Sunday, July 02, 2023

Sampah politik.

 




1963 


“ Dimana mimik wajah yang kau lakonkan, Sobar! “ Bentak Darno. “ Kamu juga Anti!!. Darno menatap mereka berdua. “  Kalian berdua harus tahu. Yang kalian perankan itu Mangir Wanabaya, tokoh besar, pahlawan wong cilik. Dia itu gagah dan sangat berani melawan Senopati yang digdaya, adidaya tapi sewenang-wenang. Kenapa lakon yang sangat inspiratif itu kalian bawahkan dengan tanpa hati? jangan jangan hati kalian sudah beku atau bercampur dengan darah tikus !” Lanjut Darno. 


“ “Maaf kawan Darno. Saya ini sarjana ekonomi. Diajarkan berpikir ekonomi. Sulit untuk mengerti dan memahami alur cerita Sandiwara.” Kata Sobari berusaha melunakan Darno sebagai sutradara dan juga wakil partai mempropagandakan politik egaliter “ Saya kira lakon ini kurang tepat. Bagaimana kalau lakonnya kita ganti saja…,”  


“Diganti? ‘ Suara Darno menggelegar. “ Diganti dengan lakon-lakon borjuis itu? Kita ini pejuang, kawan. Bukan hanya seniman. Apa kata kawan-kawan partai nanti kalau drama kita lembek? Karena itu aku angkat Mangir. Dia itu simbol perlawanan…! Baik, sekarang diulang sekali lagi…. Eh Anti, kalau kamu masih main seperti orang loyo, aku ganti! Paham?” Kata Darno. Sobar dan Anti terpukul. Dada mereka sesak. Sobari sarjana tapi dia tidak memilih jadi pegawai negeri. Dia memiih jalan perjuangan wong cilik lewat Teater. Walau hanya teater tapi dialogh penuh dengan nilai nilah kesadaran politik kepada wong cilik. Setidaknya rakyat tahu apa tujuan hidup mereka dan bagaimana memperjuangkannya tanpa dibelenggu oleh gerombolan berjuis. Tapi apa benar mereka berpihak pada jalan revolusioner. Dia sendiri sebenarnya tak begitu yakin. 


350 tahun Belanda menjajah, 350 tahun rakyat tetap percaya dengan Sultan dan Senopati. Seakan hidup mereka sudah ditakdirkan menerima saja. Terlahir terbelenggu kepada kekuasaan Raja yang bersenggama dengan Belanda. Dan seburuk apapun ketidak adilan yang dirasakan, pikiran mereka tidak bisa menjangkau untuk menilai dan memprotesnya. Budaya dan agama, memang memaksa mereka untuk menerima kalah dan tertindas. Jangankan melawan, menatap wajah bangsawan saja mereka tidak berani. Feodalilisme memang menciptakan rakyat penakut dan lemah untuk diexpolitasi oleh politik berjuis.


Mungkin selama ini hanya partai Darno saja yang menganggap perjuangan revolusioner itu penting. Mimpi sosialis hanya bisa terjelma lewat revolusi. Revolusi itu sendiri adalah perjuangan kelas. Kelas yang satu mengganyang kelas yang lain. Target mereka adalah mengganyang kaum berjuis itu.


***

Anti yang dikenal Sobari, memang cantik. Ayahnya Tionghoa tapi ibunya Jawa Solo. Sobari mengenal Anti sejak bergabung dalam teater yang dipimpin oleh Darno. Teater itu tergabung dibawah Lekra. Mungkin cinta panggung. Cinta terjelma di panggung. Di luar panggung Anti lebih dekat kepada Darno. Apakah Anti tertarik dengan idealisme Darno. Ataukan tertarik dengan kegantengannya? Kecerdasannya. Setidaknya dari segi penampila saja Sobari jelas kelah. Tapi Sobari punya cinta dan ingin terus menjaga Anti.


Tak lebih 4 bulan bergabung di teater, Sobari lebih memilih jadi wartawan. Dia tidak nyaman dilingkungan yang terlalu utopia. Benar dia mencintai wong cilik. Benar dia ingin memperjuangkan mereka. Tapi apakah mungkin mengubah budaya jongos dan mental suka jadi korban penguasa hanya dengan lewat teater.  Lewat propaganda. Jangan jangan malah mengubah budaya jadi kebencian dan pengutuk kehidupan yang tidak ramah. Sobari inginkan cara yang lebih elegan untuk membebaskan kedunguan rakyat jelata. Merebut hati mereka dengan cinta itu lebih masuk akal. Walau tentu lambat, tapi itu jalan yang indah.


Di tempat kerjanya yang baru, Sobari berkenalan dengan Sumiati. Gadis jawa yang cantik dan anggun. Cerdas tentunya. Hubungannya dengan Suamiati terjalin ditengah acara peliputan berita. Lama lama mereka semakin dekat dan saling jatuh cinta. Wajah Anti terus hadir dalam mimpinya. Andaikan hidup hanya soal cinta tanpa harus memiliki, dia ingin memiliki Anti dan mencintai Sumiati. Mungkinkah? ah lagi lagi dia terjebak dalam pikiran utopia.  Namun setidaknya dia bersama Sumiati bisa berdiskusi dan bebas mencumbuinya. 


Satu waktu, Sobari ajak Sumiati ke rumah Anti “ Kesalahan kita paling besar adalah membiarkan Soekarno dan kawan kawan mengikuti perundingan dengan delegasi Belanda. Padahal kita sudah proklamirkan kemerdekaan 17 agustus 1945. “ Kata Anti


“ Mengapa ? Sumiati berkerut kening.


“ Ya. Dengan mau ikut perundingan LinggarJati, Renvile, Roem and Royen, konferenesi inter-Indonesia, konverensi meja bundar, itu artinya para pemimpin kita tidak percaya diri dengan kemerdekaan secara de facto. Kita memilih pengakuan the jure. Kalau begitu, tidak akan ada perubahan. Ini hanya mengganti kekuasaan dari Kolonial Belanda ke kolonial kaum berjuis. Padahal banyak sekali korban berjatuhan sejak proklamasi kemerdekaan. Itu sebagian besar rakyat jelata karena provokasi tokoh agama.


