Saturday, February 18, 2023

Bertemu Marhaen


 

Saya naik Ojol ke tempat pertemuan di kawasan Pluit. Driver Ojol keliatan tidak muda lagi. “ Berapa usia pak ? tanya saya.


“ 55 tahun pak. “


“ Tadi kerja dimana ?


“ Di perusahaan logistik. Jadi supir angkutan barang” 


“ Kenapa berhenti?


“ Kena PHK pak. “


“ Kenapa ?


“ Boss saya sudah tua. Usaha dilanjutkan ke anaknya. Tetapi bukan mengembangkan usaha yang ada malah anaknya alihkan ke usaha internet. Eh malah bangkrut. Ya terpaksa perusahaan angkutan itu disita bank. Pemilik baru, lebih tertarik ke lahan parkir truk dan gudang untuk bisnis property. Ya kita semua yang sudah kerja puluhan tahun di PHK” Kata driver itu. 


“ Oh gitu ya pak ?


“ Ya pak. Kini anak saya tertua baru SMU. Yang dua masih SLTP dan SD. Rumah terpaksa ngontrak. Karena saya engga bisa lagi bayar angsuran rumah. Terpaksa dilepas ke bank. Hidup orang kecil pak. Engga ada tabungan ya ginilah. Kerja ojol juga ini bukan kendaraan saya, tetapi orang punya.  Saya harus bisa setor untuk bayar ke pemilik untuk angsuran leasing. Cari uang engga mudah lagi.  Terlalu banyak ojol. Saingan berat. Ditambah lagi komisi aplikasi 20%. Berat sekali hidup pak. Engga tahu gimana masa depan anak saya. “  Kata drive  itu. 


Saya termenung. Nasip driver Ojol ini seperti sebuah paradox dari perubahan zaman dan generasi. Ternyata perubahan itu tidak melahirkan perbaikan bagi rakyat kecil dan pekerja. Tapi yang jelas memberikan peluang bagi sikaya semakin kaya. Usaha jasa yang tradable dilibas oleh bisnis non tradable ( property) dan kemudian terjebak dalam ekosistem  bisnis yang menjajah.


Sampai di Pluit ditempat tujuan pertemuan, saya membayar ongkos dan tips sebesar USD 100. Driver itu terkejut. “ Pak, untuk apa tips sebanyak ini pak.”

“ Untuk anak bapak di rumah. Yang sabar ya pak” kata saya berlalu. Driver itu terharu seraya mengucapkan terimakasih.”


***

Saat saya masuk ke restoran, Florence sudah bersama tamu dari China dan Ricky, teman bisnis saya. Saya minta maaf karena terlambat datang. 


“ Saya melihat keadaan politik dari waktu ke waktu menuju 2024 sangat mengkawatirkan. Betapa tidak. Sampai saat ini belum ada satupun partai yang dengan resmi mengumumkan capres-cawapres. Yang ada hanya Bakal Calon yang terus digoreng engga jelas. Di media massa kita hanya membaca pendapat pengamat yang sibuk membahas koalisi dan sikap diamnya PDIP terhadap Calonnya. Sementara kalau kita perhatikan puzzel berita soal proses hukum kasus korupsi, kita tahu mereka sedang berperang diatas sana. “ Kata Ricky saat menanti menu datang. Relasi dari China tidak paham apa yang kami bicarakan. Karena Ricky menggunakan bahasa indonesia.


“ Apa indikasi yang kamu lihat ? tanya saya.


“ Kemarin Meneg BUMN lempar bola panas bahwa Dapen BUMN berpotensi kehilangan lebih Rp. 9 triliun akibat salah urus.  Yang hebatnya Meneg BUMN yang laporkan ke KPK, bukan berdasarkan laporan BPK. Kita tahu bahwa disemua BUMN itu pasti ada wakil dari Relawan Jokowi dan Partai. Serangan ini sudah jelas, diarahkan kepada elite. Apakah mungkin Eric merasa terganggu dengan Partai dan ring satu presiden yang restriksi terhadap pencalonan dia sebagai Wapres atau capres ? entahlah. “ Kata Ricky.


“ Ah Eric? “ seru Florence. “ Apa sih prestasi dia? Tiga hari lalu saham dan Obligasi Waskita di suspended oleh Bursa. Terancam default hutangnya. Hutangnnya saja sudah mencapai Rp. 70 triliun. Sebenarnya tahun 2020 sudah diperingatkan SMI soal resiko BUMN ini. Kata SMI, Menkeu di depan Anggota DPR, Bahwa 68% BUMN terancam bankrut. Yang menyedihkan mereka yang terancam bangkrut adalah  mereka yang kurun waktu 2007-2020 telah menikmati kucuran dana PMN lewat APBN. Hanya 32 % yang tergolong sehat.


Penyelesaian hutang GA diberitakan hebat. Tetapi sebenarnya memindahkan resiko kepada BUMN lain  termasuk BUMN perbankan yang dipaksa menukar utang Garuda dengan Obligasi berjangka waktu 20 tahun berbunga 0,5%./ tahun. Itu sama saja engga bayar. GA sehat tapi dimasa depan menyinmpan masalah terhadap BUMN lain. Abai terhadap Risk Management Telkom atas investasi di GoTo yang mengakibatkan unrealized loss sebesar Rp. 881 miliar.


Sebenarnya PR dari Eric Thahir terpilih sebagai Meneg BUMN sangat banyak dan berat sekali. Dengan kondisi itu saya sangat berharap dia bisa membenahi. Latar belakang dia sebagai pengusaha, dinilai Jokowi mumpuni untuk kerja berat itu. Tetapi ternyata selama dia menjadi menteri. Dia sibuk tidak jelas dan hanya retorika dengan membanggakan keuntungan BUMN, yang sebagian besar dari BUMN perbankan. Laba ini juga bisa saja terindikasi dari adanya window dressing.


