Saturday, November 27, 2021

Hidup bersemangat.





Di Shanghai di suatu cafe yang terletak dalam Hotel,  aku janjian dengan teman untuk bertemu. Ketika masuk cafe temanku belum datang. Aku memesan minuman ringan. Wanita melintas di depanku. Ia terlihat menawan. Tubuhnya beraroma lembut parfum. Rambut sebahu dengan poni. Mantel panjang warna coklat membungkus tubuh semampainya dari dinginnya malam. Parasnya oval. Mata gemintangnya dibingkai warna ungu pucat. Maskara melentikkan bulu matanya yang panjang. Bibir tipisnya berulas warna shocking pink berkilat tersapu lipgloss. Oya, ini Jumat malam. Sudah pasti wanita   menikmati  malam panjang friday nigh.


Kulihat ia berhenti sejenak. Mengeluarkan handphone mungil warna merah darah di dalam genggaman tangannya. Ia tampak mengangguk-angguk sejenak. Kemudian ia memasukkan handphone itu ke dalam tasnya. Lantas segera berjalan cepat setengah menunduk ke arah table. Aku sempat berpikir sebentar. Kalau 15 menit tidak ada orang lain di tablenya, aku akan hampiri. Lewat 15 menit, ada pria mendatangi table itu. Aku perhatikan, mereka sudah kenal lama. Keliatan akrab. 


Tak berapa lama ada kegaduhan kecil. Pria itu menyiram wine ke wajah wanita itu. Pengunjung terkejut. Suara pria itu terdengar keras membully wanita itu. Wanita itu hanya menunduk. Mungkin menahan tangis. Pria itu bayar bill. Kemudian menarik lengan wanita itu dengan keras untuk berdiri. Tetapi wanita itu berontak. Terjadi saling tarik. Akhirnya wanita itu terjatuh. Spontan saya berdiri segera melangkah ke arah wanita itu. Membantunya berdiri.  Waktu pria itu mau melayangkan tangannya. Saya tahan. Hanya sekian detik, pria itu menatap saya sebelum dia berlalu. 


“ Apakah anda tidak apa apa.” Kata saya menegur dalam bahasa inggris. Dia tersenyum walau terkesan terpaksa. “ Ya. Saya tidak apa apa.” jawabnya dalam bahasa inggris sempurna. Dia seperti sedang menahan sedih atau marah. Wajahnya nampak dingin. “ Dia pantas marah. Saya terlalu naif. “ Katanya dengan air mata berlinang.  “ Saya punya hutang 60.000 yuan ( sekitar Rp. 90 juta). Saya belum bisa bayar. Dalam sebulan ini sudah berkali kali saya ingkar janji. Wajar dia marah. Apalagi saya menolak diajak tidur. 


“ Pacar ?


“ Bukan. Dia relasi saya. Bekerja di lembaga keuangan di sini.”


“ Hutang personal atau  bisnis.”


“ Hutang personal tapi untuk bisnis. “


“ Bisnis apa ?


“ Saya eksportir produk fashion merek international. Tadi saya maklon. Belakangan saya berencana bangun pabrik garmen khusus produk branded. Sudah hampir setahun cari investor, belum juga dapat. Sekarang saya nyaris bangkrut. Hutang dimana mana. Untuk bayar apartement saja tidak ada uang. Mungkin besok , musim dingin ini saya tidur di jalan.” Katanya. Aku berusaha memotivasi dia untuk tabah. Karena dia eksport garmen, pembicaraan jadi lancar. Aku kuasai bisnis process garment. Kenal dengan semua supply chain. Dia pun sangat kompeten soal garmen. Apalagi dia lulusan Akademi design dan tekstil. Tak terasa pembicaraan berlangsung lebih 1 jam.


“ Kamu ada proposal bisnis yang bisa saya pelajari.”  Tanyaku. Dia tatap aku. Mungkin engga begitu percaya. Tapi akhirnya dia tersenyum. “ Apakah anda tertarik untuk kerjasama? 