Yakinlah. Kelak perjuangan rakyat jelata untuk kemerdekaan tidak akan dapat tempat istimewa bagi elite politik. Siapapun itu. Kini maupun besok. Rakyat jelata hanya jadi pelengkap saja atas berdirinya negara. Hubungan emosional antara penguasa dan rakyat jelata tidak ada. Yang ada hubungan penguasa dengan kaum herjuis semakin mendapat tempat, bahkan teramat istimewa, sehingga merasa pantau kalau karena hubungan istimewa itu rakyat dikorbankan. “ Kata Anti


“ Ya kamu ada benarnya, Anti. Kata Sobari. “ Terbukti UUD 45 dan Pancasila hanya berlaku sampai dengan tanggal 19 maret 1947 saat kita menandatangani perjanjian Linggarjati. Dengan perjajian itu Belanda mengakui secara de facto atas wilayah Jawa, madura dan Sumetera, tapi itu bukan Negara Kesatuan seperti amanah proklamasi kemerdekaan. Bentuk Repulik adalah negara federal. Kemudian pada Perjanjian Renvile, Belanda semakin dapat pengakuan dari kita bahwa kedudukan mereka sejajar dengan Republik Indonesia sampai terbentuknya RIS.


Kemudian 7 Mei 1948 kembali malakukan perjanjian dimana kita harus mengikuti konferensi dibawah PBB agar kita dapat pengakuan sebagai negara berdaulat. Itupun dengan syarat RIS sudah harus terbentuk. Belanda mengakui kedaulatan Indonesia paling lambat 30 Desember 1949, berbentuk negara serikat dan merupakan sebuah uni dengan Belanda. Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu Belanda. “ Lanjut Sobari menimpali.


“ Nah sumber masalah ketidak adilan sekarang terjadi, karena ruh proklamasi 1945 terhapuskan dengan persetujuan pemimpin kita berunding dengan Belanda. Mereka tidak merasa kemerdekaan itu buah dari revolusi bau amis darah. Tapi konsesus international. Kaum international yang mengakui kemerdekaan adalah neokolin. Kita harus ubah keadaan dengan mengembalikan ruh kemerdekaan dan nilai patriotisme para pejuang kemerdekaan” Kata Anti dengan mimik penuh semangat. 


Sumi memang berbeda dengan Anti. Secara personal Anti tidak tertarik kepada Sobari tapi lebih mencintai Darno. Karena dianggapnya Sobari tidak seidealis Darno. Makanya kalau bertemu Sobari berdua saja. Anti lebih banyak diam. Tapi Anti hebat dalam hal diskusi politik. Sum? baginya terlalu naif mengulas ketidak adilan penguasa.


***

1965


Berita Radio pagi membuat Sobari terkejut. Cakrabirawa pasukan pengawal presiden berhasil menggagalkan upaya kudeta dari Dewan Jenderal. Hari hari berikutnya Jakarta mencekam. Berita soal kudeta itu dengan cepat berubah. Bukan Dewan Jenderal tapi PKI lah pelakunya. Aksi gelombang demontrasi meluas untuk membubarkan PKI. Sampai akhirnya PKI memang dibubarkan. Selanjutnya terjadi pengganyangan kepada pengikut  PKI dan pemimpinnya dari tingkat pusat sampai ke daerah.


Sobari ingat Anti. Tengah malam dia segera pergi ke rumah Anti di kawasan Setiong Jakarta. Di rumah itu sudah ada Darno dan taman temannya.


“Gawat. Tentara dan kapitalis-kapitalis birokrat itu sudah menguasai Jakarta! Lambat atau cepat, mereka pasti merangsek kemari. Untuk sementara, kita bekukan kegiatan teater kita, sampai keadaan normal kembali!” ujar Darno dengan suara cemas. Empat atau lima orang termasuk Anti saling memandang. Tak putus-putusnya mereka menghisap rokok. Ruangan seperti diselimuti kabut. Puntung-putung rokok menggunung di asbak.


“Terus apa yang bisa kita lakukan, kawan Darno. Bagaimana kalau kita lari atau…?” ujar seseorang sambil menyulut rokoknya. Menghisap dalam-dalam lalu menghembuskan asap kuat-kuat.


“Lari? Sejak kapan partai mendidik kita jadi pengecut?” sergah Darno  dengan mata yang berkilat-kilat.

“Bukan itu maksud saya, kawan. Itu hanya taktik saja. Kita toh tak ingin mati konyol….”


“Mati konyol? Kamu pikir kita ini tidak memperjuangkan apa-apa?! Tiap detik kita hanya memikirkan rakyat. Jiwa kita, rakyat. Darah kita, rakyat. Nafas kita, rakyat! Waktu 24 jam bagi kita tidak cukup untuk memikirkan rakyat, kawan….” Darno kembali meradang, dengan tekanan suara yang berat dan pelan.


Ruangan senyap. Detak jam dinding terdengar sangat keras, seiring dengan detak cepat jantung mereka. Darno mencoba memompa keberanian kawan-kawannya. “Usaha kita makin menunjukkan hasilnya, kawan. Lewat seni, partai kita berhasil bikin kawan-kawan tani dan buruh di desa ini punya tatapan mata bertenaga dan punya sinar. Luar biasa, mata mereka tidak lagi loyo, kosong, tapi bersinar. Mereka makin berani dan gagah menatap mata para tuan tanah yang hendak merampas tanahnya. Begitu juga kawan-kawan kita kaum buruh. Mereka makin punya nyali menghadapi para juragan yang memeras tenaganya.”


Mereka segera pergi keluar rumah. Tinggal Anti dan Sobari berdua. 