Kini dengan setumpuk beban masalah BUMN, dia masih ada waktu jadi ketum PSSI dan sibuk sebagai calon Wakil Presiden. Saya kehilangan kata kata untuk menjelaskannya. “ Kata Florence. Saya menyimak saja.


“ Nah, “ Lanjut Ricky “ Kasus judi online 303, yang oleh PPATK  taksasi uang haram sebesar Rp. 150 triliun terabaikan dengan vonis mati terhadap FS. Dan untuk lebih solid pengalihan issue, mendadak pemerintah intervensi kasus indosurya dengan mengatakan kerugian publik lebih mencapai Rp. 500 triliun.  Padahal kasus itu sudah berlangsung lama sampai ada keputusan MA membebaskan tersangka. Kemana saja selama ini? mengapa baru sekarang berteriak mau intervensi hukum.  Kita semua tahulah. Kasus ini sudah bonyok. Tapi suara pembelaan ini menebalkan awan konspirasi kasus besar judi online dan mengamankan elite yang ada dibelakangnya. Sementara kepastian pengembalian uang anggota koperasi tidak jelas.


Dengan dua kasus besar itu, Dubes AS dengan berani mendatangi kantor PKS yang semua tahu sebagai partai pendukung pencalonan Anies. Dan kasus Kader Nasdem di BTS dan kasus Tower transmisi  PLN yang melibatkan keluarga JK, tidak membuat Presiden punya nyali lakukan reshuffle Kabinet untuk kick out kader Nasdem dari Kabinet. “ Demikian uraian Ricky


“ Terlalu besar masalah selama Jokowi berkuasa. Yang itu semua diluar kendali Jokowi. Jokowi tidak punya pengalaman dalam politik tingkat tinggi. Sehingga dia tidak punya terobosan hebat menghadapi intrik dari 8 pejuru mata angin. Terlalu bergantung kepada ring kekuasaan yang ABS. Dia sendiri tidak sadar sampai akhirnya menempatkan dirinya harus lebih utamakan soft landing. Siapapun presiden nanti yang terpilih. Seharusnya dari awal Jokowi lebih mendengar PDIP yang mengusungnya, bukan pihak lain. PDIP udah kenyang pengalaman dan tahu mengelola politik persatuan. “Kata Plorence dengan wajah sedih. Maklum Florence orientasi politiknya adalah Marhaen.


Saat hidangan tersedia, saya asik bicara dengan tamu dari China. Hanya bicara soal bangkitnya Ekonomi China paska lockdown Covid. 


" Kami minta Anda jadi mitra kami untuk bebaskan tanah proyek kawasan industri dan pelabuhan logistik” kata tamu dari China. Nah masuk ke masalah bisnis.


" Saya dapat apa? tanya saya.


" Kami beri fee per m2”


" Hanya itu ?


" Ya. Dana dari kami. Tugas Anda hanya atur pembebasan tanah”


" Izin ?


" Itu juga bagian dari tugas Anda. Tapi biaya semua kami yang bayar”


" Bagaimana kalau kita bicara secara real bisnis. Saya ingin mitra sejajar”


" Engga mungkin. Kami yang punya uang dan kami juga yang pegang market. Kenapa harus sejajar?


" Tapi saya warga negara Indonesia. Pemerintah beri izin kepada saya. Dan saya punya tanggung jawab melaksanakan visi negara. Bukan visi negara anda." kata saya tersenyum.


" Apa peduli Anda dengan itu semua? Ayolah. Kita teman lama. Toh tampa resiko Anda akan dapat uang banyak dari komisi itu”


" Justru karana teman lama, saya pikir Anda tidak pernah kenal saya. Sebaiknya cari mitra lain aja. “


" Anda korbankan semua ini hanya karana Indealisme?


" Bukan idealisme tapi rasa hormat. Tanggungan jawab sebagai warga negara. Apapun saya tidak akan gadaikan negeri ini hanya karana uang.”


" Baiklah. Saya tunggu Anda berubah sikap. Saya beri waktu berpikir”


" Engga perlu tunggu. Hasilnya akan sama. “ Kata saya menuangkan teh ke cangkirnya. Saya tersenyum. Dan dia bermuka masam. Setelah itu suasana sudah tidak nyaman. Tapi saya yakin dia bisa menerima sikap saya. Karena dia sudah lama kenal saya di China.


***

Setelah relasi saya dari China pulang, tinggalah saya dan Florence.  Karena Ricky dampingi relasi saya kembali ke hotel. “ Memang berat menjaga idealisme itu. Apalagi orang seperti kamu yang punya peluang dan punya network untuk itu. Tapi kamu tetap focus kepada amanah. Apa yang mendasari kamu tetap konsiten? Tanya florence.


“ Negeri ini merdeka dengan jutaan martir dan suhada. Mereka mati karena hope. Lantas apa jadinya kalau setelah merdeka kita tenggelamkan hope itu hanya karena kerakusan. Kita mungkin belum mampu memberi yang terbaik bagi negara. Belum mampu melakukan perbaikan dan perubahan. Tetapi setidaknya kita tidak ikut merusak negeri ini. Ya setidaknya ibu saya tidak harus menyesal melahirkan saya. Hidup sederhana sajalah. “ kata saya. 


" Lantas apa masalah bangsa kita ini sebenarnya? Tanya Florence.


" Ada enam saja  dan itu berakar kepada budaya feodalisme. Ini penyakit bangsa kita sejak sebelum merdeka. Kekuasaan bisa berganti tetapi feodalisme dipertahakan. Sepertinya kekuasaan adalah kerakusan dan kutukan bagi negeri ini."


