Friday, November 17, 2023

nganyut aja..




Tahun 1934

Usia Sumardi barulah 16 tahun. Dia dapat kabar di Lasem sedang diperlukan banyak kuli tabang kayu jati. Belanda  punya proyek di Lasem. Pohon yang masih muda dipelihara, dan pohon-pohon yang sudah tua ditebangi. Pemerintah Belanda membutuhkan kuli-kuli. Walau dia terlalu muda untuk pergi merantau. Namun dia tetap bertekad pergi. Dan sampai di Lasem  langsung diperkejakan sebagia kuli tebang. 


Lasem merupakan wilayah pesisir yang memiliki peran penting dari masa ke masa . Kota tua ini juga menjadi saksi transisi kekuasaan dari beberapa kerajaan di Jawa, mulai dari Majapahit hingga Mataram Islam. Kontak kerajaan Mataram dengan VOC sejak abad 17 membawa akibat semakin merosotnya kekuasaan Kerajaan Mataram. Itulah pengaruh paham kapitalisme.


Ternyata perlakuan Belanda sangat kasar. Bedeng di lokasi proyek sangat buruk. Upah tidak selalu diberi tepat waktu. Yang keliatan malas ditendang. Tidak peduli pekerja itu sedang sakit. Sumardi dan teman temanya sebisa mungkin menerima perlakuan Belanda itu. Setidak nya mereka dapat makan, Tidak perlu kelaparan. Dalam perjalanan dari bedeng ke Hutan. Sumardi berpapasan dengan kendaraan. Di dalam kendaraan itu ada gadis. Cantik. Kulit hitam manis. Wajahnya oval. Kendaran melaju lambat. Sumardi bisa melihat utuh gadis itu. 


Dia merasa tak pantas untuk gadis itu. Jangankan mendekat, berhayalpun dia malu.” Itu gadis dari kota. Dia sengaja di datangkan oleh tuan Tjeng untuk mandor hutan. Mener  Jacobus. “ Kata Amat teman Sumardi “ Namanya Sumarni.” sambung Amat

“Dari mana kamu tahu namanya? tanya Sumardi


“ Orang bedeng sebelah utara dekat rumah Mener  Jacobuss tahu semua nama gadis itu. Sering terdengar gadis itu menyanyi. Suaranya indah sekali” kata Amat. Subandi maklum.Karena dia berada di bedeng selatan. Yang memang jauh dari mandor hutan.


Satu malam, Sumardi keluar dari bedengnya menuju arah utara. Dia ingin mendengar suara gadis itu menyanyi. Ya sekedar mendengar saja itu sudah kemewahan. Di tengah jalan. Sumardi meliat dari jauh ada bayangan bergerak. Dia dekati dengan Obor api ditangannya.  Ternyata gadis itu. “ Tolong aku” kata gadis itu. “ Aku sumarni, selir mener Jacob.” Suara gadis itu terbata bata. Wajahnya berlumuran darah. 


“Ada apa mbak Yu.” tanya Sumardi dengan ragu dan kawatir.


Walau wajah wanita itu berdarah. Namun tidak tersirat dia ketakutan. Dia hanya lelah berlari.  “ Saya telah membunuh mener” kata gadis itu. Membunuh? Sumardi terkejut. Ini bukan biasa. Sangat luar biasa. Yang dibunuh mener belanda lagi yang sering membentak dan menganiaya kuli tebang. “ Kalau begitu, mbak yu ikut saya. “ kata Sumardi mengajak gadis itu mengikuti langkahnya. Dia pergi membawa gadis itu ke bedengnya. Hari sudah malam. Semua penghuni bedeng sudah lelap tidur dalam kelelahan. 


Pagi pagi suara ribut terdengar di bedeng. “ Mandor terbunuh. “ kata Amat. “ Katanya yang bunuh Dulah, kepala kuli. Memang sudah dendam barangkali. “ Sambung Amat. Polisi datang. Semua kuli termasuk Dulah dikumpulkan di halaman bedeng. Mereka dipaksa mengaku siapa pembunuh Mener Jacob. Tidak ada yang mengaku. Dulah di cambuk dan dipukuli. Entah siapa yang mengawali. Para kuli menyerbu polisi. Letusan senjata tidak dihiraukan oleh kuli.  Pada peristiwa siang itu, 6 polisi terbunuh di hutan jati itu. Para kuli berlari mencari selamat. Termasuk Sumardi dan Sumarni.


Sumardi membawa Sumarni ke desanya di Pacur. Mereka sampai hari telah berangkat malam. Sumardi dengan santun mempersilahkan Sumarni masuk dan duduk dibale bale bambu. Aku masak air dulu untuk kita minung.” Kata Sumadi berlalu kedapur yang kumuh. 


“ Mengapa rumah ini kosong. Kemana orang tuamu’ Kata Sumarni


“ Aku sebatang kara. “ kata Sumardi saat menghindangkan minum kepada Sumarni. Dia merasa tak pantas duduk bersedekat dengan Sumarni di bale bale itu. Dia tetap bersimpuh di lantai. “ Aku lahir sudah tidak ada ayah. Ibuku tidak pernah cerita tentang ayahku. Ibuku meninggal saat aku usia 11 tahun. Dari seusia itu aku berusaha bertahan hidup sendiri di rumah ini. Apapun aku kerjakan untuk bisa makan. Sampai akhirnya aku harus pergi ke lasem” Lanjut Sumardi


Sumarni terharu mendengar cerita Sumardi. “ Mener aku bunuh karena aku sudah tidak tahan disiksanya. Entah kenapa disaat dia terbaring dalam kelelahan. Aku punya keberanian menghujamkan pisau ke tubuhnya. Bukan sekali tetapi berkali kali” Kata Sumarni.


