Dalam salah satu acara wine party di Beijing Hotel Paninsula. Saya sempat melirik kepada wanita. Cantik walau dalam usia mature. “ Dia wanita besi. Lupakan saja kalau kamu mau dekati dia “ Kata Wada sahabat saya. “ Dia mengelola hotel chain. Ada ribuan hotel di seantero CHina dia kelola. Kamu bayangin aja. Dia engga punya aset tapi dia kelola aset orang. Itu karena dia punya business model yang hebat. Kalau engga hebat , engga mungkin investor tertarik serahkan aset ke dia.” Lanjut Wada.
Saya mutari ruang mencari sahabat saya, banker. Ternyata dia datang bersama istrinya. “ B, apa kabar.” tegurnya. Saya mengangguk. “ Eh saya mau kenalkan kamu dengan client saya. “Katanya menarik lengan saya. Ternyata dia kenalkan dengan wanita itu. “ Kenalkan nama saya Juan Chan”. Saya sambut jabatan tanganya dengan kedua telapak tangan saya. Dia tersenyum tipis. Hwang segera tinggalkan saya berdua dengan Juan. Dia melirik ke Wada yang sekitar 5 langkah dari kami “ Itu putranya taipan oil and gas Jepang. Saya tidak suka dia. “ Kata Juan.
“ Oh itu Wada. Dia mitra saya. “ kata saya. Dia berwajah masam dan dengan alasan mau cicipin wine lain, dia pergi menjauh dari saya. Saya senyum aja. Tapi secara tidak langsung dia sudah memancing otak reptil saya bangkit. Ini harus ditaklukan. Kemudian saya hampiri Hwang. “ B, dia itu udah 3 tahun lobi pengeran arab untuk investasi jaringan hotel di Eropa. Tapi sekarang belum berhasil. “ Kata Hwang. Dia cerita tentang profil investor Arab itu.
***
Di kamar kerja Wenny saya telp Fund Manager Arab itu di London. Saya tanyakan tentang alasan dia menolak berinvestasi dengan Juan. “ Kami mau invest tapi kami engga mau tergantung sekuriti dari bisnis model Miss Juan, Walau dia raksasa tapi engga qualified. Saya tawarkan ke dia. Kami perlu jaminan MTN backed Asset. Zero coupun. Price 40 % dari harga nominal. Rating AAA. Tapi dia tidak mampu delivery collateral“ Katanya.
“ Gimana kalau saya provide MTN sesuai permintaan anda? Underlying proyek miss Juan. “ Kata saya.
“ Ya kita deal. ‘Kata fund managet itu cepat. Saya kemudian briefings Wenny soal rencana transaksi dengan Mss Juan Chan. Saya minta George supervisi team di London melaksanakan skema financing.
***
Sebulan kemudian.
“ Saya Juan Chan. Saya kenal anda dari Mr. Hwang. Kita pernah ketemu pada acara wine party di Paninsula. Apakah mungkin kita ketemu. Saya udang anda untuk makan malam business” Katanya lewat telp saat saya sedang di Shanghai. Karena dia sendiri yang telp, saya sempatkan bertemu. Dia sendiri yang tentukan tempatnya. Saat saya datang ke restoran itu, di pintu masuk saya sebut nama Juan. Pelayan restoran mengantar saya ke dalam ruang VVIP.
“Mr Hwang sahabat saya. Terimakasih sudah terima undangan makan malam dari saya.” Katanya ramah.
“ Saya justru tersanjung bisa bertemu anda. Sebenarnya sudah siapkan waktu dan tempat untuk undang anda makan malam. Tapi anda lebih dulu undang saya. Tentu anda tidak bisa menolak undangan saya.” Kata saya seraya berdiri dan mendekatinya untuk menuangkan teh ke cangkirnya. Duh aroman farmum lembuh lumayan menggoda. Saya kembali ketempat duduk.
Kami hanya berdua di ruang luas ini. Tak berapa lama makanan datang. Ternyata dia sudah pesan lebih dulu. Well preparad. Tentu menu mewah. Saat makan itu, dia bertanya banyak hal tentang mengapa saya tertarik berbisnis di China. Saya jawab dengan santai aja namun logis. Dia juga ceritang tentang bisnisnya.