“ Kamu tidak apa apa Ti? 


“ Tidak apa apa? 


“ Kalau begitu aku pulang dulu. Besok pagi aku akan cari cara agar kamu bisa lari. “ Kata Sobari. Anti menahan langkah Soberi depan pintu. Dai berdiri mematung. Ia menangkap getar kecemasan Sobari, kecemasan akan nasipnya. Kesan kawatir itu tidak nampak pada Darno. Dia baru sadar bahwa Darno tidak bisa mencintai apapun kecuali PKI. Tanpa sadar, jantungnya pun berdetak cepat. Ruang yang cukup besar mendadak menyempit. Malam yang dingin, terasa sangat panas. Anti membuka bajunya pelan pelan dan menatap Sobari. Malam itu bertambah panas saat mereka berpacu  menuju puncak gelombang panas dan terhepas dengan peluh bercucuran. Ketika gorden disibak, ia menatap bulan perak sebesar semangka diam tak bergerak, seolah terjebak dalam bingkai jendela.


Sejak peristiwa malam itu, keadaan makin tak menentu. Waktu terasa membeku. Angin mati. Ke mana para pemuda itu? Ke mana Darno? Lamunan Ati pecah berkeping ketika pintu rumahnya diketuk orang. Dengan perasaan galau, ia membuka daun pintu. Dalam tempias cahaya lampu, ia melihat wajah Sobari.


“Tik, tentara-tentara sedang memburu antek PKI. Apa pun caranya, kamu harus lari …,”  Kata Sobari.


“Di mana Mas Darno?”


“Darno tertembak malam tadi saat akan melarikan diri…Teman teman lekra ditangkapi semua. Makanya aku kemari untuk ajak kamu lari.” ujar Sobari dengan lesu dan kawatir. Anti terdiam mematung. Sobari berkali kali mengusap kepalanya. Kadang mengusap wajahnya. Rokok terus mengepul. Mendadak pintu rumah Anti didobrak. Orang-orang yang tidak dia kenal masuk dan merangsek ke kamarnya. Mencari entah apa yang dicari. Anti dan Sobari digelandang. Dengan mata terbebat kain, mereka didorong masuk jeep. Dalam kegelapan mata, mereka tak tahu mobil itu bergerak ke mana. mereka hanya merasakan mobil itu melaju begitu cepat.


“Turun!” suara orang mendorong Anti dan Sobari dari jok jeep. Mereka berjalan. Kaki dirasakan menjamah lantai yang dingin. Dengan kasar, seseorang membuka kain yang membebat mata mereka. Mereka digelandang masuk ke dalam. Di koridor bangunan kuno itu, Sobari berpapasan dengan Sumiati. “Sum? Kamu di sini?” ujar Sobari pelan. Sum itu tak menanggapi. Seperti tidak kenal. Ia cepat berlalu dengan senyum yang dirasakan mengejek. 


Dua orang laki-laki kembali menggelandang Sobari menuju ke suatu ruangan. Ia masih tertegun, tidak menduga akan bertemu dengan Sum di rumah tahanan itu. Sum yang dia kenal sebagai wartawan ternyata selama ini adalah intel tentara.


Dalam setiap sesi interogasi para tentara selalu meneriakkan pertanyaan yang sama, ”Kamu PKI tak tahu diri. Kamu kenal Darno. Kenal Anti? itu semua teman teater kamu”  Sebelum mulut Sobari terbuka gagang pistol menghantamnya. Tentara memukul kepala Sobari dengan popor senapan. Seketika darah segar menyembur… Sobari hanya diam bagai sekerat daging beku. Dia meringkuk tak berdaya. Darah terus-menerus mengalir dari kepalanya. Dari paha kiri dan betis kanannya. Seluruh wajahnya memar, bahkan nyaris bonyok. ”Ayo jawab!! Siksaan fisik paling ringan adalah ditempeleng. 


Setelah bosan tentara itu memukulnya, Sobari diseret ke dalam penjara yang berbau busuk. Karena sengaja air tinja di buang ke lantai. Tidak boleh dibersihkan. Tidurlah disana. Belakangan Sobari dapat kabar. Dia dan Anti termasuk tapol lain akan dibuang ke Pulau Buru untuk menjalani tahanan. Entah sampai kapan akan bebas. Yang menguatkan dirinya adalah Anti. Dia harus bertahan hidup untuk Anti. Kelau kelak dikirim ke penjara Pulau Buru, dia masih berharap untuk bertemu kembali dengan Anti, untuk menjadi pelindung dan menua bersama.


***

1995. 


Bulan perak sebesar semangka masih terjebak di bingkai jendela kamar Anti, perempuan paruh baya itu. Tangan Anti masih memegang kisi-kisi jendela. Ditatapnya bulan itu lekat-lekat. Sobari mendekapnya dari belakang. Kini mereka menua bersama, Tinggal di rumah berdua saja. Setelah lepas dari penjara Pulau Buru, Sum dan Sobari menikah. Untuk menghidupi keluarga, Sobari menulis novel dan cerpen dengan nama alias. Mereka punya anak satu, yang kini berkarir sebagai tenaga peneliti di Pusat Riset di Perancis. Sobari tahu, sum menikah dengan tentara. Sum dikaruniai dua anak. Satu anaknya  yang laki laki meninggal karena narkoba. Dan satu lagi yang perempuan, idiot. Kemelimpahan harta karena jabatan tidak membuat mereka damai. 


“Ti, Sum telah meninggal dunia” kata Sobari. Anti terkejut dan akhirnya termenung. Wajah Sum hadir kembali. Juga saat ia berdiskusi dengan Sum lebih dari 30 tahun lalu. Ia menarik nafas dalam-dalam. Dalam beberapa saat, ia berbenah. Ia raih baju hangat, kemudian keluar rumah bersama Sobari. Mereka bergegas menuju rumah Sum, yang terletak di kawasan Menteng Dalam. Kedatangan Sobari dan Anti  membuat tercengang para pelayat. Mereka  berdua menyalami handai tolan Sum.