Dari tadi Sumardi hanya mendengar dan tidak bertanya..” Anak ini terlalu muda untuk dewasa. “ Sumarni berguman. “ Berapa usia kamu” tanya Sumarni.


“ 18 tahun, mbak Yu.” Kata Sumardi.


“ Aku 20 tahun. Kamu adiku.” kata Sumarni tersenyum.


Lama Sumarni tatap Sumardi. Seperti ada cahaya dan kekuatan terpancarkan dari wajah Sumardi yang lugu. Karena itu Sumarni merasa rendah di hadapan Sumardi “ Aku pembunuh, tetapi yang dituduh para kuli termasuk Sumardi. Dia telah membeli jiwaku.” Kata Sumarni dalam hati. Dia menyentuh wajah Sumardi dengan kedua telapak tangannya. Sumardi hanya diam tanpa bereaksi. Wajah Sumarni dengan wajahnya sangat dekat. Malam itu Sumardi merasa menjadi pria seutuhnya ketika Sumarni mendesah pada setiap hentakannya. Dia tahu. Sumarni melakukan itu dengan cinta tulus sebagaimana besarnya  cinta Sumardi kepadanya. Ya kadang cinta itu datang pada padangan pertama. Hanya sedetik mata saling bertatap. Selanjutkan adalah keindahan yang penuh misteri. Lemah terhadap cinta akan melumat diri sendiri. Jalan terang dan gelap saling bersanding bersama cinta.  Tanpa ketulusan cinta adalah malapetaka mengiringinya.


Keindahan dalam kebersamaan itu hanya berlangsung 3 hari. Karena pada hari ketiga. Polisi bersama mata mata datang ke rumahnya. “ Kamu kuli hutan jati di lasem? Kamu kami tangkap” Kata Polisi itu. Sumarni berlutut di hadapan Polisi.” Jangan bawa dia. Dia tidak berbuat apapun. Tuduhan itu tidak benar’ kata Sumarni berusaha menahan pagutan polisi kepada Sumardi. Tapi Polisi terus menyeret Sumardi. Sumarni merasa setengah jiwanya hilang saat Sumardi dalam keadaan tangan terikat diseret oleh kereta kuda ke kantor Polisi.


***


Di Rogojampi ada keluarga besar Tionghoa. Kepala keluarga itu bernama Tjeng. Ia sedang membangun banyak rumah di kota kecil ujung Jawa Timur tersebut. Rumah-rumah itu kemudian disewakan kepada siapa saja yang ingin hidup di sana. Konglomerat Tjeng berpikir bahwa pada suatu saat Rogojampi akan berkembang, dan bakal menjadi daerah hunian yang memadai. 


Tuan Tjeng melihat betapa Pemerintah Belanda punya komitmen untuk bekerja sama dengan kaum intelektual bumiputra untuk memajukan kota yang sejuk itu. Infrastrukturnya sudah mulai dibentuk. Ada pabrik beras, pengolahan kopra, klinik, apotek, jalan aspal, pegadaian, masjid, gereja dan klenteng Tan Hoo Cin Jin yang bagus. Juga sekolah-sekolah. Di kota ini bahkan telah didatangkan seorang guru dan seniman dari Batavia untuk memimpin sekolah yang didirikan Taman Siswa. Konon untuk memajukan pendidikan rakyat yang tadinya hanya sampai pada kelas ongkoloro 


Apa yang dipikirkan Tuan Tjeng tidak melenceng. Banyak orang dari luar kota pindah ke Rogojampi, dan hidup tenteram sebagai penghuni. Di sinilah Sumarni terdampar. Dan singgah sebagai pembantu rumah tangga keluarga Engkong Dan Engkong menempati sebuah rumah amat besar untuk ukuran di Rogojampi. Rumah itu disewa dari Tuan Tjeng itu. Di rumah itulah Sumarni bekerja.


Sumarni tampaknya hidup bahagia. Ia menunaikan tugasnya sebagai pembantu dengan baik. Keluarga Engkong memperlakukannya seperti anggota keluarga. Dia memiliki kamar tidur yang ia pilih sendiri. Pada suatu masa ia memilih tidur di sebuah bilik yang letaknya bagian belakang rumah. Enak kamarnya, keluasan ruang serta ventilasi cahaya cukup. Dia sangat nyaman. Bebas, ngorok, mengigau semau apa dia mau. Yang penting bangun tugas pagi dimulai, tidak berangkat malam sebelum pekerjaan dirasa usai. 


Hal lain menyebabkan bahagia adalah karena, pintu jendela kamarnya ngadep wetan, atau menghadap Timur. Di depannya ada halaman terbuka, sehingga bisa menanam perdu kemangi pohon susu. Setiap kali memetik buah terong susu berbentuk lucu itu, dan diberikan kepada salah satu anak Engkong jumlahnya sembilan. Namun, ketika salah satu keluarga  engkong datang dari jauh dalam keadaan menderita sakit, dia harus merelakan kamarnya. Dia tidur di tikar di kolong ranjang besi yang tinggi. Ia tidur di sana berminggu-minggu.


Telah tiga tahun berlalu sejak kepergian Sumarni dari Pacur, Wajah kesakitan Sumardi diseret kereta dalam keadaan tangan terikat. selalu membayang. Dia selalu tidak bisa menahan tangis. Terutama ketika dia pergi belanja ke pasar dan melihat kereta kuda. Satu waktu, Tuhan mempertemukan Sumarni dengan Tuan Tjeng. Saat itu Tuan Tjeng sedang dalam kendaraan yang melaju lambat di tengah ke ramaian pasar. Dia berusaha menghindar. Tapi Tuan Tjeng lebih dulu sigap. Menghentikan kendaraanya dan mengejar Sumarni. “ Marni! Teriak Tuan Tjeng. Sumarni terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.


