Friday, March 10, 2023

Bersama Tuhan

 






Canuk  teman masa remajaku. Dia dan aku sama sama dari keluarga miskin. Ayahnya bekerja pada Penambangan Batu Kapur.  Ibunya berdagang sayur di pasar tradisional. Ayahku bekerja sebagai supir truk. Aku berteman dengan dia sejak masuk SMP tahun 1979. Walau kemudian kami berbeda SMA, persahabatan tetap terjalin baik. Ketika SMA aku sudah mandiri. Pulang sekolah aku dagang di kali lima.  Kadang Canuk sempatkan datang ke tempatku dagang. Dia minta aku mengerjakan PR Matematika nya.


Pernah satu saat aku bertanya padanya ” Apa cita cita kamu, Nuk ?

Dia terdiam lama. Setelah itu dia hanya tersenyum memandangku. Aku tahu dia malu untuk mengungkapkan niatnya dihadapanku. Aku maklum. Kami orang miskin dan tamat SMU adalah kemewahan tersendiri.


Tak ada orang yang tak suka dengan Canuk. Dia orang yang ramah dan tiak pernah menyinggung perasaan teman. Mudah tersenyum dan tak pernah marah apalagi tersinggung. Dia juara tilawatil Quran di kampung kami. Suaranya memang merdu dan dia hampir hapal semua isi a Al Quran. Di sekolahpun dia termasuk pintar. Dia teman diskusiku berbahasa inggris. Maklum kami sama sama belajar bahasa inggris dari Siaran Radio BBC London.  Ah terlalu banyak  kenangan indah tentang Canuk. Bila kuingat ini, aku semakin merindukan dia.


Setamat SMA, aku lebih dulu pergi dari kotaku. Sebulan setelah kepergianku, Canuk menyusul. Karena kami tidak sanggup harus membayar BP3 sebagai syarat mengambil ijazah. Upacara glamor perpisahan tak kami hadiri. Bagi kami cukuplah ujian sekolah sebagai tanda kami usai dengan effort kami. Soal ijazah tak lagi kami pikirkan. Karena memang kami tidak punya cita cita lebih seperti anak remaja kebanyakan. 


Beberapa bulan setelah aku pergi meninggalkan kota, Ijazahku dikirim oleh sekolah ke rumahku. Ibuku juga bercerita dalam surat, Canuk sempat pulang kekotaku. Karena ibunya sakit keras. Canuk datang ke rumahku mengabarkan bahwa dia juga mendapatkan ijazah dari sekolah. Itu artinya kami dibebaskan dari kewajiban membayar biaya BP3. Canuk sebenarnya dapat panggilan masuk IPB di Bogor. Dan aku dapat panggilan masuk ITB MIFA. Namun itu baru kami ketahui setelah 6 bulan di rantau. Setelah itu, dalam setiap surat, ibu sering bercerita bahwa Canuk acap datang kerumahku. Dia sudah menganggap keluargaku sebagai keluarganya. Ibu juga bercerita bahwa Canuk tidak melanjutkan keperguruan tinggi. Sama denganku.


Hanya setahun Canuk tinggal di kotaku. Setelah ibunya wafat, diapun pergi merantau. Sejak itu kami disconnect. Perjalanan hidupku memang tidak sepi dari cobaan terberat di tengah keterbatasan sebagai urban di kota besar. Tapi aku bersyukur karena ketrampilanku berwiraswata cukup membuatku bisa survival. Tapi bagaimana dengan Canuk. Dia tidak terlatih untuk mandiri. Tubuhnya tidak tegap sepertiku. Dia krempeng. Apakah dia baik baik saja. 


Bulan berganti bulan dan tahun terlewati, tak terasa sudah lebih 10 tahun aku tidak lagi bertemu dengan Canuk. Aku sudah sedikit melupakannya. Namun dalam setiap reuni dengan teman teman satu gang disekolah dulu, iselalu mengingatkanku tentang Canuk. Teman teman juga tidak banyak tahu dimana Canuk kini berada. Apakah dia bisa meneruskan keperguruan tinggi ? apakah dia sudah bekerja? Dimana? Salah satu teman mengatakan bahwa ayahnya juga sudah meninggal karena kanker paru paru. Canuk sudah menjadi yatim piatu.


***


Tahun 2009. Dalam rangka studi banding program CWDP. Aku  dan team berkesempatan untuk berkunjung ke Thailand Selatan. Ini wilayah muslim di Thailand. Dari Hong Kong aku terbang menuju Bangkok. Sesampai di Bangkok, kami dibawa kehotel Sheraton untuk istirahat dan keesokannya melanjutkan perjalanan ke Pattani dengan pesawat. Tujuan akhir kami adalah distrik Mae Lan. Ini wilayah yang merupakan populasi muslim di Thailand. Wilayah ini pernah selama lima tahun dijadikan wilayah operasi militer oleh Pemerintah Thailand karena gerakan separatis muslim. 