“ Kirim saja proposalnya. “ Kataku kembali menegaskan. Dia gunakan hapenya sebentar. “ tolong beri tahu alamat email anda.” tanyanya. Aku berikan alamat email. “ Saya sudah kirim proposalnya. “ Lanjutnya.

“ Baik, Saya akan pelajari. Saya rencana besok sore kembali ke Hong kong. Apa bisa ketemu waktu sarapan pagi. Di Hotel ini” Kata saya. 

“ Terimakasih. Saya pasti datang.” Dia mulai tersenyum cerah. “ Kenalkan nama saya Alin “ 

“ Oh ya. Saya B “ Kata saya. Kami berjabat tangan.



***

Jam 8 pagi dia sudah ada di Lobi hotel. Saya ajak dia ke restoran yang ada di lantai 4. 


 “Saya sudah pelajari proposal kamu. Kamu punya keahlian bidang design dan teksti. Punya pengalaman sebagai eksportir walau sekedar broker. Tahu pasar dan kuasai supply chain. Kamu kompeten bermitra dengan saya. Tetapi ada catatan yang harus diperbaiki"


“ Oh ya apa yang harus diperbaiki.”


“ Saya tahu produk fashion ini sebagian dikerjakan handmade. Saya tidak melihat data kapasitas pabrik sejenis di Shanghai. Saya ingin tahu skill rata rata pekerja China. Karena ini menyangkut kualitas dan kapasitan pabrik yang akan kita bangun.  Kemudian, proses produkis saya maunya, kita hanya kerjakan bagian handmade. Khusus kerah dan lipatan jahitan bawah dan pinggir. Selebihnya kita serahkan kepada rekanan. Saya butuh rekanan yang punya kompetensi mengerjakan produk branded. Itu aja. “


“ Oh  Anda paham sekali bisnis garment.”


“ Ya setuju.? tanya saya. Focus kepada rencana bisnis dia. 


“ Tentu saya setuju. Tunggu waktu makan siang nanti kita ketemu lagi. Semua data yang anda perlukan sudah ada. Proposal sudah saya perbaiki. “ katanya sigap. Dia tidak jadi sarapan. Langsung berdiri dan pergi. Janji akan ketemu lagi makan siang. Saya geleng  geleng kepala. Semangat bisnisnya luar biasa.  Aku  telp Lena, sekretarisku di Hong Kong. " Lena, saya sudah kirim file proposal. Suruh Wenny check semua data suppy chain.  Suruh James periksa data buyer yang ada di Eropa. Pastikan sebelum jam 12 siang saya sudah dapat semua confirmasi. Apakah data itu valid atau tidak. " Kata saya. Kalau benar data  proposal vali. Ini peluang yang sudah lama aku dambakan. Yaitu jadi mitra strategis pemilik merek produk fashion berkelas dunia. Kalau tidak, aku akan lupakan Alin. Engga perlu ketemu lagi.


Siangnya usai meeting dengan ralasi, aku temui Alin yang sudah menantiku lebih 1 jam. Dia tersenyum menyambutku di lobi. “ Udah makan? tanyaku.  Dia hanya tersenyum. Tapi aku tahu dia belum makan. Aku ajak dia kerestoran yang ada di hotel. Proposal yang dia serahkan sudah diperbiki. Lengkap dengan data yang aku perlukan. Aku tersenyum. 

“ Sudah berapa lama kenal dengan buyer di Eropa ini? Tanya saya.

“ Dua tahun lebih. Saya hanya jadi broker saja. " Katanya seraya memperlihatkan lembaran dokumen LC yang pernah dia kerjakan.

“ OK. Sekarang kamu siap kalau saya ajak ke Eropa. Kita temui buyer itu.” 

“ Ke Eropa ? dia terkejut.

“ Ya. “

“ Ya siap. Tapi saya harus urus visa dulu. “

“ Ya uruslah. Saya tunggu kamu di Hong Kong. “ Kataku. Dia terdiam dan menunduk. .

“ Alin, ini ada uang. Kamu pakai untuk bayar utang dan sewa apartement. “ Kataku menyerahkan amplop berisi USD 25,000. Dia terkejut. Bibirnya bergetar menatap saya. 