" Sebutkan apa saja itu ?


“ Pertama ketimpangan sosial. Bayangin ada orang punya tanah jutaan hektar, tapi ada juga yang engga punya tanah. Bedanya jauh sekali. Lebih banyak yang engga punya tanah. Ada yang punya rumah puluhan, sementara ada banyak yang engga punya rumah. Bahkan sewa rumahpun kesulitan bayarnya. “ 


“ Oh segitunya ya. Tapi bandara masih rame. Jalan toll masih macet. Ke mall masih banyak yang belanja”


“ Ya, itu 35% rakyat Indonesi dan kamu termasuk di dalamnya. Nikmati saja. Tapi kalau engga ada perbaikan di masa depan, NKRI bisa bubar. Bukan karena mereka anti pancasila, tetapi justru mereka menuntut pancasila tegak. “ Kata saya. 


“ Duh sangat mengkawatirkan. Lanjut yang berikutnya “


“ Kedua, ketidak adilan kepada akses berbankan. Yang punya akses ke bank hanya mereka yang punya collateral. Engga ada Collateral ? ya engga dapat kredit. Balik lagi kepada yang pertama. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.  Ketiga. Infrastrutur ekonomi yang timpang. Coba aja perhatikan. Untuk rakyat Jakarta bandung, dapat fasilitas kereta cepat. Biayanya Rp. 100 trilun lebih. Uang sebanyak itu bisa  bangun trans railway Lampung - Aceh.  Jakarta itu APBD nya 76 triliun. Bandingkan dengan jawa tengah yang penduduknya 4 kali Jakarta, APBD nya hanya 1/3 dari jakarta atau Rp. 26 trilun.  Keempat ? Jaminan sosial. Menurut data 65% orang indonesia tidak secure hidupnya. Punya dana pensiun tapi tidak cukup. Engga ada tabungan.  Kadang ada tabungan, dilibas juga oleh bisnis ponzy berkedok asuransi dan Koperasi. Mana bisa mereka dimasa tuanya piknik menikmati waktu santainya. Apalagi punya pesanggrahan yang damai dan sejuk. Itu hanya mimpi doang. 


Kelima. Kualitas pendidikan yang buruk. Mengapa yang pertama, kedua, ketiga, keempat terjadi?. Itu karena kualitas pendidikan rendah. Kita punya banyak perguruan tinggi. Tapi korban investasi bodong dan ponzy adalah mereka yang lulusan Perguruan tinggi. Korban hoax adalah mereka dari lulusan perguruan tinggi. Ternyata pendidikan tinggi tidak ada korelasinya dengan kekayaan literasi. Makanya jangan kaget bila banyak tenaga ahli didatangkan dari luar negeri. Nah apalagi mereka yang tidak dapat kesempatan masuk perguruan tinggi. Itu jumlahnya 88% dari populasi negeri ini.  Keenam. Sistem hukum yang tidak solid dan penegakan hukum lemah. Dari 1 sampai 5 penyebabnya karena politik jadi panglima. Hukum berpihak kepada kekuasaan. Penguasa menggunakan hukum untuk menindas dan memperkaya diri. Maka jadilah hukum sebagai komoditi yang bisa dibeli dan dijual sesuai market. "Kata saya. Florence terhenyak. 


" Apa solusinya ?  Tanya florence dengan suara lirih, Sepertinya dia tidak berharap jawaban dari saya, tetapi saya jawabkan juga, "Perubahan mental dan perbaikan Akhlak. Setidaknya berhentilah rakus dan hiduplah sederhana" 


Tak berapa lama, kami bayar bill dan pulang. Namun saat saya akan naik kedalam kendaraan Maybach milik Florence, driver ojol yang tadi antar saya, menegur saya. “ Pak, saya pikir tadi bapak mau pulang pakai ojol lagi. Makanya saya tunggu. Ya udah. Sekali lagi terimakasih pak” Kata driver ojol itu. Saya tertegun saat driver ojol itu berlalu kekendaraannya. “ Pak “ panggil saya.


“ Ya pak.” Driver itu balik badan.


“ Ya udah saya naik Ojol bapak saja” Kata saya. Dia tersenyum cerah.


“ Ada apa kamu? tanya florence. “ biar saya antar “ 

“ Engga usah. Biar saya naik ojol aja. Itu driver orang marhaen.” Kata saya tersenyum. Florence mengacungkan jempol. “ Merdeka!”

Saturday, February 11, 2023

Agama itu masalah privasi, cinta itu universal


 


“ Aku ingin bertemu dengan papa “ Kataku kepada mama.


” Kan mama sudah bilang, papa kamu sudah meninggal. ” jawab mama tegas. Mama berusaha memalingkan wajah ketempat lain dengan air mata berlinang.


” Ma, aku sudah dewasa. Tidak perlulah ditutupi terus tentang Papa. Dan lagi , dua bulan lagi aku akan menikah. Aku butuh Papa mendampingiku atau setidaknya aku dapat meminta restu kepada papa. Itu saja ” Kataku dengan lembut. Kusadari bahwa masalah ini sangat sensitip apalagi menyangkut soal papa. Dari dulu, setiap aku menanyakan tentang papa , mama selalu marah dan setelah itu menangis.


” Mama engga ngerti kenapa sekarang kamu jadi lain. Ngotot sekali ingin ketemu Papa kamu. Mengapa kamu begitu peduli dengan papamu yang tidak pernah mau tahu dengan kamu. Sejak kamu lahir, papa kamu pergi meninggalkan mama. Itu harus kamu ngerti. ” Mama mulai menangis. Aku hanya terdiam. Kucoba untuk memeluk mama untuk meredam rasa sesak didadanya.