Wilayah ini berbatasan dengan Malaysia di negara bagian Kelantan. Walau ini adalah wilayah komplik namun kehidupan rakyat tidak seburuk yang dibayangkan. Para penduduk mengatakan bahwa tidak semua rakyat menjadi pemberontak. Hanya sebagian kecil saja.. Betapa terkejutnya aku bahwa tokoh masyarakat disana ternyata seseorang yang tak asing bagiku. Canuk. Kami berangkulan. Dia memelukku. “ Ale, aku kangen” katanya. ” Lama kita tak berjumpa ” katanya dengan airmata berlinang.


” Bagaimana kamu bisa sampai disini, Nuk ” tanyaku.


“ Panjang ceritanya. Tapi inilah sebetulnya cita cita ku sedari dulu. Namun aku malu mengatakannya kepadamu. “


“ Apa maksud kamu ?


“ Ingat dulu pernah kamu bertanya padaku. Apa cita citaku ? sebetulnya aku ingin manjawab bahwa cita citaku adalah mewakafkan hidupku untuk Allah. Aku tidak peduli seperti apa itu kelaknya. Aku hanya ingin mewakafkan hidupku di jalan Alalh. Itu saja. ”


” Oh…” aku terpesona.


’ Setahun setelah kamu pergi merantau, akupun pergi. Aku tidak tahu kemana langkah akan diayun. Kemana tujuan yang hendak kuraih. Aku hanya tahu semua tempat di bumi ini adalah milik Allah. Dimanapun aku pergi itu aku tetap dibumi Allah. Tak ada cita cita ingin jadi pengusaha seperti kamu. Tak ada cita cita ingin jadi insinyur seperti teman teman lain. Aku hanya ingin menjadi hamba Allah. ”


” Oh...” Aku terpesona dengan untain kata katanya.


” Aku tidak melihat ada kesempatan bagiku untuk terus tinggal di Indonesia. Maka hijrah adalah pilihan. Alhamdulilalh tetanggaku mengajakku pergi merantau ke Malaysia untuk menjadi buruh Kebun Karet di sana. Akupun pergi. Disela sela pekerjaanku sebagai buruh. Aku sempatkan menjadi guru mengaji. Mengajarkan anak anak kampung berhitung dan menulis di usia dini. 


Salah satu teman asal Thailand yang juga menjadi buruh sama denganku , mengajakku untuk ke kampungnya. Dia inginkan aku menjadi guru mengaji disana. Akupun ikut bersama dengannya. Sejak itulah aku tinggal di Thailand dan akhirnya menjadi warga negara Thailand. ”


” Terus ” aku semakin tertartik dengan ceritanya.


” Sebagai guru mengaji , tentu aku sering didatangi oleh penduduk kampung untuk bertanya tentang banyak hal. Sebisanya aku menjawab. Akupun diminta oleh mereka sebagai imam masjid dan sekaligus sebagai khatip. Alhamdulilah, hanya setahun aku hidup menumpang di rumah penduduk. Salah satu penduduk mewakafkan tanah yang tepat berada di samping pasar rakyat. Mereka bergotong royong membangun rumah dua lantai untukku Yang di bawah kugunakan untuk restoran dan berjualan barang barang kebutuhan hari hari. Di lantai atas kugunakan untuk tempat anak anak belajar mengaji dan juga tempat tidurku. Maka jadilah rumah ini sebagai rumah umat. 


Setelah itu Allah mengirim wanita untuk menjadi istriku. Diapun seorang muslimah yang taat. Kami bersama sama bertekad mewakafkan hidup kami. Kehidupan ekonomiku semakin membaik sejak aku dipercaya oleh penduduk sebagai pedagang perantara hasil pertanian. Setelah berkembang, ku-wakafkan semua hartaku sebagai modal awal membentuk koperasi bersama sama penduduk kampung.”


” Wah sangat  menginspirasi ? sergahku.


” Aku mewakafkan hidupku untuk Allah. Itu tujuanku. Bukan jutawan. Usaha yang kujalankan adalah usaha koperasi dimana semua penduduk sebagai anggota. Aku hanya membantu mengelola mereka. Setiap tahun mereka memberikanku jasa sebagai amilin. Kelebihan keuntungan lainnya disimpan sebagai tabungan koperasi untuk dana cadangan membantu mereka yang miskin, merawat tempat peribadatan , menjaga kelangsungan usaha bila terjadi masa paceklik, membantu mengirim anak anak desa yang pintar pintar untuk mendapatkan kesempatan keperguruan tinggi di kota.”