“ Kamu tidak bisa lari begitu saja dariku. “ kata Tuan Tjeng. Sumarni hanya menunduk. Dia ingat ayahnya yang penjudi telah menjualnya kepada Tuan Tjeng. “ Kamu harus patuh perintahku.” kata Tuan Tjeng menyeret Sumarni ke dalam kendaraan. “ Apalagi ayah kamu sudah mati. Tidak bisa lagi bayar utang kepadaku. Kamulah yang bayar” 

 

“ Hari ini kamu akan tinggal di rumah yang saya sediakan. Kamu jadi selir mener Herman di Rembang” kata Tuan Tjeng. Sumarni hanya diam. Nanti pakaian baru akan dibelikan untuk kamu ‘ Lanjut Tuan Tjeng.


Tionghoa adalah etnis yang dikenal eksklusif dengan mempertahankan warisan leluhur, mulai dari kepercayaan agama hingga adat istiadat. Kalau ada sentimen pribumi terhadap Tionghoa. Hal ini dipicu oleh kebijakan Belanda seperti, membagi struktur dan lapisan sosial masyarakat, dan perlakuan diskriminati inilah yang membuat jurang pemisah antara kedua etnis.  Apalagi Tionghoa menjadi mitra Belanda dalam melakukan penjajahan dan menggerakkan roda perekonomian dan perdagangan distribusi. 


Pada tahu 1740 terjadi tragedi Angke. Genocida etnis Tionghoa oleh tentara VOC di Batavia. Mereka yang selamat dari genocida itu, melarikan diri ke beberapa kota di pesisir Jawa bagian pantai utara seperti, Semarang, Juwana dan Lasem. Pada tahun 1741, akibat kerusuhan di Kartasura, Ngawi dan banyak kota di Jawa Tengah banyak orang Tionghoa juga mengungsi ke sana. Sehingga adanya persekutuan di antara mereka dengan Muslim Jawa dalam Perang Sabil. 


Artinya sejarah membuktikan sebenarnya etnis Tionghoa dan pribumi adalah korban kolonial dan sama sama bertarung melawan sistem kolonial. Kalaupun ada etnis Tioghoa yang bersekutu dengan Belanda, itu hanya sikap pragmatis dan oportunis, sama seperti elite bangsawan pribumi yang bersekutu dengan belanda. Tidak bisa disimpulkan bahwa etnis Tionghoa pro belanda atau asing. Ya seperti halnya Tuan Tjeng yang pro Belanda dan Engkong yang pro pribumi

Tahun 1942.

Mener Herman usianya diatas 50 tahun. Lebih tuan dari Mener Jacobs. Walau Mener Herman datang sebulan sekali ke rumah namun perlakuannya kepada Sumarni sangat baik. Dia tidak pernah perlakukan Sumarni seperti Nyai pada umunya. Sepertinya dari awal Mener Herman sudah jatuh cinta dengannya. Namun Sumarni tidak pernah bisa melupakan Sumardi. Waktu berlalu ingatan tentang Sumardi tidak pernah pupus. Terakhir dia tahu, Sumardi di penjara di Semarang.


Tak terasa sudah 8 tahun berlalu. Sumarni mendengar Jepang masuk ke Indonesia. Mener Herman tidak pernah datang lagi. Rumah besarnya diambil oleh Tentara Dai Nippon. Setelah para serdadu itu bosan mengggahi dan menggilir tubuhnya. Diapun dibuang begitu saja. Pergi meninggalkan rumah dengan hanya pakaian melekat pada tubuhnya.  Usianya tidak lagi remaja. Sudah kepala 3.  


Harapannya mencari tahu tentang Sumardi. Dia yakin Sumardi sudah bebas dari Penjara. Karena Belanda sudah pergi. Tapi kemana mau mencarinya. Akhirnya langkahnya ditujukan ke Pacur. Sampai disana. Tidak ada yang tahu dimana Sumardi. 


Dalam kebingungan itu dia putuskan ke rumah engkong di Rogojampi. Saat dia datang. Disambut dengan suka cita oleh  engkong dan istri. Mereka tinggal hanya berdua. Anak-anak Engkong sebagian telah tersebar. Yang perempuan ada yang ikut suaminya, yang lelaki ada yang bekerja di luar kota. Seakan kehadiran Sumarni sebagai teman dalam kesepian. Sumarni tidak bertanya berapa upahnya sebagai pembantu. Dia hanya perlu tempat tinggal dan menumpang hidup.  Tugasnya merawat engkong dan istrinya. 


Tahun 1945.

Gaung proklamasi yang dikumandangkan Soekarno bertepatan dengan berita kalahnya Jepang dalam perang dunia kedua. Telah membangkitkan semangat kemerdekaan bagi seluruh anak negeri. Terutama di Jawa Timur. Tetapi tidak bagi Sumarni. Setelah proklamasi selanjutnya adalah hari hari yang menegangkan. Banyak etnis china yang dibunuh oleh gerombolan.Perampok. Itu terjadi meluas.


Satu malam gerombolan datang kerumah Engkong. Dalam keadan sakit engkong dan istrinya dibunuh oleh gerombolan itu, dan mereka juga memperkosa Sumarni dengan cara brutal. Setelah perampok itu pergi, dengan sisa kekuatannya dia merangkak melihat dua manusia yang telah sekian lama tempat dia berlindung, kini telah jadi mayat. Sepanjang malam dia menangis. Keesokannya tetangga datang mengurus pemakaman dua orang tua malang itu.


Salah satu tentangga, seorang ibu bernama Bariyah yang berempati mengajaknya pindah ke Madiun. “ Tinggal di sini tidak aman. Sebaiknya ikut Ibu saja ke Madiun. Ibu dapat kabar putra ibu sudah mapan di sana.” kata Bu Bariyah. Sumarni manut saja. Seperti air mengalir dia menganyut saja. Karena tidak ada pilihan.


