran.


" Gimana dengan Paslon 2 " Tanya saya.


" Ada shadow team Salim, konglomerat ex Orba di TPN Paslon 2.  Salim juga terhubung dengan BR. Dan hubungan SBY dengan Salim bagus sekali.  Itu pilihan rasional bagi SBY bergabung dengan Prabowo. Walau Prabowo tidak bisa dipisahkan dengan keluarga cendana.Itu tidak masalah bagi BR. Karena Paslon 2 ini ideologinya pragmatisme. Tergantung kemana angin buritan mendorong. Money talk. Tujuan paslon 2 sebenarnya ya sama dengan Paslon 1 yaitu menghadapi PDIP. Dan bukan tidak mungkin BR ada dibalik skenario keberadaan dua kubu ini untuk meloloskan paslon 2 menang, bukan paslon 1. “ Kata Brian.


“ Bagaimana dengan peluang Paslon tiga.? tanya saya.


“ Posisi Ganjar-Mahfud terjepit. “Kata Brian. “ Karena PDIP sendiri menjadi musuh bersama Paslon 1 dan 2. Ini bisa dimaklumi. Karena partai pendukung paslon 1 dan 2, tidak ingin PDIP terus menjadi partai pemenang Pemilu yang suaranya sejak Pemilu tahun 2014 terus naik. Sementara partai lain kecuali Gerindra semakin turun. Bagi kubu nomor 1 dan 2, pemilu 2024 ini dalam arena to be or not tobe. Win or never.  Jadi apapun harus mereka lakukan agar PDIP terjungkal dan akhirnya redup. Megawati sadar soal ini. Makanya Mega melalui Puan berusaha tetap romantis dengan Jokowi. Setidaknya kalah di Pilpres tidak habis di Pileg“


Saya termenung dengan uraian Brian ini. “ Tapi B. “ suara Brian mengejutkan saya. ‘ Ya apa? 


“ Saya dapat informasi bahwa Tiongkok dan Rusia sudah mendekati semua paslon. Kelihatannya mereka lebih nyaman dengan Paslon 2. Kalau benar informasi ini, kemungkinan besar Paslon 2 bisa menang satu putaran. Karena BR lebih memilih kehendak Tiongkok dan Rusia seperti kasus perdamaian di Afghanistan. “ Kata Brian.


" Mengapa ? tanya saya.


“ PS dianggap lebih pantas memimpin Indonesia. Karena dia bisa tegas. Sementara Ganjar bersikap dislike terhadap Israel. Dia berani menolak kehadiran team sepak bola israel bermain di Indonesia. BR kan salah satu pendukung Gerakan Zionis “ Kata Brian. “ Dan sikap Ganjar itu memang memberikan legitimasi politik di hadapan massa islam moderat yang memang anti israel tetapi tidak cukup significant menjadikannya pemenang.  "


Andai Jokowi lebih mendengar Menlu, tidak mendengar pembisiknya, dia bisa bermain cantik antara AS dan China atas dasar konstitusi dan dia akan dapatkan segala galanya, konsesi politik dari China maupun AS, dan tentu dari umat islam di Indonesia. Dan tidak perlu ada polarisasi dan asing ikut campur.

Saturday, November 25, 2023

Korban revolusi...

 



Esther pensiun tahun 2020 sebagai banker di Hong Kong. Usia pensiun  dia menetap di Bali.  Rumah dan tanah itu sudah aku persiapkan 10 tahun lalu. Setiap tahun dia liburan ke Bali. Januari tahun 2023 aku sempatkan berkunjung ke rumahnya di Bali. Aku terkejut. Rumah itu sudah sangat berbeda dari 10 tahun lalu saat aku perintahkan Awi beli. “ Maafkan aku. Ale. Aku rombak rumah ini tanpa minta persetujuan kamu.” Katanya dengan suara lambat. Dia menunduk. Dia tahu aku sedikit trampramental soal respect. 


Aku keliling ke setiap sudut rumah. Tadinya Rumah itu ukuran 300 meter diatas lahan 3000 meter. Kemudian dia rumbuhkan. Dia ganti dengan rumah ukuran 78 meter namun menyatu dengan design rumah taman. Rumah ukuran 78 meter itu hanya ada ruang tamu, kitchen set  dan kamar tidurnya. Sama seperti apartementnya di Hong Kong.  Namun bedanya, semua ruangan itu menghadap ke taman yang asri dengan pembatas dinding lebar yang transfarant dari resin tahan api. Di kamanya ada photo kami berdua saat di Bali tahun 1996. Photo itu terbingkai dengan indah di dinding kamarnya. Di sebelah rumah itu ada gerasi yang di belakangnya menyatu dengan dua kamar ART. 