“ Saya tidak pernah mendapatkan empati seumur hidup saya. Saya kerja paruh waktu untuk selesaikan kuliah saya. Bagaimanapun terimakasih.”. Katanya. Saya mengangguk dengan tersenyum. Lama dia tatap saya kembali. Lambat laun mendung diwajahnya hilang. Dia tersenyum. “ Saya berjanji tidak akan mengecewakan anda.”


***


Tahun 2008 setelah pabrik garmen berdiri. Tiga bulan operasional, aku datang ke pabrik di Dongguan. Alin tersenyum melihat aku datang ke pabrik. Aku keliling pabrik.Melihat para pekerja sedang menjahit pakaian. Aku lihat ruang quality control dan finishing. Aku juga lihat gudang dan proses loading untuk ekspor. Saya tatap dia ketika masuk kamar kerjanya. Kemudian saya baca laporan kinerja atau produktivitas pabrik.


“ Kenapa statistik kinerja pabrik masih dibawah 50%” kataku


“ B, sabar. Kita masih berproses mendidik mereka”


“ Dengar lin, Kalau tiga bulan tidak ada progress kinerja mereka. Itu artinya ada yang salah. Ini bukan lagi bisnis tapi penampungan sosial. Kita bukan pemerintah yang harus bersabar untuk didik orang. Kita bukan Tuhan yang harus mencintai semua. “


“ Tapi B, kapasitas yang ada sekarang sudah bagus”


“ Bagus! “ Suaraku kencang. “ Jangan berpikir dengan cara kamu. Karena kamu itu pecundang. Makanya kamu dibuang oleh pria. Sampah bagi mereka. Itu bukan salah mereka, Tetapi mindset kamu memang sampah” Lanjut ku, tetap dengan nada tinggi.Dia menangis.


“ Kita manusia memang punya standar berbeda satu sama lain. Itu sebabnya nasip orang berbeda beda.Dan saya tidak mau bernasib sama dengan kamu, karena mengikuti standar kamu. Paham! “ Kataku. Dia menangis terus. Tetapi tidak meratap.


“ Kenapa kamu nangis? Tanya saya lagi. Dia diam. “ Sekali lagi kamu menangis depan saya, kamu keluar. Saya tidak ada masalah hilang uang pada tahap awal daripada saya stress terus bemitra dengan pecundang. Ingat Lin, saya tidak anti kesamaan gender. Bagi saya wanita dan pria sama. Tidak rasis. Semua sama bagi saya. Ukuran saya, apakah menguntungkan atau tidak. Kalau engga, sorry to say..saya buang kamu” Kataku lagi. Dia mengangguk.


“ Pastikan tiga bulan ke depan, kinerja meningkat. “ Kataku berlalu dari kamar kerjanya.


Dari pabrik aku terus ke Hong Kong. Di Hong kong aku telp Wenny. “ Wen, bantu saya”


“ Ada apa ?


“ Tadi saya habis marahin ALin. Dia nangis. Bantu tenangkan dia”


“ Bagus. Biarin aja. Engga usah dibujuk. “


“ Tapi dia nangis, karena mungkin kata kata saya kasar.”


Wenny tertawa. “ B, wanita china itu tidak pernah menyerah. Tidak baper mereka. Kalau dia nangis bukan karena kata kata kamu, tetapi karena dia sedang menyalahkan dirinya sendiri. Mereka tidak pernah menangis karena ulah orang lain. Pahami itu. Santai aja” Kata Wenny.


Empat bulan kemudian aku datangi pabrik. Aku sudah terima laporan statistik kinerja pabrik. Aku puas, Karena produksi meningkat 4 kali dari sebelumnya. Sehingga aku bisa tingkatkan volume ekspor dan kontrak outsourcing.


***


Sampai di pabrik aku liat Alin sedang dibagian produksi. Memang sebagian besar pekerja baru. Aku perhatikan dia sedang mengarahkan pekerja bagian quality control. Dia lihat aku datang. Mukanya pucat. Masih takut dia dengan ku.


“ Lin, “seruku” Bisa temanin saya makan malam di Shenzhen” Pintaku.