” Ma...terimalah ini "Kuserahkan amplop besar yang kudapat dari tante Mia. Di dalam amplop itu berisi sebuah kebenaran yang selama ini tak dapat kutemukan tentang papa " Mama baca dan kemudian tentukan sikap mama. ” lanjutku seakan berbisik. ” Maafkan aku bila akhirnya aku harus berseberangan dengan mama soal papa. ” Kupeluk mama dan kutinggal mama seorang diri. Akupun kembali kesingapore.


***


Aku memang sejak lahir tidak pernah mengenal papa. Sejak kanak kanak aku tinggal berpindah pindah. Pernah 5 tahun tinggal dirumah Om di Malang. Istri om sangat baik sekali, namun setelah kelahiran putrinya, dia semakin kurang perhatiannya kepada ku. Makanya , om kirim aku lagi kerumah tante di Jakarta. Ini berlangsung sampai aku tamat SD. 


Karena Jakarta bukanlah tempat yang aman bagiku, maka mama mengirimku ke singapore untuk tinggal dengan adik mama yang paling bungsu. Tante Mia. Dia sangat sayang padaku. Juga suaminya. Mereka tidak mempunyai anak , hingga akulah satu satunya yang dianggapnya sebagai anak mereka. Sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan per guruan tinggi dan bekerja di Singapore.


Sejak SMP, aku sudah mengerti sedikit tentang kehidupan. Keluarga besarku membenci papa,dan menanamkan kebencian itu kepadaku. Wajar bila akupun terlanjur membenci papa. Apalagi keluarga mama adalah penganut agama kristiani yang taat sementara papa adalah muslim. Hanya saja tante Mia tidak pernah cerita negatif tentang papa. Mungkin karena pendidikan tante paling tinggi diantara keluarga mama. Tante Mia juga kristiani yang taat. Jadi lebih mengerti untuk bersikap bijak. 


Dari tante Mia dan suaminya aku mulai memahami kebijakan, terutama tentang agama. Tante tidak pernah memaksaku untuk menentukan agama yang tepat untuk-ku. Baginya agama itu soal privasi yang tak perlu diperdebatkan. Yang penting adalah bagaimana kita bisa menggunakan agama itu sebagai jalan hidup dan membuat siapapun yang dekat dengan kita merasa nyaman. Agama tidak menanamkan kebencian tapi kasih sayang. Agama tidak mempersulit tapi mempermudah. Agama itu adalah ajaran memberi, bukan meminta. 


Tapi soal Papa. Aku larut dalam kebencian terhadap Papa. Apalagi kutahu , dua kali mama menikah dengan pria lain , selalu mengalami kegagalan walau itu dijodohkan oleh keluarga mama yang taat beragama. Selanjutnya mama bekerja keras dan hidup sendirian. Laki laki macam apa ini ? .Yang telah membiarkan wanita seperti mama dan aku hidup tanpa perlindungan dari seorang pria yang seharusnya bertanggung jawab disaat kami membutuhkannya.


Ada hembusan pencerahan dalam hidupku ketika aku mulai menjalin hubungan serius dengan seorang pria yang tidak seiman dengan ku. Dia seorang muslim yang taat. Pria itu sangat baik dan sopan. Dia tidak pernah menyentuhku selama kami pacaran. Selalu bisa mengerti perasaanku dan tidak pernah memaksaku untuk mengikuti agamanya. Tapi kepribadiannya membuat ku mulai luluh untuk memeluk agama Islam. 


Pacarku dengan sabar menjelaskan semua hal tal tentang Islam. Duh, indahnya ajaran agama ini. Dimana kesederhanaan adalah pakaian kesehariaan, Keikhlasan adalah kepribadian dalam bersikap dan bertindak. Lemah lembut terpancar untuk saling menjaga dan menghormati. Antara wanita dan pria saling menjaga atas dasar saling hormat untuk beribadah kepada Allah. Agamaku mendidik kasih sayang dan islam menerapkannya dengan sempurna, setidaknya itu yang kurasakan dalam hubungan dengan pacarku. Maka akupun semakin membulatkan tegad untuk menjadi muslimah.


Tapi bagaimana bisa meyakinkan keluarga mama tentang niat ku untuk pindah agama, tentang hubunganku dengan orang tidak seiman. Inilah yang sulit. Apalagi mereka sangat trauma dengan kehidupan mama yang menikah dengan pria tidak seiman. Pernah ini kusampaikan kepada om di Malang. Karena dia kakak tertua mama dalam keluarga besar.


” Tidak Lin ! " Teriak Om " Semua orang tahu bahwa Om ini aktivis geraja dan juga mama kamu. Apa kata orang nanti bila mengetahui kamu menikah dengan pria tidak seiman. Bercerminlah dengan mama kamu yang menikah dengan pria tidak seiman. Akhirnya ditinggal pergi ketika mama kamu tidak mau mengikuti agamanya. Mereka kejam sekali, Lin. Mereka dapat menghalalkan apa saja demi agamanya. Carilah pria seiman dengan kamu..”


Begitupula ketika hal ini kusampaikan kepada Tante di Jakarta. Jawabannya sangat tegas. ” Kalau kamu menikah dengan pria tidak seiman maka putus hubungan keluarga kita. ”


Aku terhempas. Jangankan mau pindah agama , menikah dengan orang tak seiman saja sudah prahara bagi mereka. Semua menjadi kebencian ketika menyangkut perbedaan agama. Mengapa ini bisa terjadi.? Apakah agama memang mengajarkan peperangan karena perbedaan ? Aku rasa tidak. Hanya cara menyikapi dan merasa paling benar inilah yang membuat prasangka buruk terbentuk. Membuat kedamaian menjadi sesuatu yang mewah.  Seharusnya orang beragama adalah orang yang menempatkan prasangka baik kepada siapapun dan berserah diri kepada Tuhan. 