***

Di Madiun, Sumarni tinggal di rumah putra dari bu Bariyah. Ternyata putra ibu Bariyah itu seorang pejuang Republik dari barisan BKR. Tapi situasi tidak aman juga. Pergerakan mengusir Dai Nippon terjadi dimana mana. Sementara terdengar kabar Belanda akan kembali datang ke Indonesia untuk kembali menjajah. Para pejuang sudah bertekad melawan Belanda dan harus hengkang dari Indonesia. Merdeka atau mati. 


Satu hari, tahun 1946 di depan pintu rumah berdiri pria tinggi dan perkasa dengan seragam. Sumardi ! Sumarni ragu untuk mendekat. Dia tertunduk. Jantungnya bergetar keras. Merasa tak pantas dihadapan Surmardi. Mengingat perjalanan hidupnya selama ini. Tapi dia merasa tubuh mungilnya tenggelam dalam dekatan pria itu. Sumardi berbisik. “ Maarkan aku Marni. Aku tak henti mencarimu. Maafkan aku” kata Sumardi. Bu Bariyah dan putranya terharu menyaksikan pertemuan dalam kerinduan itu.  Ternyata putra Bu Bariah itu sahabat Sumardi di BKR.


Tahun 1948

Sejak pergi dari rumah Putra bu Bariyah, Sumardi dan Sumarni menikah dan tinggal di Madiun. Saat itu Sumarni sadar. Disaat Tuhan kabulkan doanya mengembalikan Sumardi. Dia harus penuhi kewajibannya menjadi istri yang baik. Berkorban apa saja untuk kehormatan suami. Karenanya dia rela melepas Sumardi menyabung nyawa melaksanakan tugasnya sebagai prajurit untuk perang gerilya. Sementara saat agresi Belanda, dia harus mengungsi ke Desa. Mereka terpaksa berpisah karena perang. 


Satu waktu Sumardi pulang ke rumah tengah malam. Wajahnya dalam keadaan kusut. “ Marni harus ikut aku. Kita harus segera mengungsi sekarang” kata Sumardi dengan tergesa gesa. 


“Mengapa tidak tunggu pagi saja mas” kata Sumarni.


“Sekarang juga” Kata Sumardi dengan wajah pucat.


Belum sempat berkemas. Pintu rumah ada yang dobrak. Tentara bersenjata sudah berada di ruang tamu.  Senjata diarahkan kepada Sumardi. Salah satu dari tentara itu menendang Sumardi . Sumardi terjatuh. Kedua tangan Sumardi diikat dalam keadaan tengkurap. Sumarni memeluk Sumardi. “Jangan!” kata Sumarni meraung. Namun tentara itu menendang tubuh Sumarni. Entah mengapa Sumardi bergerak liar dalam keadaan terikat. Salah satu tentara menembaknya. Sumardi tersungkur di depan istrinya. 


Sumarni tidak lagi menangis. Dia membisu saat dibawa ke markas BKR. Keesokanya Sumarni dibolehkan pulang. Baru dia tahu, ternyata suaminya terlibat permberontakan PKI di Madiun.  Dia tidak mengerti politik. Dia hanya tahu bahwa Sumardi adalah satu satunya pria yang telah berkorban untuk melindunginya. Satu satunya pria yang dia cintai. Satunya pria yang selalu dalam pikirannya. 


Tahun  1950.

Setelah kematian suaminya. Sumarni kembali ke rumahnya. Dia harus memulai hidup tanpa harus menanti Sumardi pulang. Setidaknya penantian dan kerinduannya kepada Sumardi selama bertahun tahun telah terbayar. Walau kebahagiaan sesaat, tetapi bagaimanapun dia sudah berstatus istri Sumardi. Dia kini berstatus janda. Dia membantu kerja bertani lahan milik orang lain dan ikut membantu dapur darurat untuk para gerilyawan yang mampir ke desa. Suasana gotong royong sangat terasa. Semua orang hidup berkekurangan tapi berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing.


Tahun 1949 Sumarni kembali ke Madiun. Perang sudah mereda. Tempat yang ditujunya adalah rumah Bu Bariyah. Dia hanya ingin mengucapkan terimakasih. Ternyata putra Bariyah sama dengan Sumardi. Terlibat PKI. Namun bernasip baik. Dia melarikan diri ke Semarang. Disana dia dilindungi oleh sahabatnya yang juga komandan Batalion. Bariyah terpaksa berpisah dengan putranya. Dia tinggal sendirian di rumah. Baryah berela hati menerima Sumarni. 


Satu hari tahun 1950. Seorang pria datang ke rumah Bu Bariyah. Sumarni tahu dan sangat kenal. Pria itu adalah Acong. Putra dari engkong. “ Lama saya cari tahu dimana kamu, Marni. Saya  dan sedara saya berhutang kepada kamu. Disaat kami tidak ada, kamu yang merawat kedua orang tua kami, dan disaat terakhir ajalnya, hanya kamu yang ada. Kamu juga yang mengurus penguburannya” Kata Acong berlutut dengan airmata berlinang.


” Sekarang, mari ikut saya , Marni. Kita ke Surabaya. Kamu bukan lagi orang lain, tetapi kamu bagian dari keluarga kami. Adik adiku sangat merindukan kamu. “ Lanjut Acong. Bu Bariyah menguatkan Sumarni untuk ikut keluarga Acong. 


Hanya tiga bulan setelah berkumpul dengan putra putri engkong. Salah satu putri engkong melamar Sumarni untuk Acong. Saat itu usianya 38 tahun. Sumarni tidak menolak. Dia ikut aja aiir mengalir. Nganyut aja..


Tahun 1965

G 30 S PKI meletus. Tahun 1966 Acong ditangkap oleh tentara. Karena dia tergabung dalam Baperki atau Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia, organisasi massa yang bertujuan menentang diskriminasi berdasarkan keturunan seseorang. Sumarni meraung ketika Suaminya diikat kedua tanganya naik truk. Hari berganti minggu dan minggu melewati bulan dan tahun silih beganti. Acong tidak pernah pulang ke rumah. Dia tahu kemudian tahun 1969, suaminya dibuang ke Pulau Buru. 