” Oh...”


” Bagaimana kamu bisa meyakinkan penduduk kampung untuk bersatu dan akhirnya maju mandiri menyelesaikan masalahnya sendiri. Inikan tidak mudah. ” tanyaku penasaran.


” Di dalam Al Quran sudah dijelaskan bagaimana caranya mengelola kebersaaan dalam perbedaan. Nabi juga bersabda, tidak beriman seseorang bila itu tidur dalam keadaan kenyang sementara dia tahu tetatangganya dalam keadaan lapar. Ya, berawal dari rumah tangga , kemudian tetangga untuk saling menjaga dan akhirnya meluas ketingkat RT , RW dan terus kekelurahan, kecamatan, kabupaten , provinsi dan akhirnya dunia. Ya kan. Nabi telah menteladankan bagaimana membangun peradaban yang dirahmati Allah. Tak perlulah teori tinggi untuk itu. Sesuatu itu menjadi rumit karena nafsu. Dan akan menjadi sederhana apabila setiap tindakan kita dituntun oleh hati kita, qalbu kita. Karena di dalam qalbu kita itulah Allah bersemayam, yang akan mendidik kita untuk selamat dunia akhirat. Sederhana kan, Ale. ”


” ya, Nuk. Kamu benar.  Bagaimana melunakan hati penduduk agar bisa menerima perbedaan?


“ Kepada penduduk aku katakan. Jangan terlalu membenci perbedaan dan jangan pula terlalu mencintai kesamaan. Karena   tidak ada manusia yang sempurna. Mengapa kita terlalu membenci seakan tidak ada kebaikan secuilpun, dan mengapa kita terlalu mecintai seakan tidak ada keburukan secuilpun. Sesuatu yang berlebihan itu akan membuat kita berlaku tidak adil.  Padahal Nabi mengajarkan kita untuk berlaku adil sejak dalam pikiran.” Kata Canuk dengan bijak.

Kunjungan singkat itu seakan melunasi rasa rinduku selama 27 tahun akan Canuk. Benarlah bila kita bertekad mewakafkan hidup kita kepada Tuhan maka Tuhan pulalah yang akan menjaga kita. Tidak akan ada rasa kawatir untuk kini dan besok. Tidak ada sesal tentang masa lalu. Yang ada hanya kemelimpahan rasa syukur. Dan kebahagian selalu hadir beriringan dengan waktu menuju sebaik baiknya kesudahan.


Saturday, March 04, 2023

Belajar melewati gelombang

 



“ Saya engga mau kerja di perusahaan anda. Saya mohon dilibatkan sebagai team dalam proses private equity. Itu aja” kata Karen suatu waktu. Kali pertama bertemu dengan saya. Saya cepat anggap wanita muda ini naif. Emang siapa dia. Kenalpun dari aktifis sosial.  “ Saya sekarang kerja di perusahaan ekuitas. Saya punya Chartered Financial Analyst. Apakah itu tidak cukup? katanya. Saya senyum saja. Dia terlalu arogan dengan pendidikan dan pengalamannya. Pemain hedge fund yang sukses adalah mereka yang tidak suka menonjolkan diri. Tidak suka popularitas dan tidak peduli dengan citra diri. Dia masih terlalu dini untuk mengubah karakternya. Setidaknya dia perlu shock therapy untuk  jadi orang tahu diri.


Saya mengenalnya sudah 2 tahun. Selama itu dia terus menjalin komunikasi dengan saya. Kadang saya males ladenin. Apalagi saat sibuk. Tetapi kalau saat waktu longgar saya telp juga dia. Jam 2 pagi saya telp. Dia terima. Kami bicara dan baru berhenti setelah saya sampai di apartement. Dia tahu itu waktu longgar saya bicara dan merampas waktu tidurnya. Dia suka saja. Tapi sikap arogannya tidak hilang.


Satu saat kami bertemu.  “ Bulan lalu pacar saya membuang saya. Hanya karena saya tidak mau dijadikan tempat dia lepaskan sahwat. Janji nikahi juga engga. Saya di bully oleh dia lewat sosial media. Teman temannya juga ikut bully saya. Mereka tuduh saya wanita miskin dan tak tahu diri"


“ Terus sikap kamu? kata saya berkerut kening.


“ Rasanya saya mau bunuh diri.” Katanya dengan wajah sedih.


“ Itu karena dalam diri kamu ada perasaan sombong. Sombong bukan karena hebat tetapi karena kebodohan dan kelemahan. Sehingga omongan orang yang menyakitkan kamu, menjadi beban bagi kamu. Itulah ciri  manusia sampah. " Kata saya. Dia terkejut dengan kata kata saya itu.


" Tapi mereka terus bully saya" Katanya dengan raut wajah sedih.