Terkhir aku berbicara dengan tante Mia dan meminta pendapatnya tentang rancanaku untuk menikah dengan pria tidak seiman. Tante menatapku dengan seksama” Menikahlah karena cinta dan siaplah berkorban untuk itu. Tante tidak bisa memberikan penilaian masalah perbedaan agama. ” Kata tante dengan lembut sambil membelai kepalaku.


" Benarkah , papa itu jahat tante ? Mengapa mereka membenci Islam hanya karena mereka tidak menyukai papa. Sejahat itukah Papa bagi keluarga kita. Pacarku sangat baik dan aku sangat mencintainya. Tidak ada satupun hal buruk seperti yang digambarkan om tentang Islam " Kataku.


Kemudian tante masuk kedalam kamar dan keluar membawa sesuatu ditangannya. ” Terimalah ini ” kata tante sambil menyerahkannya kepada ku. ” Itu buku tabungan tante selama 12 tahun. Jumlahnya sama dengan semua kebutuhan biaya kamu selama tinggal dan sekolah di singapore. Tapi tante tidak pernah ambil satu senpun. Kamu sudah tante anggap sebagai anak kandung tante. Sekarang itu menjadi milikmu.” kata tante dengan air mata berlinang.


” Dari mana tante dapatkan uang sebanyak ini” Kataku heran


” Ini bukti transfer uangnya ” kata tante sambil membuka amplop besar. Begitu banyak lembaran kertas warna merah muda sebagai bukti transfer. Tertulis disitu nama pengirim – Rahmat Subarja –


” Siapa Rahmat Subarja itu ? ”


" Papa kamu. ..” kata tante dengan suara lambat.


" Jadi selama ini semua telah berbohong tentang papaku. Akte kelahiranpun falsu ? "aku terkejut dan sedikit marah.


"Setiap bulan, selama dua belas tahun , dia tidak pernah lupa barang sekalipun mengirimi uang kepada tante untuk biaya hidup kamu. " Kata tante tanpa peduli kemarahanku.


” Papa ?" aku terkejut.


” Ya. " Jawab tante. Kemudian tante memberikan satu lembar amplop putih kepadaku. Di dalamnya ada surat dan juga photo pria. ” Ini ada surat dari papamu. Dia berharap agar tante memberikan surat ini kepada mu pada saat yang tepat. Khususnya ketika kamu akan menikah"


Aku pandang photo itu. Nampak seorang pria gagah dan berwibawa dibalik senyum. Aku terhenyak memandang photo itu. Lama aku memperhatikan photo itu. Baru kemudian aku membaca surat itu . :


Anakku, Kamu adalah anakku. Buah hatiku. Secara agama dan sudah dibuktikan dalam ilmu pengetahuan bahwa ayah itu pembawa factor keturunan. Artinya pemilik syah anak secara batin maupun biologis adalah ayah. Tapi ibu berperan besar dalam proses terjadinya takdir hingga kamu terlahirkan kedunia ini. Ibu kamu pula yang telah mengorbann segala galanya untuk sesuatu yang bukan miliknya. 


Yang pasti keberadaan kamu karena bertemunya syariat kasih sayang diantara dua anak manusia untuk meyakini hakikat keberadaan sang pencipta yang maha pengasih lagi penyayang. Makanya tidak ada alasan apapun bagi Papa untuk membenci mamamu. Sangat berat hidup berpisah dengan seseorang yang kita cintai. Namun itu semua harus kita korbankan untuk cinta yang sesungguhnya dari pemberi cinta. Allah. 


Kami bertemu disaat kami tak bisa menjaga diri kami dan akirnya berpisah diluar kekuatan kami. Kini , Pinta papa hanya satu :izinkan papa menikahkan mu dengan pria yang kamu cintai. Papa percaya dengan apapun pilihanmu. Anakku..Masa lalu kami bukan hal yang baik untuk dicontoh, tapi bagaimanapun kamu tetaplah anak kami. Semoga Allah pula yang akan mempersatukan kita. Papa yakin bahwa bila kita cnta Allah maka kehendak Allah pula yang berlaku dan itu pasti yang terbaik untuk kita....”


Aku terduduk dan mataku berat seakan ingin menumpahkan airmata. Namun kucoba tegar. Kutatap tante yang sedari tadi memperhatikanku. ” Ketika kamu datang ke Singapore. Papamu mendatangi tante. Kebetulan tempat kerja om kamu punya hubungan business dengan papa kamu. Papamu minta agar masalah ini dirahasiakan dari siapapun. Termasuk kepada mama dan yang lainya. Papamu hanya ingin kamu bahagia dibawah naungan ibumu dan kami. Itu saja. ”


” Apakah papa sudah menikah lagi ? ” tanyaku.


” Papamu pengusaha yang sukses. Tidak sulit baginya untuk menikah lagi. Tapi dia tetap berharap suatu saat bisa bersama mamamu lagi. Sampai sekarang dia belum menikah. Seminggu lalu , kami bertemu dengan dia di Hotel ketika dia mampir untuk ke Eropa. Dia selalu menanyakan perkembanganmu.Sangat antusias mendengar cerita tentangmu."


” Mengapa dari dulu, tante tidak pernah kenalkan papa dengan ku ?”


” Hanya ketika kamu akan menkah maka rahasia ini boleh dibuka”


” tapi mengapa ?