Sumarni baru bertemu kembali dengan suaminya tahun 1977. Saat itu usia suaminya 72 tahun. Setahun setelah itu suaminya meninggal.  Dia merasa sangat dekat dengan Tuhan. Tak ada lagi sedih, marah dan kecewa. Dia telah melewati semua yang dirasa tentang ketidak adilan dan dia tetap percaya bahwa keadilan sejati hanya ada di sisi Tuhan. Tugas  manusia melewati hidup ini dengan prasangka baik. Kembali kepada Tuhan dalam sebaik baiknya kesudahan.


Monday, November 13, 2023

Tidak lagi mengkawatirkan Ale.

 




Desember 2001. Ayahku warga negara Jerman dan ibuku dari Solo. Kedua orang tuaku udah meninggal. Aku sebatang kara. Aku duduk termenung depan jendela apartemen yang menghadap ke harbour Kowloon. Ale sudah pergi. Tadi malam dia datang menemuiku di sini. Aku memaksanya menerima tawaran Daniel untuk menjadi mitra Global. Dia akan dapat gaji 6 digit setahun dalam USD. Statusnya akan berubah. Dia naik kelas sebagai executive kelas dunia. Menurutku itulah yang terbaik bagi Ale. Saat itu Aku bicara sangat kasar dan terkesan merendahkannya. Aku berharap Ale bangun dari tidur panjangnya. Tapi Ale hanya diam saja.


Dia lahir dari keluarga miskin. Kalau dia berhasil menjadi pengusaha kelas menengah. Itu karena dia gigih sekali. Aku tahu  itu kali pertama mengenalnya tahun 92. Dia distributor Film impor. Dia merasa puas. Padahal yang kaya raya dari bisnis film impor adalah kartel importir film. Yang lebih kaya lagi adalah yang punya hak monopoli impor. Mereka itu adalah kroni dan keluarga Soeharto. Ale, berada di strata paling bawah. Labanya tentu kecil karena harus memberi fee kepada kartel importir dan pemegang monopoli. Dia terima itu dengan naif. Padahal  dia menanggung resiko paling besar. 


Tahun 1996 aku ikut test international untuk berkerja pada bank asing di Hong kong. Aku lulus test. Aku harus pindah kerja dari Bank di Jakarta ke Hong Kong. Malam perpisahan di Bali. Aku ingin pastikan hanya pria yang aku cintai yang berhak menyentuhku.  Dalam pelukanku, berkali kali aku minta Ale menyusulku ke Hong Kong kalau terjadi  chaos politik di Jakarta. Ale, seperti biasa dia tidak pernah mau menentangku. Dia hanya senyum tanda dia berusaha mengerti aku. Dengan sikapnya itu aku tidak pedui walau dia sudah menikah. Toh aku hanya ingin mencintainya tanpa harap untuk memilikinya.


Tahun 2001 Ale datang menemuiku di Hong Kong. Saat itu posisi ku sebagai direktur Bank kelas dunia. Sedang Ale dalam keadaan bangkrut. Dia perlihatkan proposal mengakuisisi asset lewat BPPN.  Benar benar naif. Tapi dia gigih sekali melewati semua hambatan fundraising. Dia memang kuasai procedur kepatuhan keuangan international dan dia memang mumpuni soal itu. Akhirnya gagal. Itu karena pengaruhku sebagai banker, yang membuat dia gagal mendapatkan trust dari AMG. Tujuanku agar Ale menerima tawaran Daniel untuk bermitra dan melupakan obsesinya sebagai pengusaha. Sudah cukup kegagalan demi kagagalan yang dia alami di Indonesia. Itu bukti takdirnya bukan menjadi pengusaha.


Apakah aku salah memaksakan kehendak kepada Ale, sahabat yang juga kekasihku. Pria satu satunya yang pernah menyentuhku. Tentu aku berhak apa yang terbaik untuk Ale. Aku tidak berharap dia akan menafkahiku dari uangnya. Tidak juga berharap dia selalu ada di dalam selimutku. AKu hanya inginkan dia jadi pria yang aku banggakan. Seperti yang kumau. 


Belakangan Daniel sukses mengakuisisi aset yang dulu Ale mimpikan. Itu berkat informasi yang kuberikan kepada Daniel. Ale pasti tahu. Dia pasti kecewa. Tapi mengapa dia tidak beri aku kesempatan untuk menjelaskan alasanku. Bahwa semua yang kulakukan karena mengkawatirkan pilihan jalan hidupnya. Dan itu karena aku mencintainya. Entah mengapa airmataku jatuh. Aku membayangkan dia akan menderita pulang ke jakarta  dalam keadaan gagal. 


Tahun 2008. 

Sudah 7 tahun aku dan Ale tidak pernah kumunikasi. Kami disconnect. Aku berusaha mencari tahu keberadaannya di Jakarta. Tetapi tidak ada temanya yang bisa memberikan informasi. Telp rumah tidak bisa dihubungi. Mungkin sudah pindah. Email kukirim tak terbilang banyaknya. Tapi tidak pernah di reply. Aku pernah datang ke Jakarta. Seharian aku menanti di lobi hotel tempat kami sering nongkrong tahun 92. Pegawai hotel yang aku dan ALe kenal memang mengatakan Ale tidak pernah datang lagi ke hotel itu.