Di depan peti jenazah yang terbuka, ia menatap lekat-lekat wajah Sum yang bulat, seperti bulan sebesar semangka yang terjebak di bingkai jendela kamarnya. Sobari menggenggam jemari Anti yang berlinang airmata. Walau selama 30 tahun hak politiknya hilang dan masih harus menerima stigma bahaya laten komunis dari penguasa. Anti bersukur karena saat itu dia berdoa untuk kebaikan Sum agar damai di sisi Tuhan . Ia merasakan kehangatan mengalir di rongga dada. Tidak ada dendam. Ini masalah politik, bukan personal.  Biarlah sejarah nanti akan menilai apakah kemerdekaan yang dimaksud untuk kaum berjuis atau wong cilik. Setiap generasi menentukan pilihannya dan menerima takdir atas pilihannya.

Friday, June 30, 2023

Rakyat second class di Indonesia

 




Tahun 90a saya pernah dapat tawaran dari relasi di Singapore. Bahwa dia minta saya membangun kebun sawit dan kemudian dia akan beli kebun itu dengan harga di tentukan didepan. Bagaimana modal? Engga usah kawatir. Dia akan kasih pinjam. Nanti akan di perhitungkan ketika lahan siap ditanam. Katakanlah perhektar dia buka harga Rp. 25 juta. Sementara ongkos real untuk buka lahan hanya Rp. 20 juta. Jadi saya untung Rp. 5 juta. Nah kalau 5000 hektar , hitung sendiri berapa saya untung? Tapi bisnis mudah itu saya tolak. Karena secara moral tidak bisa saya terima. Saya tahu persis dia hanya ingin memanfaatkan kelemahan saya saja untuk dapat untung besar. Mengapa ? Mari saya ceritakan…


Contoh ada teman  broker. Ia dapat order jual kebun sawit kepada pengusaha singapore. Dia buat PT untuk dapat izin Perkebunan Besar Sawit. Dia tidak ada modal. Namun pengusaha singapore kasih dia modal untuk membuka kebun itu.  Bila lahan masih hutan, dia tebang. Kayunya dia jual. Hasil jual itu masuk kekantongnya. Kalau lahan rakyat , dipaksa jual oleh aparat dengan harga murah.  Lahan dibersihkan dengan menyerahkan kepada kontraktor land clearing agar bisa di tanam sawit. Setelah proses land clearing selesai, tuganya selesai. Selanjutnya transaksi jual beli saham antara dia dan pengusaha Singapore di lakukan. Pengusaha singapore menunjuk proxy lokal sebagai pemegang saham. Dia menerima uang penjualan saham itu setelah di potong modal  awal yang dia terima. Kesimpulannya dia tidak keluar modal. Hanya andalkan kedekatan dengan penguasa, dia bisa kaya raya tanpa resiko apapun.


Tapi apa yang terjadi dari proses bisnis tersebut diatas? Banyak pihak yang tanpa alasan rasional menerima uang.  Saya katakan tidak rasional karena memang tidak ada alasan yuridis atau moral mereka terima uang. Siapa itu ? Lurah, camat, Bupati sampai Gubernur kebagian uang. Belum lagi pejabat  yang berkaitan dengan  perizinan konsesi itu  semua terima uang. Kemudian para kotraktor land clearing mendapatkan uang tidak wajar  karena dia hanya membakar lahan dan engga peduli dampak lingkungan. Konsultan lingkungan dapat uang tidak wajar karena dia buat studi hanya copy paste dari studi yang pernah di buat tanpa melalui studi menyeluruh secara objective. Konsultan projek membuat perencanaan juga dapat uang tidak wajar karena dia juga hanya copy paste.  Seharusnya mereka dibayar karena skill nya tapi mereka kerja ala kadarnya. Karena tahu pekerjaannya hanya pelengkap formal syarat di keluarkannya izin. Dan tahu bahwa pejabat juga tidak peduli kalau syarat itu benar valid atau tidak.


Kemudian setelah transaksi pelepasan saham di lakukan, pengusaha singapore menyediakan equity 30% dari nilai proyek kebun sawit + PKS, dan 70% dari bank lokal  untuk melakukan proses penanaman dan produksi. Ketika produksi, CPO di beli oleh pengusaha singapore dengan harga murah. Maklum itu memang kebun dia sendiri. Pemegang saham hanya proxy saja. Jadi kesimpulannya pengusaha singapore dapat resource dan dapat juga modal dari bank lokal. Dan mereka mendapatkan laba dengan pengorbanan kecil. 


Dari skema bisnis inilah membuat para pejabat kaya raya, anggota DPR kaya, Konsultan kaya, kontraktor kaya, LSM dan Ormas kaya, semua kecipratan uang dari menjarah sumber daya lahan nasional. Mengapa ? karena merekalah gerombolan bandit kelas menengah yang saling melindungi agar hidup makmur. Mereka membuat singapore makmur. Bergaya hidup hedonisme di kota kota mahal di luar negeri. Memanjakan diri ditempat berkelas. Punya selir di semua apartemen mewah yang di belinya, anak anak sekolah di luar negeri. 

Bagaimana dengan Rakyat kecil ? mereka hanya jadi buruh kasar. Kadang tanahnya di rampas paksa. Kalau harga CPO jatuh , pengusaha sawit surrender. Yang korban ya bank dan rakyat. Untunglah, setelah melalui perjuangan keras di tataran elite politik akhirnya sejak tahun 2016 Jokowi berhasil menghentikan skema ini yang telah berlangsung puluhan tahun.