Sebelum bertemu dengannya saya sudah pelajari profile bisnis dia. Memang raksasa. Dia menguasai 6 franchise hotel chain berkelas dunia. Di china saja dia punya ratusan hotel dengan total kamar mencapai 40.000. Namun dia tidak memiliki hotel itu. Dia hanya menyediakan bisnis model atas dasar kontrak waralaba dengan pemilik hotel.
“ Saya sudah 3 tahun cari investor untuk akuissi jaringan hotel di Eropa. Tapi selalu gagal. Sepertinya investor selain China tidak tertarik dengan bisnis model saya. Tapi untuk bawa direct investment ke Eropa dari China, juga tidak mudah. “ katanya. Nah sekarang dia mulai menebar senyum.
“ Banyak investor yang sudah saya dekati. Salah satunya ada yang memang qualified. Punya sumber dana yang solid. Tapi dia tidak tertarik untuk jadi investor bisnis model saya. Padahal dia sudah invest di Pulau Hainan. “ Katanya.
“ Kemarin, “ Lanjutnya “ Fund manager Invsestora Arab di Shanghai hubungi saya. Dia bersedia jadi investor asalkan anda sebagai penjamin. “ Katanya menatap serius “ B, saya memang terkesan dingin dan tidak bersahabat. Tapi itu bukan karena saya sombong, terkesan tidak punya hospitality. Saya dari keluarga miskin. Dunia saya hanya kerja. Sampai usia segini saya tidak pernah menikah. B, bantulah saya “ katanya merendah.
“Ok, kita mulai dari makan malam ini. Saya yang bayar. Setuju “ Kata saya.
“ B, saya engga muda lagi. Apa mungkin dapat kehormatan dari pria hebat seperti kamu.” katanya dengan wajah merona.
“ So..”
“ OK. Terimakasih. “ katanya seraya berdiri dan membungkuk depan saya. Sejak itu kami bersahabat.
Saya lakukan two step loan. Saya hutang kepada Khaled, pada waktu bersamaan Juan hutang kepada saya untuk program akuisisi jaringan hotel di Eropa. Karena obligor saya, tentu saya pula yang lakukan risk management. Dengan USD 1,4 miliar yang saya terima dari Khaleed, saya gunakan USD 1 miliar untuk program bisnis Juan, dan USD 400 juta saya putar di trading opsi. Punya uang cash USD 400 juta, saya bisa jadi bandar jualan opsi. Mana mungkin kalah. Untung terus.
***
5 tahun berlalu, dari kentungan trading saya sudah bisa lunasi utang yang akan jatuh tempo tahun 2024. Tapi tahun 2018, Fund manger Khaleed minta dibayar sebelum jatuh tempo ya kena redem pedagang sempak dia. Kena haircut 50%. Saya datang ke kantor Yuan Holding untuk mendampingi Wenny meeting denga konsorsium Industri Nickel China. Membahas soal hilirisasi nikel dan bauksit. Mereka sendiri sudah punya smelter namun masih perlu tambahan modal besar untuk produk downstream. Saya menyimak saja. Setelah selesai dia bicara saya tanggapi. “ Saya tidak berminat untuk masuk ke downstream. “ Kata saya.
“ Tapi kan group anda punya offtaker besar produk downstream nikel. “ kata salah satu mereka.
“ Oh ya kenapa anda tikdak tertarik bangun downstream nikel dan bauksit ? Tanya salah satu dari mereka.
“ Faktor skala. Saya orang Indonesia dan saya punya tangggung jawab. Kalau saya tidak bisa membantu negara saya, ya setidaknya saya tidak ikut merusak. “
“ Oh bisa jelaskan.” tanya mereka.
“ Anda kan tahu. Proses industri membutuhkan skala besar agar layak secara komersial. Jika produksi mineral mentah yang tersedia tidak cukup besar, pengolahan hilir tentu tidak layak secara ekonomi. Misalnya, pabrik peleburan tembaga butuh minimal 150.000 ton konsentrat per tahun. Smelter yang menggunakan tanur sembur umumnya memiliki kapasitas minimal 2 juta ton per tahun. Tungku busur listrik bisa jauh lebih kecil, tetapi membutuhkan input berupa scrap atau Direct Reduced Iron (DRI) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Pabrik alumina baru tidak ekonomis kecuali jika menghasilkan setidaknya 1 juta ton per tahun.