” Tante tidak tahu. Tapi begitulah cara papa kamu bersikap. ” Aku terdiam.


Aku membayangkan bahwa pria yang aku kenal sebagai papaku ini ternyata seorang pria sejati. Juga seorang yang ikhlas menerima takdirnya untuk tetap istiqamah dengan keimanannya walau cintanya terpasung dengan seseorang yang tidak seiman. Dia ikhlas untuk memendam rindu kepada manusia yang dicitainya demi cintanya kepada Allah. Ini yang sangat sulit bagi semua orang yang mangaku beriman. Apalagi tidak ada benci dari semua ini. 


Tanggung jawabnya karena Allah tak pernah dilalaikannya. Terbukti semua kebutuhanku dipenuhinya. Yang lebih lagi adalah keikhlasannya untuk tidak dikenal oleh anak kandungnya sendiri demi menjaga keadilan dan perasaan dari seorang ibu yang melahirkan anaknya. Kalaupun dia ingin bertemu maka itupun karena printah Allah yang mengharuskan ayah menikahkan anak gadisnya. Jadi ,tidak ada alasan untuk membenci pria ini. Seperti yang selama ini dikatakan oleh keluarga mama.


***

Di Changi Airport, Singapore..


“ Kami menikah tanpa restu orang tua. Ketika itu kami masih sangat muda. Papa mu berusia 19 tahun. Dia masih kuliah tingkat satu. Sementara mama masih duduk di SMA kelas 2. Enam bulan setelah menikah, kamupun lahir. Tidak ada yang salah tentang papa kamu. Namun, satu hal yang tidak pernah mempersatukan kami, yaitu agama. Kakek kamu memaksa mama untuk pergi meninggalkannya ketika papamu minta agar mama memeluk agama Islam. Padahal sebelumnya diapun sudah diasingkan oleh keluarganya karena menikah dengan mama yang tidak seiman, ...” Kata mama dengan air mata berlinang.


Kugenggam tangan mama. Seakan ingin menguatkan batin mama. " Yang mama sedihkan adalah begitu keluarga kami sangat membencinya namun kecintaannya kepada mama tidak pernah surut dan tanggung jawabnya kepadamu tidak pernah hilang. " Sambung mama lagi.


Ada sesal yang tak bisa diungkapkan dengan mudah. Namun airmata mama sudah cukup menggambarkan semua itu. Kini aku hanya ingin memastikan bahwa aku mempunyai seorang papa yang akan mendampingiku dalam acara pernikahan.


Disini, di Bandara kami berdua sedang menanti kedatangan pria yang kami sangat rindukan dan hilang dari kehidupan kami hanya karena ego dari sebuah perbedaan. Dengan semua yang kutahu belakangan tentang papa , maka lengkaplah kebanggaanku tentang papa ketika mama berkata, 


” Sekarang mama sadar bahwa kemuliaan hatinya adalah cermin dari kemuliaan ajaran agama yang diyakininya. Mama sadar ,kita mengagungkan tentang cinta kasih sementara kita masih punya rasa benci. Kitalah sebetulnya jahat. Tidak ada yang salah dari agama papamu. Mamalah yang salah dari semua ini karena begitu saja larut bersama kebencian keluarga mama terhadap papamu... “ Demikian sebuah kejujuran terungkap setelah bertahun tahun , setelah kemarin mama menerima Aplop berisi semua tetang papa, akhirnya mamapun luluh untuk menerima kenyataan.


Dari speaker terdengar pengumuman kedatangan pesawat yang membawa papa kepada kami disini. Jantungku berdetak kencang. Mama berkali kali memegang ujung tali tasnya. "Mama tetap cantik kok. Aku yakin , papa tetap mencintai mama" Kataku menghibur mama yang nampak gugup untuk menemui pria yang pernah bersemayam dihatinya.


Selang kemudian mama nampak tersenyum kearah seorang pria yang berjalan menuju kuridor kedatangan.. Pria itu berusia empat puluhan namun nampak lebih muda dari umurnya. Gagah sekali dengan setelan jas. Aku sempat ragu untuk mendekatinya. Ketika kulihat mama berjabat tangan dengan ragu namun senyum menghias diwajahnya. Begitupula pria itu. Mama melirik kearahku….


” Bang, itu Lina...” Pria itu mendekatiku dengan seksama. Matanya memancar keteduhan yang sangat dan ada terselip kerinduan , kelelahan. Dia memberikan isyarat untuk memelukku dan entah mengapa dengan begitu saja aku menghambur dalam pelukannya...


” Papa...lina kangen papa...” Kataku dengan air mata berurai. Aku tahu papapun ingin menangis namun papa tetap tegar dengan airmata mengambang dipelupuk matanya. Tak ada kata kata yang keluar dari papa. Dia perhatikan dengan seksama wajahku. Aku tahu papa sangat merindukanku. dan akhirnya dia melepaskan pagutanku ” Papa juga kangen, sayang...Maafkan papa ya..”


Aku mengkawatirkan kamu...

 




Dulu waktu SMA tahun 1980. Aku punya tetangga wanita. Dia juga SMA tapi sekolah Madrasah. Aku suka dia. Tapi dia cuek saja. Mungkin karena sangat cantik. Aku tidak pede dekatin dia.  Kalau pergi sekolah aku jalan kaki dan dia juga jalan kaki. Sekolahnya satu arah dengan sekolahku. Tetapi lebih jauh sekolah aku. Jadi kami pasti pagi jalan beriringan. Bertahun tahun, aku tidak tegur dia.