Aku tidak pernah bisa melupakan Ale. Kalau tadinya aku merasa tidak bersalah. Tetapi lambat laun aku mengutuki egoku. Sahabat macam apa aku ini. Dia sedang berproses dan aku dengan kekuasaanku mengintervensinya. Ale tidak pernah melukai perasaanku dengan kata katanya yang kasar. Justru kadang emosiku tidak stabili berhadapan dengan dia. Kadang kata kasar dan merendahkannya berlompatan begitu saja. Itu karena aku sangat mencintainya dan setia akan cintaku itu. Walau aku bukan istrinya tetapi aku tidak pernah menyerahkan tubuhku kepada pria lain. Ale tidak pernah berdebat denganku, atau mengungkapkan ketidak sukaannya terhadap sikapku. Dia tidak pernah bercerita tentang kesulitannya dan rasa putus asanya. Kalau dia inginkan sesuatu, maka itu benar benar rasional. Dan diapun tidak pernah kecewa andai ditolak. .


Di tengah sesal tak berujung itu, aku berusaha berdamai denga diri sendiri. Akhirnya aku bisa focus ke pekerjaanku. Namun itu  membuat aku tenggelam dalam spiritual. Setiap malam aku berdoa memohon ampun kepada Tuhan atas kesalahanku yang telah mengkhianati Ale. Tak lupa aku mendoakannya. Setiap akan tidur wajah Aleng selalu membayang. Wajah yang bersehaja dan pribadi yang kokoh bagaikan batu karang di tengah samudera. ' Esther, maafkan aku kalau kadang membuat kamu tertekan karena sikapku. Maklumi aku orang kampung yang tidak terpelajar seperti kamu. " Katanya satu waktu. Kalau ingat kata kata itu, aku langsung menangis. Aku hanya berharap sebelum ajalku datang, aku ingin bertemu dan memeluknya. Itu aja. 


April musim semi. Jam 8 malam. Bel apartemenku berdering. Aku melihat ke layar TV. “ Ale! Ya Ale. Aleku. “ Aku berlari ke arah lift. Aku tidak ingin menantinya datang ke lantai apartement ku. Aku harus menjemputnya di loby. Aku terkejut. Aleku sudah ada di depanku. Dia tidak lagi murung dan kumuh. Aku menghambur dalam pelukannya. Baru kusadari aku turun ke lobi mengenakan lingering tanpa alas kaki.


Dari penampilan dan ceritanya.. Aleku sudah jadi elang.  Dia tidak pernah ungkit kesalahan masa laluku terhadapnya. Tidak juga menceritakan penderitaanya karena pengkhianatanku. Seperti biasa dia memang selalu pandai memaklumi sikapku, sahabatnya. Tahun 2011 dia lunasi utang pembelian apartemenku. Caranya memberi sangat halus. Holding Company yang dia dirikan menunjuk aku  sebagai konsultan keuangan. Padahal sejatinya dia lebih hebat dari aku soal Financkial engineering. Tapi begitulah cara Ale mencintai. 


Tahun 2013, kembali Daniel menjebak Ale dalam akuisisi tambang di Mongolia. Ale menolak tawaran Daniel melepas aset holdingnya dengan kompensasi lebih dari cukup untuk Ale hidup damai tujuh keturunan.  Aku meradang dan marah kepada Ale. Karena aku yakin Ale akan kalah. " Siapa sih kamu. Hanya pendatang baru dalam dunia investment holding. Kamu tidak punya network kuat di pemerintah. Kamu tidak punya pengalaman bersengketa di pengadilan international. Sementara Daniel itu putra dari konglomerat financial international. Aku yakin kamu akan kalah dan semua yang kamu kumpulkan bertahun tahun dengan kerja keras akan habis. Kembali kere. Tolol kamu. Tidak cerdas mengukur diri kamu sendiri. " Kataku saat itu. Ale hanya diam. Dia tidak mau bertengkar denganku.


Aku tahu Ale perlu dukunganku sebagai banker kelas dunia. Tetapi justru aku menjauh dari dia dan memberi peluang Daniel mengalahkannya dengan cepat. Tujuanku agar Ale tidak banyak dikorbankan dan memaksa Ale ke proses out of the court. Tapi Ale tetap melawan. Karena itu tahun 2013 Ale terpaksa tidak boleh memimpin holding yang dia dirikan sampai kasus itu selesai. Saat itu aku kembali berharap Ale mau mengalah dan menerima kompesasi Daniel.  Ale hanya diam. Dia pergi dariku. Dia menolak terima telp aku. Tidak membalas emailku. Semua direksinya menolak untuk menyampaikan alasanku. Bahwa aku tidak mendukungnya karena aku tidak ingin dia terluka. Terlalu berat lawannya. Aaku disconnect dengan Ale. Selama kasus itu Ale di Jakarta.


Tahun 2018 atau lima tahun sejak dia tersingkir dari holding company nya. Ale bisa memenangkan kasus itu di pengadilan. Karena kasus itu, Ale justru dapat trust luar biasa dari SWF China dan perbankan international.   Dia semakin kuat. Dia kembali menguasai Holding Company nya. Dengan situasi diatas angin itu, ia punya peluang untuk menghabisi Daniel. Tetapi Ale tidak lakukan itu. Dia memaafkan Daniel. Dan kembali kepadaku tanpa pernah menyasali sikapku yang menjauh disaat dia terpuruk, dan sangat membutuhkan aku disisinya.


Tahun 2020.

Aku sudah pensiun dari Bank di Hong kong. Aku pulang ke Indonesia. Ale sudah persiapkan jauh sebelumnya untuk aku tinggal di Bali. Itu seperti janjinya tahun 1996. “ Esther, aku berjanji akan beli rumah dan tanah di Bali ini untuk masa tua kamu…” Dan Ale memenuhi janjinya. Kini usiaku 60 tahun. Aku sibuk menulis dan melukis, jadi dosen terbang, pembicara seminar international banking and law. Aku memang tidak bisa membuat Ale seperti yang aku mau. Tetapi lewat tangan istrinya. Wanita sederhana. Yang tidak sekolah tinggi sepertiku.  Ale berproses menjadi pria melebihi ekspektasiku.  Dan memang seharusnya dari awal aku tidak perlu mengkawatirkan Ale. Siapalah aku..