***

Satu waktu Ira mengajak saya ikut tour bersama Peneliti Pembangunan Manusia yang berafiliasi dengan lembagan penelitian dari Luar negeri. Ira mengenakan celana denim dan kaus lengan panjang. Tak lupa topi warna putih. Saya tidak suka acara ini. Usia saya tidak muda lagi. Dulu ketika usia masih 40 tahun. Saya pernah ikut dalam program volanteer kemanusiaan di China wilayah Barat. Kami tidak melakukan survey dengan tanya jawab seperti petugas sensus. Itu pasti menyesatkan. Jadi kami tinggal bersama rakyat di desa yang serba bersahaja. Walau hanya 10 hari kebersamaan dengan mereka. Kami punya bahan lebih cukup untuk membuat laporan. Pasti valid.


Team ira ada 5 orang. Wanita hanya Ira seorang.  “ Tujuan survey kami adalah petani sawit program transmigrasi di Jambi” Kata Ira saat di pesawat.  Ira tahu bahwa saya punya mitra yang mengelola kebun Sawit lebih dari 10.000 hektar di Sumatera. “Kalau dihitung dengan luasnya lahan dan besarnya sumber daya alam untuk menjadikan indonesia sebagai pengahasil sawit nomor 1 dunia, rasanya tidak seimbang dengan  rusaknya ekologis dan hancurnya modal sosial yang ditimbulkan. Nyatanya kita tidak bisa membangun tampa hutang. Debt trap terjadi. Tanpa hutang APBN tidak bisa ekspansi“ Kata Ira.  


Saya tidak mau berdebat. Bagaimanapun ira benar tapi pemerintah juga benar. Hutang itu soal dilema. Jepang dan Singapore berhutang karena rakyatnya kaya. Agar kelebihan pendapatan rakyat dapat disalurkan Pemerintah lewat surat utang negara. Denngan begitu tidak ada sumber daya uang rakyat yang nganggur. Rakyat dapat side income dari sleeping income lewat surat utang negara. Tapi seperti Indonesia, dan negara Afrika, Amerika Latin, lainnya, mereka berhutang kepada pasar uang. Sebagian besar rakyat tetap miskin. Surat utang itu semakin membuat segelintir orang kaya semakin kaya dan menikmati financial secure. Yang miskin tetap miskin. Ya faktor rasio GINI yang timpang.


Sampai di  Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi tidak ada yang menyambut. Kami terus ke Hotel. Malamnya kami diskusi di cafe. Saya lebih banyak mendengar. Mereka semua S3 dari luar negeri. Tentu mereka lebih terpelajar dan paham. “ Besok pagi kami akan anjangsana ke  Kantor Polda Jambi dan kantor dinas pertanian Pemda untuk kulonuwon. Surat sudah kami kirim dan izin sudah didapat sebelumnya. Katanya TNI akan siapkan petugas pengawal. “ kata Ira. Saya mengangguk saja.


Tujuan lokasi survey adalah Desa yang ada di Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari. Desa itu memang hidup dari betani Sawit. Mereka tadinya adalah transmigran yang didatangkan dari Jawa untuk mengurani beban jawa yang semakin padat. Mereka sudah punya sertifikat lahan yang memang dibagikan untuk mereka bisa sejahteran di tempat yang baru. “ Di daerah ini banyak terjadi konflik agraria. Jadi hati hati. Karena mata mata pengusaha kebun ada dimana mana. Mereka berlaku seperti preman“ Kata petugas TNI yang mendampingi kami. 


Kendaraan berhenti di depan rumah yang berukuran tidak lebih 40 meter. Pemilknya orang jawa. Namanya Pak Maman. Dia bagian dari rombongan transmigrasi program PIR. Tidak perlu tanya lebih jauh. Dari keadaan rumah dengan perabotan yang cukup bernilai dan motor hondar metik terpangkir depan rumah. Menurut saya untuk ukuran orang desa, dia termasuk makmur. 


“ Tahun lalu kebun sawit saya digusur untuk bangun parit besar. Saya protes tetapi pengawas proyek dari perusahaan Kebun Besar Sawit mengatakan itu bukan tanah saya. Tapi milik orang lain. Dan mereka sudah bayar. “ Kata pak maman dengan raut wajah sedih. “ Padahal tanah itu saya terima  dari pemerintah secara resmi. Itu tanah program tranmigrasi. Sertifikatnya keluar sejak 2010” Lanjutnya. Kami semua menyimak.


“ Saya tidak berdaya. Mereka berjanji akan membayar ganti rugi. Nyatanya sampai sekarang tidak ada ganti rugi. Sekarang saya tidak ada uang untuk biayai anak anak sekolah. Untuk menyambung hidup, saya terpaksa kerja sebagai buruh  tebas di perusahaan sawit. Sehari kerja upahnya Rp. 100.00. Tapi, tidak setiap hari kerja. “ Kata pak maman dengan tatapan kosong. Maman tidak sendirian. Bersamanya ada 200 KK yang total lahan mereka ada 308 hektar. Lahan usaha 108 hektar dan 200 hektar lahan milik. Sudah banyak aktifis berjuang membela mereka tapi akhirnya kandas begitu saja.


Keadaan Pak Maman juga terjadi pada petani sawit di kecamatan lainnya. Penyerobotan tanah kebun sawit petani terus terjadi. Tak sedikit keluarga yang jatuh bangkrut dan kehilangan sumber pendapatan.Sebenarnya luas lahan usaha mereka tidak cukup untuk makmur apalagi harga tandan murah. “Bila mengandalkan sawit di rumah hanya ada 335 batang, paling hanya 200 kilogram. Tidak cukup untuk kebutuhan,” kata salah satu penduduk desa. “ kami terpaksa juga jadi buruh kebun sawit “ lanjutnya. Kunjungan itu tidak lama. Team ira lebih memilih kembali ke Hotel menjelang malam hari. 


Di hotel mereka sibuk diskusi tentang keadaan lapangan yang baru saja mereka tinjau. Itu bukan hanya terjadi di Jambi, tetapi hampir diseluruh wilayah perkebunan sawit. Termasuk di Kalimantan dan Papua. Saya menyimak saja. Mengapa ini terus terjadi? Tentu kalau ditanya pemerintah alasannya sangat rumit. Tidak mudah diselesaikan. Tapi sebenarnya kalau hukum tegak atau law enforcement jalan. tidak ada yang rumit. Keadaan menjadi rumit karena mental korup dari tingkat daerah maupun pesat. Semua bermain termassk aparat hukum. Selalu yang menang adalah Pengusaha besar.