Di lahan yang luas berpagar pohon bambu itu, dia bangun tiga bungalow yang dihubungkan dengan jalan terowongan bunga rambat. Satu bungalow ukuran 150 meter. Untuk tempat hobi Esther melukis dan menulis, lengkap dengan perpustakaanya. Satu lagi bungalow ukuran 200 meter persegi untuk kamar tamu. Ada 3 kamar tamu. Walau terkesan sederhana dari luar. Namun interior kamar seperti hotel bintang 5. Satu lagi bungalow khusus untuk nge Gym dan latihan Yoga. Ukuran 72 meter.  


“ Engga apa apa Ka.” Kataku tersenyum. “ Apapun yang menurut kamu baik dan nyaman. Lakukan. Tak perlu minta pendapatku. “ Lanjutku memeluknya untuk menentramkan hatinya. 


“ Kapan kamu pulang? tanyanya dengan nada kawatir.


“ Sore ini aku ke Medan. Izinku dari istri mau tinjau Kebun Sawit di Sumut. “ Kataku sambil lalu berjalan lewat trowongan bunga rambat ke rumah utama. Esher terdiam berjalan di sampingku.  Sampai ruang tamu. “Ale baca ini..” Katanya menyerahkan buku kusam dengan air mata berlinang. Ada apa ini? mau drama lagi. Ah sudah nenek dan saya kakek kakek  kok masih main drama. Apa engga capek. Kataku dalam hati. Aku baca juga buku kumal itu. 


Akhir Oktober 1965, Mas Bram, dicari-cari tentara. Katanya Mas Bram aktivis PKI. Mas Bram orang german dan aku gadis Solo. Tidak mungkin terlibat G30S PKI. Sehari hari Mas Bram tidak pernah jauh dari tugasnya sebagai watawan. Belum seminggu mas Bram tidak pulang. Tentara datang menangkapku di rumah. Aku diseret tentara. Anak perempuan balitaku berusia tiga tahun menangis. Tentara itu tidak peduli. AKu tidak tahu bagaimana nasip dengan anak balitaku tanpa aku disisinya..


Bagaikan pelacur gudikan tak tahu malu dan tak laku, bokongku ditendang sepatu lars, dan aku dijorokkan bagai sampah ke dalam kamp konsentrasi—pusat penahanan yang tiba-tiba menjamur di kotaku menyusul peristiwa berdarah di Jakarta. Mereka interogasiku dengan membentak, di mana suamiku, aku menjawab tak tahu. 


“ Kamu guru, mengapa berbohong?! Dasar lonte.! pekik tentara memaksa. ”Saya memang tak tahu, Pak. Kami bukan suami istri, mengapa saya harus berbohong,” jawabku, membuat berahi si tentara terbakar. Kejujuran yang dititahkan kepada setiap guru yang baik, selalu menjadi pelita hatinya. Tetapi, di depan interogator yang haus darah, juga nyawa, pengakuan apa adanya hanya memancing bencana. Dia disiksa, diperkosa, untuk memperoleh pengakuan yang, demi Tuhan, memang mustahil.


Suatu hari, seorang perwira muda mendatangiku. Untuk seseorang yang baru disiksa habis-habisan, sikap perwira itu luar biasa. Dibelainya rambutku. ”Kau bukan PKI. Kau aku bebaskan. Ikut aku,” katanya. Dia dinaikkan ke jeep, dan diturunkan di sebuah rumah di luar kota. ”Bantulah aku, cuma berdua kita di sini,” rayu sang perwira. Aku mencuci pakaian kotor yang dibiarkan perwira itu berantakan di bawah tempat tidur. Aku juga menanak makanan untuk dia. Ya aku dimanfaatkan sebagai budak.