Kamu tidak bisa menghentikan mereka bicara tapi kamu bisa abaikan. Kamu tidak bisa menutup mulut mereka tetapi kamu bisa tutup telinga kamu." kata saya. " So, Focus lah meningkatkan diri kamu sehingga kamu bisa dengan mudah mengabaikan dan melupakan mereka.


Belakangan saya tahu dia sudah berhenti kerja sebagai analis di perusahaan Equitas.  Mungkin tidak kuat dia menghadapi goncangan dalam hidupnya. Itu masalah dia. Dia harus berlajar dari realita.  “ B, berilah saya waktu untuk bicara. Sebentar saja. Saya ingin minta advice tentang start up bisnis yang sedang saya kembangkan.” Pintanya satu waktu. Saya sanggupi ketemu sehari setelah itu. Kami bertemu di cafe sederhana di kawasan central Hong Kong. Saat itu penampilanya sudah beda dari awal saya kenal. Kini keliatan humble. Saya senang. Mengapa? Walau dia cerdas dan pintar tapi itu useless karena sikap sombongnya. Nah dengan karakter humble ini akan membuat dia mudah masuk dalam komunitas financial resource. Mudah bagi saya mendidiknya.


Dia berikan dokumen 5 lembar tentang rencana bisnisnya. Itu struktur bisnis yang akan dia bangun. Lengkap dengan strategi dan business model. Saya focus baca cash flow dan struktur cost nya. Pendapatan tidak begitu saya perhatikan. Rencana bisnisnya adalah membangun jaringan outlet yang dikombinasikan dengan “ cafe fashion”. Itu akan jadi tempat FavCafe. Cafe dan juga oulet sepatu bermerek. New life style seperti library cafe yang sudah ada untuk menampung pelajar membaca buku dan bersantai.


“ Kamu ada kertas “ tanya saya. Dia serahkan note book dari balik tasnya. Saya gambar skema sederhana. Dia perhatikan dengan seksama. “ So..” katanya setelah saya usai gambar skema itu.


Saya buka situs internet di smarphone saya.  “ Kamu lihat situs internet ini. “Kata saya. Dia segera buka sendiri lewat notepad nya. Dia lama membaca situs itu.


“ OK. terus  “


“ Ambil alih perusahaan designer itu. Dia punya merek sepatu wanita beragam model. Ada puluhan model. Setiap tahun dia keluarkan sedikitnya 16 model sesuai musim.”


“ Tapi kan mahal. Apa mungkin?


“ Baca laporan tahunanya. Search aja di internet.” 


Dia segera cari di internet dan setelah ditemukan situsnya dia pelajari. “ Ya mereka masih merugi. Udah tiga tahun bleeding terus. Namun mereka di back up principal sekelas D&G. Principalnya kan konglomerat produk fashion. Apa mungkin mereka mau diakuisisi.” 


“ Itu artinya kamu engga paham skema saya” kata saya seraya menatapnya keras. Dia keliatan grogy dan kembali  perhatikan skema itu. 


“ Ok paham saya. “ Katanya mengangguk.


“ Paham apa ?


“ Ya saya harus tawarkan merger dengan pabrik sepatu yang berpengalaman buat sepatu bermerek. Untuk itu saya harus provokasi pabrik sepatu agar mau merger dengan perusahaan designer.  Caranya ?


Saya diam saja. Mata saya terus menatapnya. 


“ Oh ya saya harus buat analisa bisnis dan keuangan secara menyeluruh atas rencana Merger ini. Itu harus lengkap dengan simulasi beragam skenario. Ya seperti dulu saya kerja di perusahaan ekuitas. HItungan sampai ketingkat value saham. “ Katanya. 


Saya mengangguk. Tapi tatapan saya masih tajam ke dia. 


“ Kan saya perlu pendekatan untuk meyakinkan mereka. Gimana  caranya saya temui Direksi perusahaan. Kan engga bisa datang begitu saja. Apalagi nothing. Hanya ada idea doang.”


“ Coba pikirkan itu.” Kata saya. “ Minggu depan kita ketemu lagi” Lanjut saya. Kami berpisah.


***

Belum seminggu dia sudah telp saya. “ B,  Teman saya kerja di Bank. Katanya ada salah satu pabrik sepatu yang sedang sekarat.  Mereka batuh credit recovery. Pabriknya sesuai dengan target kita.  Apa yang harus saya lakukan.” Katanya. Saya tahu tidak mudah bagi Karen telp temannya yang sudah sukses sebagai bankir. Perlu keberanian dan kerendahan hati untuk itu. Sementara dia masih belum jelas karirnya setelah dikeluarkan sebagai analis di perusahaan investasi..