“ Ya ya.” Katanya bergegas sambil memanggil GM nya, dia bicara sebentar dengan GM. Kemudian segera menghampiri saya. “ mari jalan” Katanya. Dia setirin kendaraan untukku. Selama dalam perjalanan dia tetap diam dan terkesan tegang. Aku diamkan saja sambil tiduran.


Sampai di restoran, masih tegang wajahnya. “ B.” ada pria menegur saya. “ Saya disuruh ibu wenny untuk menemui anda di sini.”


“ Kamu dari property agency”


“ Ya. “


“ Ok, kamu bicara dengan wanita itu. Tanya ke dia. Apartemen seperti apa dia mau” Kataku melirik ke arah ALin. Mereka bicara sebentar. “ B, semua apartemen yang dia tawarkan mahal semua”


“ Kamu focus ke ukuran apartement dan lokasi yang dia tawarkan Bukan harga. Soal harga urusan saya” Kataku


“ B, ..” Airmatanya berlinang.Kemudian dia berlutut. “ Eh bukan berlutut. Peluk saya..” kata saya. Dia segera berdiri dan peluk aku. Kuat sekali pelukannya. “ Terimakasih..” Katanya.


“ Saya beri kamu rumah karena itu standar saya untuk eksekutif saya. Jadi engga perlu terimakasih. Dan itu tidak gratis, Pastikan terus kamu berprestasi baik dan menguntungkan perusahaan” Kata saya “ Kalau kamu ingin mencintai orang lain cintai diri kamu sendiri dulu. Kalau kamu mau selamatkan orang, selamatkan diri kamu lebih dulu. Kalau kamu ingin mengubah dunia, ubah diri kamu dulu. Paham !” Lanjut saya. Dia tersenyum dan mengangguk “ mimpai”


Setelah dia selesai dengan agen properti. Dia perlihatkan Photo apartemen yang sudah dia pilih. Wajahnya riang. Aku senyum aja.


investasi awal aku USD 3 juta. Alin dapat saham 30% dalam skema share loan yang harus dia bayar dari deviden. Bangunan pabrik kami sewa di Kawasan Industri Dongguan, China. Setahun kemudian  pabrik garmen sudah ekspor ke Eropa. Itu tahun 2008. Kalau tadinya kami hanya produksi 4 merek. Tetapi tahun 2013, kami udah produksi berbagai merek. Pabrik sudah punya sendiri. Tidak lagi sewa. Berkat dukungan pembiayaan dari Bank Of China, kami sudah merambah ke pabrik underwear dan aksesoris wanita seperti Kancing, kacamata dan ikat pinggang. 


“ Kamu harus sempatkan waktu bergaul. Siapa tahu dapat pacar. Kan bisa menikah. “ Kataku  satu waktu.


“ Dulu waktu saya tidak punya uang. Pacaran sama pria kaya, saya diperlakukan seperti keset kaki. Bahkan pria yang tadinya kuanggap teman, dia tiduri saya namun ketika saya berhutang dia bentak dan siram wine ke muka saya di depan umum. Waktu kuliah. saya punya pacar  pria miskin. Dia baik. Saya terpaksa kerja paruh waktu dan cuti di kampus agar dia lebih dulu selesai kuliah. Tetapi setelah dia dapat kerjaan. dia pergi ke wanita lain tanpa rasa  bersalah.


Saya bertemu dengan kamu disaat saya sedang terpuruk dalam usia emas saya. Kamu memang cepat mendukung saya, tapi itu tidak too good to be true. Saya harus kerja keras siang malam merealiasirkan bisnis ini. Karena kamu kan rewel sekali dan sangat detail dalam setiap perencanaan. Kamu bisa telp saya dini hari, kapan saja. Telp harus diterima.  Belum lagi kamu kadang tempramental kalau saya lambat memahami kamu. Saya akhirnya sadar. Hidup ini keras. Terlalu naif mengharapkan kebahagian dari sebuah perkawinan." katanya. Seakan dia punya dendam masa lalu. 