Ketika luka siksaan yang aku tanggungkan berangsur sembuh, sang perwira merapat, merayu, dan menggiringku ke dalam kamar, mencumbuiku habis-habisan, hingga perwira jelmaan musang berbulu ayam itu, terkulai di puncaknya. Hari-hari aku dilalui tak lebih dari sekadar seorang budak gratisan, malam-malam aku lewati tak lebih dari sekadar segumpal daging simpanan. Akhirnya satu waktu permira muda itu mengabarkan dia ditugaskan ke kalimantan. Dia tidak peduli dengan nasipku. Yang pasti aku diusir dari rumahnya dan janjinya akan mempertemukan aku dengan balitaku. tidak dia penuhi. Hanya janji kosong.


Aku hijrah ke Yogya. Aku bekerja sebagai pelayan di rumah batik. Sebelum berangkat kerja, aku mencari penghasilan tambahan, berjualan kue di sekolah. Malamnya, barang satu-dua jam, aku sempatkan berdagang bandrek di pangkalan becak. Ketika merasa sudah cukup modal untuk hijrah ke Jakarta, aku bulatkan tekad berhenti kerja. Itu karena aku dapat kabar dari Mbak Yu Lik, katanya Balitaku di bawa ke jakarta oleh perwira tentara. Mbak Yu Lik sebut nama perwira itu. 


Aku terhenti membaca buku harian itu. Aku lirik Esther terus menangis. Dia tidak meratap tapi air mata terus jatuh. Aku usap air matanya. Esther ambil buku harian  itu. Dia membalik balik halaman dan minta aku membaca  halaman yang dimaksud. AKu mulai baca…


Hanya sebulan di Jakarta. Aku bisa mendatangi rumah perwira itu. Tapi hanya bisa melihat dari kejauhan.  Penjaga rumah membentakku untuk menjauh dari pagar rumah. Walau tak pernah ada kesempatan bertemu dengan balitaku, tetapi tidak menghilangkan tekadku untuk menemunya. Setelah 10 tahun berlalu, tak terhitung kalinya aku datang ke rumah perwira itu, dan tak pernah ada kesempatan mendekati pagar, akhirnya perwira itu itu pindah entah kemana. Belakangan dari koran sore aku tahu perwira itu ditugaskan sebagai Dubes di Eropa. Tentu balitaku dibawanya.


Tahun 1979 Mbak Yu Lik dan suaminya yang juga perwira dan punya hubungan dengan kerabat keraton Solo, bermurah hati untuk mengantarku ke rumah balitaku. Aku memang berjanji tidak akan mengenalkan diriku sebagai ibu dari putriku, dan tidak akan bercerita tentang masa laluku. Aku tidak akan merebut putriku dari keluarga perwira itu. Akhirnya aku bisa bertemu dengan putriku. Dia tidak lagi balita. Telah tumbuh nenjadi remaja yang cantik. Benar benar cantik. Wajah indonya sangat kontras dibandingkan dengan wajah perwira dan istrinya. Aku senang dan bahagia. Walau revolusi memisahkan aku dan putriku, tetapi revolusi juga yang merawat putriku… Biarlah aku saja yang menelan semua derita. Jangan putriku…


“ Sekarang dimana mama kamu, Ka ? ” Tanyaku kepada Esther.  


“ Kamu tahu, Kata Esther mengusap air matanya. “  tahun 93 setelah ayahku meninggal, Aku baru tahu bahwa aku anak angkat. Ternyata selama ini aku orang asing diatara keluarga besarku. Aku tanyakan ke ibuku. Dimana mamaku? Akhirnya mengantarkan aku bertemu Bude Lik di Semarang. Mereka ceritakan. Mamaku meninggal karena TBC. Itu setahun setelah mamaku bertemu denganku di Jakarta. Bude Lik hanya memberikan buku hari ini sebagai warisan dari mamaku." ” 


“ Terus papa kamu ? dimana sekarang ? tanyaku.


“ Tahun 2000 aku dapat alamat tempat tinggal papaku. Dia tinggal di Berlin. Sudah jadi warga negara Jerman.  Aku temui dia. Tetapi dia tidak begitu terkesan ketika tahu aku putrinya.  Alasannya dia tidak pernah menikah resmi dengan mamaku. Dan lagi dia sudah punya keluarga sendiri. “ Kata Esther dengan raut wajah sedih. 


“ Terus Bude Lik itu apa hubungannya dengan mama kamu? 


“ Oh dia teman kuliah mamaku waktu di UGM. Mereka bersahabat sejak remaja. Menurut cerita Bude lik, papaku kenalan dengan mamaku saat mama jadi aktifis GMNI. Saat itu papaku seorang jurnalis asing yang ditugaskan di Yogya.” Kata esther.