Saturday, November 11, 2023

Jalan gelap dan terang

 




Email dari Brian masuk ke inbox saya.  Lama saya berpikir setelah baca email dia. Mengapa dia menawarkan Sekurities aset yang tersimpan di bank Custody. Dari prospektus sekurities itu saya tahu, jaminannya adalah precious art and antique. Padahal dia sudah lebih 10 tahun tidak pernah kontak saya. Akhirnya saya jawab singkat. So what's your point in sending this email? tak berapa lama dapat jawaban. “ Saya di Singapore. Mari kita bertemu untuk membahasnya. “ katanya.


Saya ke Singapore dengan penerbangan pagi. Brian janji akan bertemu dengan saya di Marina Beach Hotel. “ B, saya mau monetise aset ini. Bisa bantu? Kata Brian saat bertemu di lounge.


“ Untuk apa uangnya?


“ Saya ada bisnis countertrade untuk sumber daya mineral tambang. Skemanya Buyback agreement. Saya sudah ada kontrak supply chain untuk amankan offtaker saya dengan pemilik konsesi. “ katanya dengan singkat namun jelas. Dia perlihatkan semua dokumen asli. Lengkap dengan code custody. “ Saya siap kontrak di hadapan team shadow banker anda.” Lanjutnya. Saya tidak berjanji banyak namun akan berusaha melakukan yang terbaik. Segera akan menghubunginya kembali.


Counter trade (CT) adalah perdagangan barter. Itu berlaku untuk barang maupun jasa. Sebenarnya ini model perdagangan kuno jauh sebelum uang populer digunakan untuk alat bertransaksi. Saya pertama kali melakukan CT antar negara tahun 2006. Saya beli minyak dari Iran dan saya bayar pakai truck dari China. Juga beli minyak dari Venezuela. Bayarnya pakai produk susu dari China. Sementara perusahaan saya terdaftar di Hong Kong. Itu namanya Switch trading.


Dalam perkembangnnya CT, tidak hanya sebatas barter tetapi udah berkembang dalam skema investasi dan transfer tekhnologi. Misal Indonesia beli pesawat tempur. Indonesia tidak 100% bayar dengan uang cash. Kita bayar dengan jasa yang bisa kita berikan kepada pabrik pesawat tempur dalam pembuatan body pesawat. Itu disebut dengan offset. Tentu itu bisa terjadi karena indonesia punya fasilitas pabrik pesawat terbang ( IPTN).


Ada juga model lain. Saya beli bahan mineral tambang dari negara A. Tapi karena ada larangan ekspor mineral tambang mentah, ya saya gunakan skema counter trade. Caranya ? saya menjual barang modal berupa Smelter dan sarana produksi kepada pemilik konsesi tambang. Dan pemilik tambang membayarnya dengan hasil produksi smelter atas dasar harga bahan baku. Artinya walau outputnya bukan lagi bahan baku namun tidak mengubah transaksi pembelian mineral tambang mentah. Ini disebut dengan buyback agreement ( BBA).


BBA juga terjadi pada investasi lapangan Gas dan refinery. Indonesia beli barang modal berupa mesin dan tekhnologi dari China atau jepang. Biasanya pihak buyer juga menjual jasa management produksi, maklum pemilik konsesi bego engga paham tekhnoloogi dan management yang high grade. Nah seperti karus lapangan Gas Tangguh dan lainnya, Indonesia bayarnya tidak dalam bentuk tunai tapi dari hasil produksi lapangan gas dan refinery. Jadi paham ya. Mengapa ekspor tinggi tapi DHE tidak balik ke Indonesia. 


Ada juga dengan model lain. Misal BUMN negara A, berutang di pasar obligasi. Saya tawarkan pembayaran utang kepada BUMN negara A, tapi saya dapatkan kompensasi dalam bentuk konsesi offaker. Umumnya saya bayar lewat skema 144A (S), artinya BUMN negara A terbitkan surat utang (global bond) lewat pasar limited offer, namun sejatinya uang berasal dari saya sendiri. Di neraca BUMN negara A, hutang itu dalam posisi off balance sheet. Tidak ada tercatat sebagi utang. Karena sudah dicover dengan Offtake agreement, hasil produksi. Contoh kasus utang Inalum untuk pembiayaan divestasi Freeport Indonesia. Ini disebut dengan trade compensation.


***

Saya hubungi Victor di Moscow via Safenet. “ Cari orang yang terdaftar secara eklusif dalam lelang international untuk precious art and antique. “ Kata saya.


“ Siap B. Tunggu sebentar.” Kata victor. Saya tahu dia punya network yang luas dalam business underground. Tak berapa lama dia kembali lagi ke saya. “ B, saya temukan. Alamatnya di Dubai. Saya kirim sekarang profile nya” Katanya.


Saya baca cepat profile target saya. Saya tahu sebagai member  exclusive dia pasti punya privilege terhadap akses private banking international. itu karena dia sudah melewati standar DD yang ketat.  Kalau saya bisa lakukan Bank Capture, tentu saya bisa manfaatkan  rekening dia lewat Interface untuk cross border payment.


“ Hubungi George di London” Kata saya. 


“ Siap B. Segera saya sambungkan ke George “ kata Victor. Tak berapa lama, George tampil di screen Safenet. 


“ George, berapa total dana clients di rekening offshore Budapest.” Tanya saya.


“ Sekarang ada USD 2,8 miliar. 


“ OK kita akan layering uang itu lewat monetize sekuritas aset yang ada di bank custody di London.” 


“ Gimana caranya B pindahkan uang dari rekening offshore Sekarang ketat sekali pengawasan AML.  “ tanya George dengan mengerutkan kening.