" Hidup ini memang keras tapi lihatlah orang kebanyakan,  mereka bisa menikmati kebahagiaan dengan cara sederhana dan tetap punya harapan walau harus menghadapi kehidupan yang kadang terasa tidak adil. Menikahlah..sebelum kamu terlambat dan kamu menyesal“ Kataku.


Lama lama aku tidak ingin lagi provokasi dia untuk menikah. " Saya memang tidak punya suami dan atau pacar. Namun saya ada kamu. Kamu pria yang jadi boss saya dan juga mentor saya. Ketika saya memeluk kamu saya merasa hidup begitu aman. Dan itu saja yang saya sukuri dan selalu berterima kasih kepada Tuhan. Cukup."  Katanya dengan wajah merona.  Kini usianya sudah kepala 4 tetap bersemangat dan  tetap cantik tentunya. 


Lima tahun kemudian, saya datang ke apartemen Alin tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Dia terkejut melihat kedatangan saya. Saya lihat isi apartemennya. Di dinding kamarnya ada photo saya dengan dia di Shanghai empat tahun lalu “ My winter my valentine” Tulisan diphoto itu, Saya senyum aja.


“ Sebelum saya kerja sama kamu, kamu sangat romantis. Tapi setelah masuk ke bisnis? Tidak ada lagi kemesraan itu. Tapi berubah jadi tanggung jawab dan kepedulian. I do love you.,” kata Alin “ And even if the sun refused to shine. Even if romance ran out of rhyme. You would still have my heart, Until the end of time. You're all I need, my love .. lanjutnya. Saya senyum aja.


***



Saturday, November 20, 2021

Jalan Tuhan, bukan jalan Agama.



 



Tadi siang dia berjanji akan datang. Yang saya harapkan selalu di kafe itu senyumnya akan mengembang. Ketika melihat saya. Karena berdekatan dengan sahabat, katanya. Biasanya kami akan menghabiskan waktu dengan percakapan. Tapi akhirnya saya lebih banyak mendengar. Dia memang hebat, moderat atau bisa juga sesat. Kaya akan ilmu dan sangat realistis. Rasional. Ketika melihat hidupnya baik baik saja. Padahal sebagai pengusaha dia hidup serba tidak pasti. Saya berpikir apakah benar dia baik baik saja?


Dulu setahun sebelum jatuhnya Soeharto, dia sangat sibuk sebagai anggota Pokja merancang UU berkaitan dengan gerakan muamalah umat. Saya sebagai mahasiswi dan aktifis keagamaan mendukungnya. Sangat mendukung. Bagi saya, UU itu adalah jalan bagi umat menguasai ekonomi nasional menurut akidah. Kalau secara ekonomi sudah mengikuti tuntunan agama, maka ridho Allah akan datang. Semua akan serba mudah. Benarlah, UU itu disahkan setelah Soeharto jatuh. Tapi saat itu dia sudah tidak lagi aktif sebagai anggota Pokja. Ketika saya mengucapkan selamat. Tidak ada reaksi apapun dari dia. Karena dia sudab sibuk dalam dunia kapitalis. Membangun usaha di luar negeri. Namun dia tetap idola saya.


Tahun 2006 saya menikah dengan pria yang juga tokoh agama. Dia tidak datang. Namun dia mengirim karangan bunga dan SMS, mengucapkan selamat. Tak lupa mendoakan. Sejak itu saya tidak lagi berkomunikasi dengan dia.  Tahun 2009, saya bercerai. Karena tidak siap dipoligami. Saat itu saya dihujat tidak taat kepada suami. Tidak ingin mendapaktan kunci sorga. Tidak siap diuji keimanannya, lebih mencintai Allah atau manusia?. Memahami agama dan sorga, terlalu rumit bila syarat harus berbagi ranjang dengan orang asing. Saat terasing di linkungan orang sholeh, saya merindukan dia. Kami mulai kembali berkomunikasi. Dialah orang yang mau mendengar kekecewaan saya dan dia memaklumi sikap saya.