Bagaimana bisa rakyat melakukan perlawanan? tanya Ira.  


“ Rakyat tidak punya apa apa untuk melawan. Semua sumber daya dikuasai negara. Seharusnya pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat membela mereka. Bukankah sistem demokrasi, rakyat mengamahkan nasipnya kepada legislatif, gubernur, bupati dan presiden yang mereka pilih langsung. Kalau amanah rakyat itu tidak dilaksanakan. Maka itu salah mereka sendiri mengapa pilih orang brengsek. Begitu logikanya. 


Sebenarnya biang persoalan adalah partai yang diharapkan ternyata gagal mencetak pemimpin yang punya hati. Itu karena kepentingan pemodal ikut terlibat dalam setiap Pilkada, Pilgub dan Pilpres. Faktanya dari 53 juta hektare pengusahaan lahan yang diberikan pemerintah, hanya 2,7 juta hektare yang diperuntukan bagi rakyat, tapi 94,8 persen bagi korporasi“ Kata saya.


“ Aktor politik sebenarnya adalah pengusaha. Di hadapan pengusaha,  apapun bisa dibeli.  Dari aparat level terendah sampai atas, dari LSM kelas nyamuk sampai nasional. Dari tokoh kelas capung sampai tokoh nasional. Dari pedagang sampai makerlar, menikmati uang dengan cara mengorbankan hak rakyat. Pengusaha  itu menghamba kepada cukong asing  dan menindas kepada rakyat miskin” Kata Ira. Saya mengangguk.


“ Mental pengusaha itu bukan hanya culas kepada rakyat, mereka juga culas kepada negara. Penyeludupan CPO itu sudah berlangsung sejak 15 tahun lalu. Penyebabnya karena disparitas harga lokal dengan harga ekspor jauh sekali. Pengusaha menghindari DMO dan bayar pajak ekspor. Tidak peduli karena itu kebutuhan dalam negeri kurang untuk bahan baku minyak goreng. Tidak peduli negara suffering karena devisa hasil ekpor parkir di luar negeri.


Belum lagi dana iuran perusahaan sawit dibawah Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit. Dari tahun 2015 sampia 2019, terkumpul Rp 43 triliun. Dari dana terkumpul itu sebesar Rp. 38,7 triliun digunakan untuk memenuhi insentif mandatori biodiesel. Petani hanya dapat tak lebih 2% dari dana terkumpul itu. Padahal petani juga ikut menyumbang sekitar Rp. 150/kg buah tandan” Kata salah satu team Ira.


“ Semakin lama semakin tersibak. Bahwa kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada rakyat. Tapi berpihak kepada korporat. Pemutihan atau pengampunan 3,3 juta hektar lahan sawit yang berada di kawasan hutan, hanya dengan denda dan pajak mereka mendapatkan pengampunan. Lahan sawit ilegal menjadi legal. Kalau dihitung secara ekonomi dan sosial,  itu tidak sebanding dengan kerugian yang didapat. Ya kerugian akibat praktik kejahatan tersebut seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran, harus ditanggung oleh rakyat kecil“ Kata salah satu team Ira.


“ Itu bisa terjadi karena melalui mekanisme Pasal 110A dan 110B Undang-undang (UU) Cipta Kerja. Dengan beleid ini, perusahaan yang kegiatan usahanya sudah terbangun di wilayah hutan produksi, bisa mengajukan pelepasan atau pemutihan. “ Kata Ira. saya dari tadi hanya menyimak. 


Saya bisa menerima fakta itu. Karena Laporan World Resources Institute dan Global Forest Review tahun 2002 hingga 2020 menyebutkan, Indonesia masuk ke dalam jajaran empat negara dengan angka pembabatan hutan tropis terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan kedua, setelah Brasil dengan angka pembabatan hutan tropis 9,7 juta hektar. Khusus untuk Sawit mencapai 3,4 juta hektar. Itu sudah diakui pemerintah dengan melegalkannya. 


Semoga kedepan pembangunan Indonesia lebih peduli kepada nasip bumi dan manusia. Sudah cukup memanjakan korporat yang hanya segelintir saja namun rakus itu. Caranya ? melindungi kepentingan rakyat petani yang selama ini berkonflik dengan korporat. Menghentikan perizinan baru untuk perkebunan, pertambangan dan sektor pertambangan di seluruh wilayah yurisdiksi Indonesia. Meningkatkan value chain CPO lewat sistem logistik terpadu dengan pusat pengolahan donstream secara luas. Membangun ekosistem downstream CPO yang yang bukan hanya untuk usaha besar tetapi juga bisa diakses oleh UKM.


***


“ ALe, kita korbankan sumber daya alam yang begitu penting untuk anak cucu kita. Itu karena kita kepepet untuk bayar utang luar negeri yang perlu devisa. Walau neraca perdagangan kita surplus dengan ekspor SDA meningkat, namun devisa hasil ekspor lebih banyak parkir di luar negeri. Dan negara terpasa berhutang lagi untuk bayar utang luar negeri. Kan bisa disebut mereka itu pengkhianat. Mengapa Devisa Hasil ekspor di banyak parkir di luar negeri ? Tanya ira saat di pesawat menuju jakarta.


Investor lokal yang kita banggakan dan timang timang seperti bayi itu tak lebih makelar kodok. Bukan entrepreneur yang punya visi kebangsaan. Hampir semua pengusaha yang punya konsesi SDA itu menerapkan skema counter trade atau ijon. Mereka menarik pinjaman luar negeri untuk eksploitasi SDA, yang pembayarannya lewat hasil produksi. Jadi wajar saja, setiap ekspor hanya dicatat dalam pembukuan tapi tidak masuk ke dalam negeri. Itu devisa dikuasai oleh lender.