“ Kamu gunakan API untuk interface dengan rekening member  exclusive lelang barang seni dan berharga di Dubai.”


“ Engga mungkin dia mau rekening nya diutilize” kata Victor menyela.


“ Ya tentu tidak mungkin kalau kita minta izin” Kata saya.


“ So..”  Victor tersenyum. “ OK kita rock lagi. Go to bank capture.” Teriak victor. 


“ Ok Victor. Saya akan sediakan anggota team untuk itu. Tugas kamu atur dia masuk dalam lingkaran member  exclusive lelang, sehingga dia punya akses kepada target kita, Paham!


“ Paham B.” 


“ Nah, tugas kamu George, lakukan kontrak legal dengan Brian yang punya aset untuk dimonetize dan setelah API terkoneksi dengan rekening di Dubai, lakukan cross border transfer. Gunakan kontrak itu sebagai layering. Paham?


“ Paham B.”  Kata George. 


"Ya udah. bye. Good luck" kata saya malambaikan tangan.



***



Awal Januari 2023. Mirna terkejut ketika saya sudah ada depan pintu butiknya di bilangan Jakarta Selatan “ Eh bapak. Apa kabar pak” Katanya terkejut. Mirna adalah team shadow saya. Saya keliling ruanganya. Dia mengikuti langkah saya. Saya lirik dia dari samping saat melihat pakaian wanita yang terpasang di patung. Kulitnya memang putih, Tinggi 167 cm. Bodynya perpect. Bisa bahasa mandarin, Inggris, dan Arab. Lulusan MBA financial engineering di Singapore.


Saya tatap dia sejenak. Saya keluarkan hape. ‘ Saya kirim file ke kamu via SafeNet. Baca, Kamu punya waktu 10 menit baca. Lewat 10 menit file itu akan terhapus dengan sendirinya. “ kata saya. Dia cepat lihat hapenya. Dia baca cepat. Dia mengangguk.


“ Kamu akan jadi wanita jetset. George di London akan atur pembukaan rekening atas nama kamu di Swiss. Itu cukup untuk kamu ikut lelang perhiasan di Dubai. Dagang emas di black market. Victor akan atur kamu jadi member peserta lelang international. Selama melaksanakan misi, kamu akan punya private jet yang terdaftar di San Marino. Lengkap dengan pilot dan stewardess berkelas. Selama di Eropa dan Dubai kamu akan dikawal oleh body guard international. Paham ya. “


“ Siap pak. Tugas saya hanya masuk ke dalam members lelang dan bujuk salah satu members untuk memungkinkan team Victor lakukan cross border transfer dari rekening di Budapest “ katanya menegaskan. Saya mengangguk. “ Salah satu members itu pria Arab. Saya tahu selera dia. Kuasai dia. Jangan sampai salah sedikitpun langkah kamu. Sebelum melaksanakan tugas, kamu akan di training seminggu di Macau. Training jadi wanita jetset kelas dunia”


“ Team George dan Victor jauh dari kamu. Kamu akan sendirian dalam misi ini. Saya percaya kamu. Kamu punya  kercerdasan diatas rata rata  untuk imporvisasi di lapangan dan punya daya survival tinggi. Sukses kamu sangat menentukan sukses mereka melakukan layering fund. Ada puluhan client saya mempercayakan dana sangat besar untuk operasi ini. :Pahami itu. Saya tidak mau gagal. Kalau kamu tidak siap. Tidak perlu dilanjutkan.” kata saya.


“Siap pak. “ katanya. “ Sangat siap pak. Engga perlu ragu” katanya.


“ Ya udah. Hati hati ya “ kata saya. Dia mengangguk.


“ Oh Ya. Anak kamu masih di AS ?


“ Masih pak. Sekarang udah universitas tahun pertama.”


Saya senyum aja.


“ Pak, …” katanya tersendat.


“ Ada apa?


“ Setelah misi ini boleh saya pindah ke Canada. “


Saya tatap lama dia. Sampai dia salah tingkah. “ Pastikan misi kamu sukes. Nanti kita bicarakan soal rencana kamu pindah” Kata saya berlalu.


***

Bulan agustus 2023 saya mengantar Mirna ke Bandara. Dia akan tinggal di Canada bersama putrinya. Dengan uang yang dimilikinya sebesar USD 5 juta dari bonus yang dia terima dari George, dan USD 25 juta dari Victor, plus tabungan selama jadi team shadow saya, itu memungkinkan mudah bagi dia pindah warga negara. “ Aku hanya ingin damai dan aman, B. Apalagi kedua orang tuaku sudah meninggal. Tetapi aku tetap cinta Indonesia” Kata Mirna.


Saya hanya mengangguk dan tersenyum. “ Jaga diri kamu baik baik. “ Kata saya. Dia rangkul saya lama sekali. “ Semoga secepatnya ada lagi tugas untuk saya” Kata Mirna. Aku lambaikan tangan saat dia masuk gate..hampir 10 tahun Mirna jadi anggota team shadow ku. Telah melakukan 5 kali operasi di luar negeri. Pada akhirnya demi masa depan anak dan cucunya,  dia harus berdamai dengan kenyataan, yaitu hijrah ke negeri orang.


Hidup memang tidak ramah. Begitu banyak dana haram yang tidak bisa bergerak karena aturan hukum. Sementara ada orang super kaya yang dapat fasilitas kemudahan melakukan cross border payment unlimited hanya karena dia qualified melewati DD oleh Lembaga Keuangan first class dan tentu di endorsed oleh otoritas. Standar ganda memang. Dan itulah ketidak adilan. Masalahnya,  apakah kita biarkan ketidak adilan sistem dalam keterbatasan financial resource atau ambil bagian dari sistem itu untuk keadilan bagi diri kita sendiri. Ya ini soal pilihan. Pecundang atau penakluk. 


Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...