Pada satu waktu. Saat aku jalan di depannya. Dia terhenti. Berusaha menutupi pantatnya. Roknya sampai mata kaki. Dia menoleh kepadaku yang ada di belakang. Wajah putihnya bersemu  merah. Berusaha ditutupi wajahnya dengan jilbabnya. Saat aku akan melewatinya. Aku mau bertanya. Tapi ragu. Ah lewat aja. “Ale..” terdengar suara memanggil.


“ Ya Ria. Ada apa ?


Dia terdiam. Tapi dia berusaha menutupi pantatnya terus. Aku melihat dari dekat ada apa di pantatnya. “ Oh..darah.” kataku. “ Kamu datang bulan? kataku. Dia mengangguk. 


“ Ale, bisa bantu ke rumah aku. Bilang ke  bunda, aku datang bulan pas di tengah jalan.” Katanya menunduk “ Aku tunggu di rumah itu. " Katanya menunjuk rumah. " Aku akan minta izin sama yang punya rumah untuk ganti “ Katanya. Tanpa banyak tanya aku langsung jalan. Sampai di rumahnya aku ceritakan keadaan Ria.  Ibunya segera masuk ke rumah dan serahkan kantong plastik. Aku kembali lagi ke Ria. Dia tersenyum ” terimakasih Ale” Katanya. Aku mengangguk.


“ Aku duluan ya. Kawatir telat masuk kelas. Sekolah aku masih jauh” Kataku. Dia mengangguk.


Setelah itu walau kami sering jalan beriringan namun kami tidak pernah saling bersapa.  Di rumahpun aku jarang ketemu dia. Dan lagi akupun setelah pulang sekolah dagang di pasar. Hanya kalau pergi solat Magrib ke Masjid, saat melintasi rumahnya, aku sempatkan melirik ke dalam rumahnya. Dia lebih banyak di dalam rumah. 


Setamat SMA aku putuskan pergi merantau ke Jawa. Saat aku melintasi depan rumahnya dengan ransel besar dipunggungku. Ria berlari dari dalam rumah sampai depan teras “ Ale jadi juga pergi merantau ke jawa ? Tegurnya.


“ Ya Ria. “ Kataku. Jarak ku dengan dia sekitar 2 langkah.  Dia terdiam menatapku.  Tanpa ada kata kata.  Loh selama ini dia tidak pernah menatapaku langsung. Selalu menghindar. “ Ale hati hati ya.” Katanya dengan wajah kawatir. Aku lihat air matanya mengambang. Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Aku terus melangkah.  Dari jauh aku lihat ke belakang. Dia masih di teras. Dia lambaikan tangan ke arahku. Aku balas lambaian tangannya.


Dua tahun aku dirantau, aku dapat kabar Ria sudah menikah. Tentulah mudah jodoh untuknya. Dia cantik. Aku berdoa semoga dia bahagia dengan hidupnya. Akupun sibuk dengan hidupku.


***


Tahun 2008, aku dapat undangan untuk ikut rombongan presiden kunjungan kerja ke Pulau Bintan meresmikan proyek Pariwisata. Dari Hong Kong aku terbang ke Singapore dan pakai fery ke Pulau Bintan. Di Pelabuhan fery badanku sudah terasa meriang. Karena sudah lebih 3 bulan aku kurang tidur. Maklum penghujung tahun 2008 adalah hari hari yang berat. Instrumennt pasar uang jatuh semua. Bursa juga pada rontok. Sebagai pengelola portfolio investasi, aku berusaha berselancar di gelombang pasar yang tidak bersahabat itu. 


Dalam perjalanan asam lambungku kumat. Aku berusaha tenangkan diri. Sampai di demarga Tanjung Pinang. Aku pesan aqua di warung yang ada di dermaga. Saat mataku menatap penjual itu, aku merasa melihat masa ramajaku. Wanita penjual itu tersenyum. “ Ale..” Tapi badanku terhuyung. Keringat dingin membasahi tubuhku. Wanita itu menahan tubuhku agar tidak jatuh. Dia dudukan aku kursi. Dia beri aku air hangat. Itu sangat membantu mengurangi asam lambungku. Aku bisa tegar kembali.  


“ Ale demam.” Katanya.


“ Aku engga apa apa Ria. Kamu mau kemana ?


“ Aku tinggal di Tanjung Pinang. Aku kerja di warung itu” Katanya menunjuk warung. “ Ale ada apa ke Tanjung Pinang?


“ Aku mau menghadiri undangan peresmian proyek Wisata di Pulau Bintan. Aku nginep di Hotel Nirwana bersama rombongan presiden” Kataku dengan keadaan masih lemas. Tidak berapa lama jemputan dari hotel datang. Ria antar aku sampai ke kendaraan. Aku pegang lengan Ria “ Jangan tinggalkan aku, Ria. “ Kataku dengan suara lemah saat mau masuk ke dalam kendaraan.


“ Ya Ale, aku akan ikut kamu. “ Kata Ria. Dia duduk di sebelahku. Entah mengapa aku tertidur. Baru aku sadari ketika sampai di hotel, aku tertidur dipundaknya dan dia tahan dengan tangannya selama dalam perjalanan.


“ Terimakasih. Setelah acara aku kembali ke dermaga dan terus pulang ke Jakarta lewat Singapore. “ Kataku salah tingkah. Tapi Ria tersenyum. 


Sampai di hotel. Staff ku dari kantor di Singapore yang sudah tunggu di loby hotel. “ Pak sakit apa ? Katanya menyerahkan kunci kamar. Ria antar aku ke kamar bersama staf ku. 


“ Pak acaranya besok pagi. Apa bapak mau kembali hari ini dan batalkan hadir dalam acara atau tetap tinggal di sini ? Saya panggilkan dokter?


“ Panggil dokter sekarang” kataku


“ Siap pak.” 