“ Loh kamu kan udah punya business plan, lengkap dengan rencana strategis. Perlihatkan analisa kamu itu kepada teman kamu.  Yakinkan dia mau dukung kamu. “


“ OK, kalau dia setuju membantu, darimana duitnya.?


“ Ah kamu terlalu jauh mikirnya ketemu juga belum. Belum tentu dia yakin. “


“ Tapi kalau uang pasti ada, pastilah bank mau dukung, Itu menyelamatkan credit bermasalah.”


“ Kalau mereka mau dukung karena kamu ada uang, itu bukan recovery. Tetapi mindahkan masalah dari orang sakit ke kamu yang sehat. Engga perlu CFA, anak SLTP juga bisa."  Kata saya ketus. “ Nanti bicara lagi.” Kata saya tutup telp.


Sorenya, saat saya keluar dari gedung kantor. Saya liat Karen berdiri dekat pintu MRT. Dia tersenyum. “ Saya sudah ketemu dengan teman saya di bank. “ Katanya. Dia perlihatkan data analisa dari notepad dia. Itu analisa setelah dia masukan data dari credit recovery. “ Teman saya di bank senang. Dia tertarik mendalami strategi M&A dengan designer merek di Eropa. “


“ Tertarik begitu saja? kata saya mengerutkan kening.


“ Dia juga mau bantu untuk memberikan solusi pembiayaan M&A ini. “ kata Karen dengan senyum cerah.


“ Nah sekarang. Kamu minta orang bank itu atur kamu Dinner dengan direksi pabrik sepatu itu.” Kata saya. " Nanti kalau mau  Dinner dengan mereka, hubungi sekretaris saya agar bisa temanin kamu." Sambung saya.


“ Siap “ Katanya senang.


***


“ B..."  Karen telp saya tengah malam “  Terimakasih. Tadi makan malam dengan CEO pabrik sepatu. Mereka datang 3 orang. Banker,  datang 2 orang. Semua bill dibayarin oleh sekretaris kamu. “ 


“ Ya engga apa apa. Gimana hasil meeting?


“ Pemilik pabrik setuju. Mereka siap teken MOU. Saya sudah siapkan draft MOU sesuai skema kamu. Bank setuju dan tinggal mereka setuju engga. Mereka butuh waktu pelajari.”


“ OK. Good” kata saya. “ Pastikan Direksi Pabrik sepatu mau teken MOU itu." 


“ Apalagi langkah yang harus saya lalui setelah MOU dengan pihak pabrik. “


“ Kamu akan menuju MOA. Dan karena itu kamu harus deal dengan  perusahaan designer. Nah sekarang kamu udah ada link dengan pabrik sepatu. Cobalah kamu yakinkan business model kamu itu kepada pihak designer. Bahwa kamu akan mengembangkan bisnis  model berbasis  market chain lewat jaringan outlet dan daring. “


“Apa iya itu menarik ? Katanya ragu.


“ Kamu pikir mudah meyakinkan orang? emang kamu siapa ? sama pacar aja kamu dibuang. Apalagi bicara bisnis. Enak aja mau mudah. Kalau kamu tidak yakin, tidak usah diteruskan. Kerjakan atau jangan pernah call saya lagi. Paham!” kata saya singkat. 


“ Ok saya akan laksanakan.”


***


Dua minggu kemudian Karen minta ketemu dengan saya. “ B, perusahaan designer yang ada di Italia tertarik untuk menjajaki merger. Mereka ingin saya presentasi di Milan. “ Katanya. Saya tahu selama dua minggu dia kerja keras. Entah berapa kali kirim email. Entah berapa kali call via skyep dan berapa jam dia berkomunikasi dengan mereka. Sampai akhirnya mereka mau bertemu dengan Karen untuk presentasi di hadapan dewan direksi.


“ Pergilah. “ Kata saya seraya menyerahkan USD 10,000. 


“ B, ini terlalu banyak” katanya bingung.


“ Jaga penampilan kamu. Ingat kamu itu deal dengan perusahaan designer. Penampilan penting. Termasuk dimana hotel kamu tinggal selama di Milan. Makanya saya beri uang sebanyak itu. Paham” 


“ Siap B. Saya akan kerja keras.” Katanya.


Sejak itu, Karen perlu 8 kali selama 3 bulan mondar mandir Hong kong- Italia dan akhirnya MOU ditanda tangani. 


Setelah itu dia datangi saya. 


“ Ok kamu sudah MOU dengan pabrik dan perusahan designer. Nah sakarang kamu dirikan perusahaan SPAC. SPAC ini bertugas menggalang dana lewat pasar modal di bursa paralel. Tujuannya untuk akuisisi pabrik sepatu dan perusahaan designer. Sebelum IPO  SPAC itu terbitkan Mandatory Convertible Note-MCN. Itu jenis  unsecure bond. Nah uruslah pendirian SPAC dan penerbitan MCN. Kamu kan udah sangat kuasai bagaimana presedur penerbitan MCN dan pendirian SPAC. "Kata saya.