Nah bayangkan saja. Begitu besar sumber daya dikuras. Sementara margin yang didapat lebih rendah dibandingkan dengan pengorbanan lingkungan dan sumber daya. Belum lagi pemerintah harus memerbikan insentif pajak sedikitnya 5 tahun. Agar investor dapat konpensasi atas resiko margin yang rendah. This is not business but robbing. “Kata saya.
“ Tapi kan nilai tambahnya jauh lebih besar daripada jual mentah. “ Kata mereka.
“ Mari kita lihat hitungan berikut. Kalau satu kendaraan butuh 75kwh. Maka harga battery cell = USD 750 ( 75Kwhx USD 10/kwh) atau kalau dirupiahkan = Rp. 11.700.000. Harga battery pack = USD 8.325 ( USD 111x 75KWh) atau kalau dirupiahkan nilainya Rp. 130 juta. Perbandingan nilai tambah antara battery pack dan cell, adalah +/- 10 kali. “ Kata saya.
“ Ya wajar. Karena faktor tekhnologi. Battery pack butuh riset dan kerja keras dari insinyur terbaik. “ Kata mereka.
“ Ya benar. Battery cell, hanya perlu kuli doang dan mau dirusak lingkungan, menguras SDA. Yang menikmati nilai tambah ya pabrik EV yang ada di Cina, Jepang, korea dan Eropa. “
“ Seandainya kamu diposisi pemerintah Indonesia, apa solusinya ? ? tanya mereka. Wenny menyimak saja.
“ Kalau saya jadi pemerintah. Mending tutup saja tambang nikel dan bauksit. Sudah saatnya kami inward looking policy. Artinya kami hanya akan olah nikel dan mineral lainnya setelah kami sendiri mampu menguasai tekhnologi hilir. Focus kepada riset aja dulu.”
“ Mengapa ? kata mereka tersenyum.
“ Engga mungkin kami dapatkan tekhnologi gratis lewat transfer tekhnologi dari asing. Karena oleh asing by design kami memang hanya jadi kuli dan penyedia SDA bagi kemakmuran mereka.” Kata saya. Mereka mengganguk. Saya tahu tentu mereka tidak setuju dengan sikap saya. Tetapi harus saya katakan sikap saya.
Setelah meeting selesai dengan konsorsium Nikel itu. Tnggal saya dan Wenny. “ Kenapa Khaleed paksa kamu bayar sebelum jatuh tempo? tanya Wenny
“ Itu kan MTN, market 144 A. mekanisme OTC. Tidak ada pembelinya. Harga ada tapi pembeli engga ada. Gimana dia dapatkan uang tunai.? Disuruh tunggu jatuh Tempo engga mau. Kalau dijual balik ke saya ya kena redem 50% dari net proceed awal. Kontraknya begitu. Kan dia beli zero coupon dengan harga 40%. “
“ Artinya kamu hanya tebus 20% dari face value. Kok begitu? “
“ Karena walau MTN itu backed asset tapi kan bukan callable credit , Itu hanya credit enhancement. “ Kata saya tersenyum.
“ Terus aset untuk backed MTN itu darimana ?
“ Dari CD nya Steven. Uang casino” Kata saya.
“ Duh jadi hanya permainan paper work aja. Kamu kontrol semua pihak. Padahal kamu kan sedang pensiun. Tapi kok bisa menambah portfolio aset Yuan Holding berupa jaringan Hotel dan rekening profit trading. Utang dengan khaleed lunas. Terus kenapa Miss Juan Chan begitu saja percaya dengan skema utang konversi ? dan Yuan holding dapat kapital gain besar saat kemarin perusahaan Miss Juan Chan IPO di Shanghai “ Tanya Wenny. Saya senyum aja.
“ Ya gimana lagi. Saya orang miskin. Yang ada hanya otak doang dan nyali. Yang hebat kan kamu dan team Yuan holding yang jago jalankan skema saya. Saya hanya iringi doa aja. " Kata saya. " Tapi yang harus kamu tahu. " Lanjut saya seraya melangkah kearah kaca lembar ruang kantor Wenny. Pemandangan gedung pencakar langit terhampar, dari kejauhan nampak harbour dan kapal yang sedang bersilambat keluar dari teluk ." Dalam hidup ini hanya ada dua. Pecundang dan penakluk. Di era sekarang pengetahuan adalah power. Saya tidak mau jadi pecundang. Ya penakluk, makanya saya belajar banyak, merencanakan dengan detail dan punya team hebat untuk mendukung saya.”