Bukan itu saja. Sebagai janda dengan satu anak. Saya lebih memilih sibuk dalam kegiatan sosial keagamaan. Tak ingin menikah lagi. Setiap ada kegiatan sosial , setiap saya SMS dia, selalu dijawab “ Rin, saya udah transfer uangnya. Semoga sukses ya”. Suatu saat saya utarakan kesulitan keuangan. Karena pecah kongsi dengan teman dalam bisnis penyewaan Perlengkapan perkawinan. “Rin, saya udah kirim uang”. Tanpa disadari saya merasa dia sudah jadi tempat sandaran hidup. Walau dia bukan suami, tetapi dia selalu ada untuk saya, dan selalu mengerti saya.


***


Namun secara prinsip pemikirannya membuat saya berjarak dengan dia. Saya bukan orang yang mengerti bahasa isyarat. Apalagi kalau itu mengandung makna filosofis berat. Saya cuma tahu karena saya merasa. Bukan karena teori-teori yang tercantum dalam buku-buku kaum sekular. Keadaanya jelas. Dalam dunia kapitalis. Setiap orang adalah pedagang. Bisa untung, bisa juga rugi. Masalahnya, umat selalu rugi. “ Kalian tidak rugi, hanya tidak meraih seperti harapan. Mungkin juga terlalu besar harapan. Sehingga disebut rugi. Kalau kalian memang rugi, sudah lama kalian kelaparan dan berhenti berharap. Mati sebelum ajal datang. Nyatanya sekarang semua baik baik saja” Katanya dengan enteng. 


“ Kamu tidak bisa menyederhanakan masalah. Ini masalah umat. Masalah mayoritas penduduk negeri ini. Soal keadilan“ Kata saya.


”Kenapa harus rumit memikirkan hidup ini. Kalau sebotol Jonny Walker bisa menyelesaikan. ” Katanya


”Hah?!” Saya terkejut. Sejauh itukah dia berubah. Kemana idola saya yang dulu? yang selalu bersemangat untuk jalan kebenaran.


“ Kenapa kamu berubah? Kata saya.


“ Tidak ada yang berubah. Saya masih tetap di jalan Tuhan. Bukan jalan Agama. “


“ Murtad kamu! Kafir kamu. “ Kata saya keras.  Dia tersenyum. Kemudian tertawa. Seperti tidak merasa tersinggung. Apakah dia tidak bisa lagi membedakan salah dan benar.? Namun sebelum saya meragukan sikapnya dia dengan santai menjelaskan. Adakah pelajaran berharga dari Rasul tentang kekalahan yang menyakitkan ? Adakah pelajaran berharga dari Rasul. Rasa senang atas kemenangan berakhir kepada kekalahan yang mempermalukan ? demikian pertanyaan yang diajukannya. 


Ia melanjutkan, setelah mencapai kemenangan dalam perang Badar, pasukan Nabi penuh percaya diri tampil gagah berani menjemput sahid dalam perang Uhud. Nabipun mengatur strategi dengan begitu rapinya. Diminta semua pasukan mentaati taktik dan strategi itu dengan sebaik baiknya. Ketika perang berlangung. Dalam posisi diatas angin atas musuh, terjadi kekacauan barisan pertahanan. Pasukan pemanah yang diminta untuk tetap di posisinya di atas bukit, turun kebawah untuk ikut memperebutkan harta rampasan. Pada saat itulah kaveleri musuh dibawah pimpinan Khalid Bin Walid melakukan pukulan balik.


Tanpa terduga , serangan dari balik bukit pasukan kavelery musuh itu membuat kacau pertahanan pasukan muslim. Keadaan menjadi terbalik. Kalau tadinya Pasukan Islam sudah hampir mencapai kemenangan, kini tersudut. Akhirnya mengalami kekalahan. Dalam perang Uhud itu, banyak sahabat Rasul yang gugur termasuk pama Rasul, Hamzah. Nabipun mengalami luka luka dalam perang itu. Bahkan sholatpun Nabi harus sambil duduk karena banyak luka ditubuhnya. Paham kamu? Itu artinya Nabi kekasih Allah saja tunduk dengan sunnatullah. Siapa kita ? yang berharap mirracle melawan kezoliman.