Mereka kadang menggunakan SPC dengan menunjuk lembaga keuangan sebagai S/A ( special assignee) di luar negeri sebagai lender dengan skema non arbitrase. Artinya jaminannya hasil SDA itu sendiri. Jadi wajar kalau semua hasil ekspor masuk ke rekening SPC. Pengusaha hanya catat dalam pembukuan. Bayar pajak. Sejatinya mereka tidak percaya kepada pemerintah, terutama tidak yakin terhadap stabilitas politik. Kalau chaos terjadi, ya mereka tinggal angkat koper terbang ke luar negeri. Di luar negeri mereka sudah sangat kaya dan menikmati hidup dengan damai." Kata saya.


" Di China, kalau terindikasi perusahaan punya rekening di luar negeri tanpa terafiliasi dengan dalam negeri, maka dianggap korupsi dan hukumannya MATI! Hukum kita yang begini engga ada. Orang hanya diikat dengan semangat pancasila. Percaya sajalah. Terima sajalah. SDA ludes, DHE milik orang asing. " Kata Ira. " Eh kalau engga salah kamu juga punya kebun sawit? Tanya Ira.


“ Kita beli saham yang dimiliki perusahaan terdaftar di Singapore. Saham lokal kami pertahankan sebagai proxy. Namun kami sebagai offtaker dari produksi CPO untuk bisnis supply chain ke China. Kalau indonesia membangun pusat logistik dan stockis terpadu dengan kawasan industri downstream, tentu kami bisa undang mitra kami di China, Eropa untuk relokasi pabrik mereka ke Indonesia. Kan secara bisnis lebih efisien mendekati bahan baku” Kata saya.  Ira tersenyum dan mengangguk.


“ Rakyat tidak paham bagaimana sumber daya Alam dirampas dan dikuras tanpa ada manfaatkan besar bagi negara. Mereka hanya sibuk bicara politik polarisasi dan seperti kerbau ditusuk hidung mereka mau saja digiring ke bilik suara. Padahal faktanya 7 presiden berkuasa, hanya jualan citra humanis. Tetapi kekuasaannya dirantai oleh kepentingan oligarhi bisnis kebun, tambang dan mineral. “ Kata Ira. Selang beberapa waktu, Ira terdiam dan akhirnya tertidur. Rakyat indonesia sebagian besar memang tidur. Mereka doyan berfantasi tentang kemakmuran atas hadirnya presiden baru, tapi mereka tidak sadar proses neokolonialisme sedang berlangsung.



Wednesday, June 28, 2023

Politik dan uang

 




Tahun 2012 dalam cuaca dingin menggigit menyambut saya di Beijing. Suhu mendekati 7 derajat celcius. Kendaraan sudah menanti saya untuk terus ke Hotel. Walau jarak bandara ke JW Marriot Hotel Beijing Central hanya 32 KM namun karena jalanan macet, saya perlu hampir 2 jam sampai di hotel. Jam 6 sore baru sampai di Hotel. Saya keluar dari kendaraan standar limo masuk lobi Hotel yang memiliki pintu masuk kaca yang ramping dengan pintu putar yang mengkilap. “ Selamat datang B. “ Sapa Chao Bin. Saya menyalami erat dia. Chao adalah direktur Yuan Holding di Beijing. Dia serahkan kunci kamar kepada saya. Kami pergi ke lift untuk menuju kamar. 


“ Jadwal pertemuan anda dengan Group Pig Farming  satu jam lagi.” Kata Chao Bin. Saya mengangguk. Saya sudah hapal jadwal meeting. Chao langsung keluar kamar kembali ke kantor. Saya gunakan waktu 1 jam untuk membaca profile Group Pig Farming. Group ini menjadi target saya untuk menjadi bagian dari bisnis model Yuan. Mereka punya peternakan babi di tiga tempat di China. Berpengalaman lebih 10 tahun dalam peternakan babi. Kemajuan ekonomi China telah membuat banyak orang kaya, tentu konsumsi daging babi semakin meningkat.


Jam 7 saya keluar dari kamar dengan setelan jas. Pergi ke Executive Lounge di lantai 15. “ Anda pasti B? “ sapa wanita mature saat akan masuk Executive Lounge. Saya mengganguk “ Nama saya, Qing.” Katanya membungkuk depan saya. Dia menuntun saya ke table.  Tanpa basa basi dia serahkan dokumen.” Ini yang ingin kami akuisisi. “ Katanya. Saya baca dokumen itu dengan cepat. Saya menganguk. 


“ SF adalah group yang menguasai peternakan babi dibeberapa tempat di AS. Total lahan peternakan itu mencapai 150.000 hektar. Mereka produsen dagin babi terbesar di AS. Mereka juga mengekspor ke China. “ Katanya dengan bahasa inggris sempurna. Saya menyimak dengan seksama. Maklum ini deal miliaran dollar. Depan saya adalah CEO yang juga pemegang saham pengendali group raksasa di China.


“ Kami perlu dana untuk akuisisi ini. “ Katanya dengan lembut namun kesan wanita hebat dan berwibawa terpancar dari raut wajahnya. “ Tadinya sudah banyak tawaran yang siap memberikan dukungan financing kepada kami. Namun kami tolak. Mereka semua minta saham lewat hutang konversi. Kami perusahaan keluarga dan belum siap berbagi saham. Bank kami siap memberikan pinjaman setelah kami selesai akuisisi. Artinya mereka siap melakukan refinancing. Jadi kami tidak perlu lama uang itu terpakai. “ Lanjutnya. Saya menyimak


“ Kami dapat informasi bahwa anda punya skema pembiayaan yang cocok untuk kami. ” Katanya kemudian dengan tersenyum. 