“ Ok. Siapa pembeli MCN nya ? Tanyanya.


“ Itu urusan saya. selesaikan aja bagian kamu. Paham! Kata saya tegas.


“ Paham. Segera saya lakukan. “ Katanya dan saya serahkan lagi uang USD 6000. Itu untuk ongkosnya pribadinya. Biaya pengurusan SPAC dan MCN, dia tinggal minta sama sekretaris saya. On call.


***

Sebulan kemudian, Karen sudah selesai mendirikan SPAC dan penerbitan MCN. Akhirnya dia tahu bahwa pembeli MCN itu adalah fund manager yang juga milik dari principal merek. Dan pihak pemegang merek minuman. Semua terkait dengan bisnis modelnya. Uang hasil penjualan MCN itu tidak masuk ke rekening dia tetapi masuk ke designated acount untuk program akuisisi. Proses akuisisi selesai dalam 3 bulan. Tiga tahun kemudian dia IPO di nasdaq. Dapat value 20 kali. Hutang lunas lewat konversi saham. Dia dan saya masih punya saham 70%. Karen lulus sempurna melewati semua tahapan sebagai pemain PE dan qualified bermitra dengan saya.


Karen, apa yang kamu dapat sekarang, itu karena skema hedge fund. Nah, sejak kamu masuk dalam dunia hedge fund, kamu harus focus kepada bisnis. Apapun ukuran kamu bersikap ya dasarnya adalah bisnis. Masalah subtansi kamu adalah bisnis. Abaikan orang yang muji kamu dan buang ke tong sampah orang yang menghina kamu. Kini kamu telah jadi elang. " Kata saya. Dia mengangguk dengan mata tajam. " Yang penting yang harus kamu jaga adalah stakeholder. Selebihnya anggap omong kosong" Sambung saya.


***


Tahun 2018, saya bertemu Karen di Hong kong.  Saya undang dia dinner. Itu 3 tahun berlalu sejak terakhir dia IPO. Penampilannya tetap sederhana. Usianya 34 tahun. 


“ Kamu adalah mentor saya, B. Selalu menguatkan dan tentu memberi harapan. How about this dinner is also a date.  We've known each other for 10 years but never went on a date. Come on. I'm not ugly at all, and I'll pay for it. " Karen tersenyum


"Uh, you're a sugar mama.” kata saya dan dia tertawa kencang.

Friday, March 03, 2023

Kemana devisa kita ?

 




Ira undang saya dalam seminar terbatas di kantornya. Saat saya datang sudah berkumpul beberapa orang. Yang datang semua tentu seperti Ira, S3. Maklum kantor tempat kerjanya bergerak bidang penelitian geostrategis dan geopolitik. Kajian menyangkut politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sebagian besar jasanya melayani pemerintah. Setiap tahun mereka membuat laporan  dan analisa kepada publik, yang disebarkan lewat media massa.  “ Terimakasih, lue udah sempatkan datang. Padahal lue sibuk ya” Kata Ira menyambut saya.


Diskusi berlangsung santai tapi serius sekali. Maklum dihadapan saya disamping akademisi juga mereka yang sudah terbiasa melakukan riset.  Topi yang dibahas sekarang adalah soal “Export proceeds and tax avoidance” ( Dana hasil Ekspor dan Penghindaran pajak). Sepanjang diskusi saya lebih memilih menyimat. Karena ini menyangkut teori akuntasi dan perpajakan, dan dikaitkan dengan daya tahan ekonomi nasional soal Tax ratio terhadap PDB.


“ Coba kita dengar teman saya untuk menjelaskan dari perspektif dia sebagai pengusaha. Tentu dia akan jelaskan secara praktis. “ Kata Ira melirik saya. Ada keraguan saya menjelaskan. Karena apa penting masalah praktek lapangan dimengerti oleh peneliti akademis. Apalagi praktek ini kan berkembang dari waktu ke waktu. Namanya pengusaha kan berusaha untuk ngakali pemerintah sebagai cara mereka survival. Tapi karena Ira sudah terlanjut memperkenalkan saya, ya udah saya bicara aja.


Saya berdiri menuju ke depan. Ada whiteboard.  Saya buat gambar skema hubungan antara PT. ABC sebagai perusahaan di Indonesia yang sudah go publik. Ada perusahaan Singapore, EXZ sebagai agent ekspor dan collateral provider. Ada perusahaan DFG di luar negeri. Setelah selesai saya gambar. Saya tatap mereka satu persatu. Kemudian saya putar lagu “ Ibu Pertiwi” lewat Iphone. Suara saya perbesar.  Saya diam dan merenung sampai lagu itu selesai. Mereka semua saling tatap. Tetapi tetap focus menanti saya menjelaskan gambar skema itu. Setelah lagu usai, saya mulai menjelaskan. 