Kakiku terasa dingin. Aku sempat muntah di kamar mandi. Ria bantu aku bawakan air hangat. Wajahnya keliatan kawatir. Tetapi aku tetap senyum.” Engga apa apa. Sebentar lagi dokter datang. “ kataku.


Tak berapa lama dokter datang ke kamar hotel. Setelah makan obat. Aku sholat Lohor dan Asahar digabung. Terasa  ngantuk sekali dan tertidur. Ketika terjaga, aku lihat Ria tertidur di Sofa. Aku lirik jam di meja lampu kamar tidur. Jam menunjukan pukul 3.40 pagi. Oh artinya aku tertidur lebih 12 jam. Badan terasa bugar. 


Pikiranku langsung ke Laptop. Bersegera aku sambar tas untuk ambil komputer. Buka akses ke jaringan Safenet. Aku terkejut.  Reposisi aset yang aku rancang sebelumnya, semua recovery bahkan lebih solid dibandingkan sebelum kejatuhan Lehman. 12 jam lebih berlalu dalam diam, tanpa aku kawatirkan apapun, telah menyelamatkan aku dari prahaha selama 3 bulan.  Terimakasih Tuhan. Kadang kita perlu menjauh dari kerusuhan dan berhenti barang sejenak. Selanjutnya biarkan waktu yang menyelesaikan. 


Aku ke toilet dan berwudu. Sholat jama’a Maghrib dan Isya dan kemudian di lanjutkan dengan sholat Tahajud.  Usai sholat Tahajud aku lihat Ria sudah bangun. Dia duduk di sofa tersenyum kearah aku. “ Ria engga pulang? 


“ Aku kawatirkan Ale. “ Katanya. “ Ale, sudah sehatan ?


" Ya Alhamdulilah. Sudah sehat. "Kataku tersenyum. " Ria udah makan? 


" Kamarin staff Ale pesankan makanan ke room service. Dia temanin aku makan di kamar. Dia cerita, Ale boss yang jarang bicara dengan staff. Tapi baik. " Kata Ria tersenyum.  Tapi aku baru sadar. Wah dia kan istri orang. Gimana dengan suaminya kalau tahu dia tidur di kamar bersama pria lain. “ Duh maafkan aku Ria. Seharusnya sebelum tidur, aku titipkan kepada staff ku antar kamu pulang. Apa kata suami kamu, kalau tidak pulang?


“ Suamiku sudah meninggal. Aku sudah telp ke anakku. Dia sudah tahu aku tidak pulang. “


“ Oh..” aku ikut berimpati dengan keadaanya yang menjanda.


“ Engga apa apa. Aku sudah 10 tahun hidup sendiri.” Katanya tersenyum. 


Subuh masuk, kami sholat berjamaah. Ria selalu menggunakan baju kurung dan berhijab. Jadi tanpa mukena dia tetap sholat. " Dulu waktu kita di Lampung, setiap maghrib aku selalu menanti suara Azan Ale di Masjid. Kalau bulan puasa aku sering dengar  lewat speaker suara Ale tadarusan. Suaranya merdu sekali. " Kata Ria usai sholat. " Kini aku kesempatan sholat berjamaah dengan Ale...Duh puja puji Allah." Lanjut Ria. Aku tatap dia sekilas. Aku tersenyum dan melangkah kearah meja. " Kini Ria jaga kesehatan ya. Kalau ada apa apa telp aku. Janji ya." kataku. Dia menatapku dan cepat menundukkan kepala.


Aku kembali ke laptop. Aku sedang euforia. Aku sibuk telp semua team ku yang ada di Hong Kong dan Eropa untuk focus jaga posisi. Selama itu, mungkin Ria perhatikan aku. Setelah selesai koordinasi. Aku kembali ke Sofa. " Hebat Ale. Enga kebayang kalau Ale yang aku kenal semasa remaja.  Pria yang sholeh, patuh kepada kedua orang tua, sudah mandiri sejak SMA. Kini jadi orang hebat. Tinggal di holel mewah. Ikut rombongan presiden. Tapi tetap menjaga sholatnya. Tetap rendah hati " Kata Ria. Aku tatap dia tapi dia cepat menundukkan kepala. Akhirnya aku hanya senyum.


Jam 7 pagi. Aku minta staf ku antar Ria  pulang. Sebelum masuk kendaraan aku serahkan amplop. “ Beri kesempatan aku mencintai anak yatim bersama kamu. Jaga diri baik baik ya Ria” kataku. 


“ Ale, tidak perlu. Aku baik baik saja.” Katanya. Aku tetap sorongkan uang ketangannya. Akhirnya dia terima juga. 


“ Terimakasih Ale.” 


Semua dollar yang ada di tas selempangku aku serahkan semua ke Ria. Ada lebih USD 10,000. Uang itu tidak ada artinya ketika dia berkata “ aku kawatirkan, Ale”. Tanpa ketulusan cinta, dia tidak mungkin mengatakan itu dan mau tinggal di kamar menjagaku.  


Sejak itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Ria, namun doaku selalu ada untuknya.  Belakangan tahun 2013, Aku minta Florence mencari tahu tentang Ria. Karena Florence tinggal di Batam. Dari Florence aku dapat kabar Ria tinggal bersama putri dan menantunya di Pakan Baru. 


“ Berkat uang dari kamu, Ria bisa buka toko di Pakan Baru, dan berkembang. Kini usaha itu dilanjutkan oleh Anak dan menantunya. “ kata Florence. “ Tapi dia malu untuk telp kamu. Katanya dia sudah senang bisa ketemu sekali dengan Ale-nya. Dia akan selalu doakan kamu, Ale.” Lanjut Florence.



Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...