Ini sebuah pembelajaran yang sangat mahal bagi kaum muslim ketika itu. Bahwa disiplin dalam perjuangan adalah kunci sebagai pemenang. Ya, dalam kehidupan sekarang ini, dalam situasi pribadi maupun organisasi maka kedisiplinan sangat penting. Dunia ini adalah the battle of life. Hanya mereka yang cerdik, disiplin dan terorganisir baiklah yang akan tampil sebagai pemenang. Itu yang tidak dimiliki oleh pemimpin umat. Lihatlah. Begitu banyak ormas. Itu artinya sulit dipesatukan dalam barisan yang sama. Liatlah fakta, begitu banyak aliran dalam agama. Bagaimana mau disiplin barisan. ? Ya kalau kalah, itu sudah sunattulah. “ Katanya. 


“ Saya sedikit tercerahkan  walau tidak sepenuhnya menerima. Masih banyak yang dipertanyakan sikap kamu? Kata saya.


”Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Perubahan yang seperti kamu mau tidak akan terjadi. Sehebat apapun Agama, politik, sains tidak akan mengubah peradaban. Yang bisa mengubah itu adalah Tuhan. Perubahan yang lebih baik terjadi karena  pada diri setiap orang ada Tuhan. Masalahnya kita mentuhankan selain Tuhan. Kita mentuhankan agama. Itu yang salah. Paham ya sayang. “ Katanya.


Tapi di manakah sekarang ia? Saya lirik jam. Sudah sejam berlalu. Dia tidak juga datang. Saya merindukannya. 


”Hah?!” Terkejut saya ketika bahu ditepuk seseorang.


”Boleh saya ambil bangku yang tak terpakai?”Katau pengunjung kafe.


”Hah?!”


Saya tidak bisa menentukan. Saya sudah menunggu satu jam dengan perut kosong. 


”Boleh saya pakai bangkunya, Mbak?”


”Maaf, ada yang saya tunggu.” Kata saya. Memang saya butuh dia, butuh tempat bersandar.  Saya tidak akan kecewa kalau akhirnya dia tidak datang. Karena kalau saya SMS, dia selalu jawab “ Rin, saya udah transfer ya.” 

Friday, November 19, 2021

Tabah dan berani.





Jangan pernah percaya pada apa pun yang anda lihat di bawah matahari Guangzhou. Mungkin anda pernah menganggap makhluk naga bersayap sebagai dewa penjaga keadilan di Cina. Tidak. Naga adalah icon keberanian untuk tabah. Orang berani mungkin banyak. Itu preman semua berani namu tidak tabah. Sikap kriminal itu adalah repliksi dari ketidak tabahan itu sendiri. Tidak banyak orang yang tabah melewati ketidak adilan. ? Tapi tanpa keberanian , tabah itu lebih kepada sifat pecundang. Orang miskin yang tabah adalah petarung. Tetapi bila dia tidak berhenti mengeluh, jelas dia pecundang. Orang berani jadi perampok atau korupsi, sebenarnya dia takut miskin dan lemah berkompetisi. Pecundang juga. 


Pelacur termasuk paling berani, Dia siap melakukan apa saja, bahkan sampai batas kehormatannya. Sebenarnya itu dia lakukan karena tidak tabah mengatasi hambatan dalam dirinya. Sehingga dia terpaksa jual dirinya. Saya tidak terkejut ketika melihat wanita, sebenarnya cantik, tetapi seragam petugas cleaning service  pembersih toilet itu menutupi aura kencantikannya. Kalah pamor dengan megahnya toilet. Wanita itu punya keberanian untuk tabah. Itu yang saya simpulkan kali pertama bertemunya di toilet.


Toilet kantor ini bersih. Aroma pewangi ruang terasa. Itu artinya tidak ada air kotoran yang tersisa di closed. Semua nampak besih. Lantai kering. Walau kantor ini menyatu dengan pabrik tetapi toilet khusus staf dan eksekutif terjaga dengan baik. Saya lihat dia dekat pintu masuk toilet. Tidak nampak dia santai. Walau dalam posisi duduk. Itu nampak dari matanya. Waktu keluar toilet, saya mangangguk. Dia tersenyum. Sore hari saya kembali ke toilet itu. Dia sedang membersihkan dinding kaca ruang antara toilet dan ruang westafel. Keliatan sangat serius dan teliti. 