Saya memperbaiki duduk saya. Dari bersandar ke duduk sempurna. “ Saya akan siapkan pendanaan. Tapi anda harus jamin supply bagian isi perut babi untuk kilang minyak babi yang akan kami bangun di lokasi peternakan babi itu. Gimana ?


Dia menatap saya dan tersenyum. “Mengapa ?


“ Kami memasok API kelebih dari 180 Industri pharmasi di seluruh dunia. Kami juga berencana untuk menjadi pemasok untuk minyak lemak babi. Anda tahu kan, Minyak lemak babi digunakan dalam industri farmasi untuk fermentasi antibiotik. Itu dipilih untuk standar linkungan. Karena dia penghilang busa selama proses fermentasi. Jadi limbah nya kecil sekali” Kata saya. 


Dia terpesona. 


“ Nah sekarang saya paham visi anda. Tadinya saya pikir anda menawarkan pembiayaan dengan skema too good to be true.” Katanya. “Mari kita action segera. “Lanjutnya.


“ Saya akan kirim team saya untuk detail kerjasamanya. Saya harap anda juga siapkan team. Jadi proses nya bisa lebih cepat “ Kata saya. 


“ Terimakasih B” Katanya saat mengantar saya keluar dari lounge executive.


***

Tanyata negosiasi dengan SF, perusahaan target mengalami kebuntuan karena ada kecurigaan dari pemerintah AS atas ekspansi perusahaan China di bidang agro industri. Team melaporkan kepada Qing soal proses akuisis yang stuck. “ Bro, Ms Qing mau bertemu dengan kamu. Saya dan dia tidak ada solusi mengatasi proses negosiasi yang terganjal politik. “ Kata Wenny saat bertemu saya di London. Dua hari kemudian saya bertemu dengan Qing.  “ Saya malu kepada anda. Karena studi kami ternyata tidak lengkap, terutama tentang restriction politik. Padahal sudah setahun prosesnya. Ongkosnya sangat mahal. Apalagi anda sudah siapkan uang di escrow” kata Qing dengan tertunduk. 


“ Kenapa anda terlalu terbawa perasaan. Santai aja. Hambatan itu biasa dalam bisnis. Dari awal saya sudah tahu akan hambatan ini. Mari kita selesaikan masalah ini. Kan ini last step” Kata saya.


***


Dari london saya terbang ke Washington. Tom mengatur saya makan malam dengan anggota Senat yang sangat keras menentang investasi China di bidang Agro Industri. Saat makan malam itu dari arah pintu masuk keliatan Felix. Dia melangkah ke arah table saya. “ Ah B, apa kabar” sapanya. Saya berdiri menyalaminya. Anggota senat itu tersenyum menatap Felix. 


“ Ted..” seru Felix kepada Senator itu. Masih dalam keadaan berdiri. “ Scoth minggu lalu ketemu saya. Dia cerita tentang Rencana IPO. Scoth itu linknya B” kata Felix. Wajah senator itu keliatan terkejut. Tapi Felix dengan tersenyum menepuk bahu saya. “ B, saya ke table saya dulu. Dan melirik ke arah Senator itu dengan tersenyum. 


Di AS memang anggota senator tidak korupsi. Namun mereka terlibat konspirasi dengan fund manager untuk dapatkan cuan dari  emiten lewat pasar perdana. Biasanya uang untuk beli saham disiapkan oleh pemain hedge fund. Mereka dapat margin dari perbedaan harga saat dijual. Makanya rontoknya wallstreet karena para elite politik ikut terlibat dalam konspirasi membuat harga saham jadi bubble.


Usai dinner, saya pergi ke toilet. Tak berapa lama Ted masuk kamar rest room. “ B, besok kamu bisa lanjutkan proses akuisisi farming itu. Apakah itu cukup ? 


“ Terimakasih.” kata saya membungkuk. 


***

Seminggu kemudian saya bertemu dengan Qing di Hong Kong. 


“ Saya sudah minta tolong pemerintah saya untuk bantu negosiasi tapi gagal. Saya juga sudah bayar mahal konsultan nomor 1 di New York untuk dapatkan dukungan politik di AS. Tapi gagal juga. Akhirnya saya terpaksa minta tolong ke kamu. Walau sebenarnya saya malu. Ms Wenny berkata kepada saya bahwa kamu sangat memahami setiap kesulitan dan selalu berpikir positif untuk dapatkan solusi” Kata Qing. 


“ Siapa kamu sebenarnya ? tanya Qing. Saya senyum saja seraya tuangkan teh ke cangkirnya. 


" Sekarang saya berharap Yuan punya saham di Perusahaan kami. " Kata Qing.


" Mengapa ? Bukankan itu perusahaan keluarga yang tidak memungkinkan pihak luar sebagai pemegang saham "


" Karena saya ingin menjadi bagian dari keluarga Yuan. Boleh ya.? " Katanya. Saya tersenyum dan mengangguk. “ B, terimakasih. Besok team berangkat ke Amerika untuk finalise proses akuisisi.  Saya senyum aja.


Tahun 2013 setelah akuisisi,  program refinancing Qing sukses melalui bank di China. Qing menepati janjinya untuk membayar utang yang saya create untuk akuisisi JF. Dia juga memberi hak beli saham perusahaannya sebesar 10% dengan harga buku kepada Yuan. Sehingga Yuan holding berhak tempatkan satu direktur di group perusahaan Qing.


***

Tahun 2015 Pig Farming Group menambah luas lahan peternakan 42.000 hektar di Missouri. Padahal sebelumnya melarang semua kepemilikan asing atas lahan pertanian di negara bagian tersebut, tetapi satu minggu sebelum Pig Pharming group akuisisi SF , aturan tersebut diubah untuk mengizinkan entitas asing memiliki hingga 1 persen lahan pertanian negara bagian. Di dunia ini tidak ada yang bisa dibeli, bahkan kekuasaan bisa dibeli. Tak terkecuali di AS negara yang katanya paling demokratis.


Note : names and places are made up

Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...