“ Ada perusahaan Tbk katakanlah PT. ABC di Indonesia. PT ABC sudah IPO. Jadi sebagian sahamnya dari publik. Kemudian,  adalagi  perusahaan, Katakanlah PT. DFG. Produksi PT. DFG ini sama dengan produksi PT. ABC, hanya bedanya PT. DFG berada di luar negeri. Cerita berikutnya. PT. ABC mengakuisisi DFG. Tujuanya agar ekspor lebih mudah menguasai pasar di luar negeri dimana DFG beroperasi. Akusisi ini dibiayai oleh PT. ABC dari hutang bank di luar negeri. Tentu  kelak bunga dan angsuran menjadi beban PT. ABC.


Ternyata pemegang saham pengendali pada DFG adalah, katakanlah Abidin, yang juga pendiri dari PT. ABC. Walau tidak ada hubungan istimewa ( Afiliasi) antar dua perusahaan, tetapi pemegang saham pengendali sama.  Untuk membiayai akusisi ini, PT. ABC pinjam uang ke bank di Singapore. Pinjaman itu tidak pakai collateral dari PT. ABC. Ia tidak bersifat secure tapi unsecure. Artinya yang punya collateral itu adalah pihak ketiga, katakanlah XYZ investment. Umumnya jaminan dalam bentuk sekuritisasi offtake market.


Dengan aksi korporat seperti itu. Apa yang terjadi ?


Pertama. Abidin berhasil memindahkan aset dari PT. ABC ke luar negeri untuk tujuan Akuisisi DFG. Abidin sebagai pemegang saham pengendali DFG dapat uang tunai dari PT. ABC. Karena pemegang sahamnya sama, tentu harga bisa diatur sendiri. Biasanya biaya goodwill digedein. Akuisisi ini sama saja dengan  transaksi transfer pricing yang cash advance. Selanjutnya bunga akan menjadi beban PT. ABC sebesar 60% dari Opex. Setiap tahuh laba PT. ABC akan berkurang karena beban bunga dan tentu pajak juga berkurang.


Kedua. PT. ABC menyerahkan penjualan ekspornya kepada XYZ investment limited di Singapore. Dengan demikian hasil ekspor disimpan di rekening XYZ di Singapore, sebagai sikap jaga jaga kalau utang default ke bank dan collateral terancam disita, ya skema back to back. Dengan demikian Devisa  Hasil Ekspor punya alasan diparkir di luar negeri. Kita dapat cerita akuntasi doang. Padahal perusahaan itu berdiri berkat fasilitas pemerintah lewat perbankan dan konsesi tarif bahan baku dan lain lain. Tapi yang menikmati justru negara lain. Kita hanya dapat sampah doang.


Nah demikianlah uraian singkat tekhnik menghindari pajak secara jenius tanpa melanggar aturan pajak. Contoh kasus diatas terjadi pada ICBP yang akuisisi Pinehill Co Ltd. Hampir sebagian besar perusahaan CPO, Tambang juga melakukan modus semacam itu.  Apa hasilnya untuk Indonesia? cerita doang. Sementara untuk nutupi cadev yang berkurang kita terpaksa berhutang ke luar negeri. Ratio pajak terhadap PDB tidak bisa dua digit. Dah gitu aja.” Kata saya memaparkan secara sederhana.


“ Pak Ale, “ kata salah satu mereka. “ Tentu selain faktor tax avoidance, apa sebenarnya motif mereka tempatkan dana di luar negeri.” Tanyanya.


“ Ok lah. Uang itu sudah sama seperti komoditas. Nilainya turun naik atau volatile. Orang kalau punya uang banyak pastilah dia harus kelola uang itu lewat portfilio investasi uang. Mengapa ? pergeseran kurs 1% saja, kalau uang jutaan dollar, besar sekali pengaruhnya. “


“ Ok paham. Tetapi mengapa tidak tempatkan saja valasnya di Indonesia. Karena bisa dikelola dari sini. Perbankan kita kan sudah dapat insentif untuk punya kelonggaran kelola valas, Apalagi suku  bunga juga sudah tinggi. “ tanya mereka.


“ Masalahnya pasar uang di negara kita sempit. Walau kita menganut pasar bebas, tetapi ruangnya tidak longgar. Management likuiditas tidak mendukung. Beda dengan di luar negeri seperti Singapore, Hong Kong atau Eropa. Mereka punya sistem dengan yield yang lebih tinggi dengan volatilitas yang relatif rendah. Mereka juga punya pasar otomatis dan likuiditas juga otomatis. Berapapun kita mau hedging pasti ada. Engga pake nunggu dan ribet. Jadi pemegang valas nyaman, ongkos transaksi juga murah.”