Aku termenung. Selama ini Esther memang merahasiakan keadaan keluarganya dan akupun tidak mau tanya lebih jauh. Padahal kami bersahabat sejak tahun 1992.


“Ale, seru Esther. ” Kamu tahu kan. Tahun 1996, aku hijrah ke Hong Kong. Aku tahu kamu berusaha menahanku. Tapi aku tetap bersikeras pergi dengan alasan mau kembangkan karir. Sebenanya alasanku karena aku benci Soeharto. Dia yang membuat mamaku menderita dan terhina. Sementara karena G30S PKI, Soeharto jadi pahlawan dan dengan mudah melenggang ke istana negara. Padahal korban kemanusiaan akibat itu sangat besar dan tak bisa terungkapkan secara jujur sempai sekarang. 


Belakangan aku bisa mengerti. Soeharto harus lakukan apa saja untuk menjaga konstitusi. Karena PKI dianggap mengancam konstitusi UUD 45. Sama halnya dulu ketika Soekarno memerintahkan tentara untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta, menggayang DII/TII Kartosuwiryo, itu semua demi tegaknya Konstitusi. Mengapa? karena dibalik konstitusi itu ada falsafah agung yang menjadi pilar tegaknya negara ini. Yaitu Pancasila. Kalaupun ada perubahan konsitusi tahun 2001-2003, tetap saja dasarnya adalah Pancasila. Dan kita mendirikan lembaga MK sebagai ujud kuatan civil society dalam mengawal Konstitusi.


Sejarah paska kemerdekaan kita memang tidak sepi dari pergolakan antar anak bangsa. Dan kita tetap utuh sebagai bangsa tanpa tercerai berai seperti Union of Soviet Socialist Republics. Itu karena kita terutama kaum terpelajar sangat menghormati konstitusi. Martabat kita di mata dunia karena rasa hormat kita terhadap konstitusi. Setiap generasi telah membayarnya. Termasuk ibuku dan kini aku dan juga generasi setelah kita. itulah yang terus kita jaga dari generasi ke ke geransi dengan kelelahan, derita dan airmata.” Kata Esther dengan bijak. Sore aku terbang ke Medan. 


Bulan  November 2023

Aku bertemu kembali dengan Esther di Jakarta. Dia mampir semalam di Jakarta untuk keesokannya lanjutkan ke Shanghai. Memang sejak pensiun sebagai banker, dia jadi dosen terbang di Shanghai dan London. Dia berlinang air mata saat makan malam denganku “ Ada apa Ka” tanyaku


“ Tak terbilang korban untuk mempertahankan dan menghormati konstitusi. Kakeku meninggal pada agresi pertama Belanda. Dia gugur saat merebut Yogya kembali. Ibuku dibesarkan oleh pamannya  Karena nenekku meningal saat ibuku usia 10 tahun. Belakangan paman ibuku juga gugur saat merebut Iran Barat. Ibuku tinggal di asrama pastor sampai dia bisa mandiri. Tapi dengar kemarin ketua MK terbukti melakukan pelanggaran etik berat, rasanya pengorbanan selama ini jadi sia sia. Ternyata musuh bangsa ini bukan idiologi dari luar seperti Islam atau komunis, tetapi sebenarnya musuh kita adalah diri kita sendiri. Ya mental anak bangsa sendiri yang rakus dan tak tahu diri di hadapan ibu pertiwi.  Sejak kita merdeka, Ibu pertiwi tak henti berlinang airmata karena setiap ada konflik selalu pada akhirnya yang jadi korban anak bangsa sendiri..” kata Esther..Aku tertegun dan memeluknya. 


“ Jangan telalu melankolis, Ka. Setiap generasi punya cara sendiri meyelesaikan masalahnya. Kamu dan saya pernah merasakan itu. Walau kita belum bisa memberikan sumbangsih kepada negara namun kita  patuh kepada konsittus dan berusaha tidak ikut merusak negeri ini, bahkan tidak ingin membebani negara. Secara personal kita kuat dan bisa melewatinya dengan rendah hati tanpa berkeluh kesah… “ kataku menghibur Esther. Kami berdua saling hening seraya menatap keluar jendela hotel binta V di kawasan Sudirman. " Terimakasih Ale. sudah menjagaku selalu.." Esther tersenyum. Saya remas jemarinya.

Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...