“ Duh ini masalah teknis sekali” kata mereka. “ Bisa beri contoh?


“ Gini contoh sederhana. Pertamina atau PLN mau bayar utang. Apa gampang dapatkan valas? engga mudah. Itu artinya pasar hedging terbatas. Bayangin aja, perusahaan sekelas PLN dan Pertamina dengan turnover miliaran dollar setahun, tidak ada jaminan hedging yang solid. Mereka terpaksa dealing dengan shadow banking di singapore untuk amankan kewajiban valasnya. Nah mau engga mau, mereka harus tempatkan valasnya di luar negeri. Begitu juga dengan konglomerat” Kata saya.


“ Kan udah ada jalur swab  billateral. Itu kan bisa digunakan” Kata mereka.


“ SWAP bilalateral dengan China, Singapore dan lain lain, itu engga significant dan engga ngaruh.  Karena ada limitnya. Yang unlimited kan the Fed. Nah kita engga punya otomatis SWAP settlement dengan the Fed. Ini justru membuat tingkat kepercayaan kepada Rupiah jadi rendah. Ya ngapain nempatkan dana ke posisi rekening  bank dalam negeri.”


“Kan kita udah ada REPO Line dengan the Fed “ Kata mereka.


“ Repo line itu di drive oleh BI. Itupun tidak leluasa digunakan BI. Engga otomatis.”


“Duh kenapa begitu ?


“ Rekening Cadev kita tidak terbuka, rekam jejak kebijakan yang  tidak sehat dan stabil. Atribut penting dari cadangan  devisa itu adalah  fundamental ekonomi dan kedalaman instrumen keuangan, kebijakan yang transparan dan dapat diprediksi. Dengan kata lain, stabilitas ekonomi unsur penting untuk diakui pasar. “ 


“ Contohnya pak ” kata mereka


“ Gini ya. Analisis regresi Cadev itu diukur dengan biaya CDS,. Bukan hanya tingkat CDS yang rendah. Tetapi yang penting semakin kecil ketergantung kepada Valas. Artinya kemandirian yang terus meningkat dan kepercayaan yang semakin besar. Stabilitas politik yang terjamin. Nah kita kan semua serba rentan. Ketergantungan modal, tekhnogi,  dan jasa  sangat tinggi kepada Asing. Politik multipartai menciptakan ketidak pastian.”


“ Tapi kan pak, kalau dengar cerita pejabat dan menteri, kita kan hebat.” 


“ Pasar engga dengar orang bacot. Pasar itu ditentukan oleh pemain yang tidak melihat retorika tetapi laba rugi. Mereka menghukum pemerintah yang lemah dengan cara pindahkan posisi aset ke negara lain. Kalau tetap mau dapat devisa, ya utang. Yang gratis mana ada’


“ Terus dimana nasionalisme ?


“ Duh ini era globalisasi, istilah nasionalisme udah basi.” Kata saya. Kembali memutarkan lagu “ ibu Pertiwi”. Kini mereka semua terdiam.


" Kalian semua kaum terpelajar menanggung beban dan tanggung jawab sangat besar di hadapan ibu pertiwi dan Tuhan untuk mengangkat mereka yang miskin dan duafa. Negeri ini merdeka karena semangat kebersamaan. Nyawa dikorbankan oleh para suhada dan martil, untuk sebuah hope. Apa jadinya kalau hope itu kalian hancurkan karena kerakusan yang tidak habis habisnya.  


Bayangkanlah. Saat kalian euforia di rumah besar dan mewah, ada sebagian besar rakyat yang tidak punya tanah dan rumah. Disaat kalian duduk di dalam kendaraan mewah, ada sebagian besar rakyat harus memenggal 2/3 pendapatan bulanannya untuk bayar angsuran Motor dan rumah. Di tengah tumpukan uang kalian di bank, ada jutaan mereka dalam situasi derita miskin yang tak tertanggungkan. Karena PHK, imbal hasil tani yang terus turun, harga kebutuhan pokok yang terus naik dimakan inflasi. 


Mereka tidak bisa lagi teriak. Mereka hanya diam saat dapat BLT. Sama dengan kaum budak tempo doeloe dihadapan kaum kolonial. Dan ketahuilah doa orang yang diam jauh lebih buruk dampaknya daripada orang yang teriak teriak... Karena dia serahkan urusan itu ke Tuhan. Itu artinya kalian berperang dengan Tuhan. Camkan itu!" Kata saya mengakhiri pembicaraan. Nah sekarang mereka menangis. Hening...

Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...