Keluar dari toilet saya melihat wanita itu sedang dimarahi oleh GM. Dia nampak membungkuk sebagai tanda menyesal dan minta maaf. Namun GM itu terus marah. Saya geleng geleng kepala saja. Padahal wanita itu mengingatkan tidak boleh merokok di ruang toilet.  Sikap feodal masih ada di China. Orang yang lebih tinggi stratanya merasa berhak melanggar aturan atau tidak suka ditegur  oleh orang yang lebih rendah strata sosialnya. Namun berkat kebebasan berkompetisi semua orang berjuang untuk naik kelas strata sosialnya. Bagi mereka bekerja adalah kehormatan. Tangan dibawah tanpa keringat dan skill adalah kehinaan.


“ Berapa gaji petugas cleaning service itu? tanya saya kepada GM pabrik di kamar kerjanya.


“ 800 Yuan” Katanya. Itu UMR China tahun 2006.


“ Tamat apa sekolahnya ?


“ Setara dengan SMA. Karena dia ambil pelajaran lewat kursus yang setara dengan SMA.” Kata GM. Saya mengerti. Dalam rangka kebebasan dan wajib belajar, semua orang tidak harus masuk sekolah formal untuk dapat ijazah. Tersedia banyak kursus untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkatan. Kalau mereka dapat tanda lulus pada setiap pelajaran itu, bisa dapat akreditas lulusan sekolah umum yang setara.


“ Mengapa harus membentak segala. Apa engga ada cara yang lebih baik ? 


“ Dia wanita kampung. Memang lamban. “ Kata GM sambil lalu. Orang kota memang memandang rendah orang kampung. Karena sebagian besar pekerjaan di kota dikuasai oleh orang kampung yang merupakan pekerja urban. Mereka umumnya pekerja keras dan tidak pilih pilih kerja. Apapun selagi dapat uang, mereka kerjakan. Bagi rakyat China, kebebasan yang diberikan negara adalah kunci mereka mendapatkan kemakmuran dan kerhormatan pribadi. Itu harus mereka dapatkan dari bekerja dan berproduksi.


***


Malamnya saya makan malam dengan Direksi perusahaan.  “ Cha, saya minta petugas cleaning service itu dijadikan karyawan magang di perusahaan.”Kata saya. 


“ Cleaning service ? An ? “ Cha terkejut. “ Kenapa ? Dia kan pekerja kontrak .” 


“ Ya. Beri dia kesempatan jadi staff kalau memang dia mampu. Coba aja.” Kata saya tersenyum sambil minum wine.


***

Setahun kemudian saya berkunjung lagi ke Guangzho. Di stasiun yang jemput saya, An. Dia membungkuk di hadapan saya dan mengambil tas traveling saya. Dia tuntun saya ke luar dari Stasiun kereta. Tak berapa lama kendaraan penjemput datang. Dia duduk di samping saya. 


“ Kamu, AN kan.” Kata saya menegaskan bahwa saya tidak salah.

“ Ya. “ 

“ Bagian apa kamu kerja sekarang?

“ Staff PR. “

“ Bagaimana kamu bisa bahasa inggris.” Kata saya. Karena saya  tahu staf PR harus bisa bahasa inggris. Engga banyak orang china, apalagi tamatan SMU bisa bahasa inggris.

“ Saya belajar sendiri. Dari buku.” Katanya berusaha ramah.

“ Berapa lama ?

“ 3 bulan.”

“ 3 bulan? saya terkejut. “ Belajar tanpa guru.? “ 

“ Ya. Saya sudah biasa belajar sendiri. Ijazah sekolah saya dapat berkat belajar mandiri. 

“ Hebat kamu.” Kata saya.

“ Tuan “ serunya.” Saya orang miskin. Perusahaan sudah berbaik hati memberikan kesempatan kepada saya. Itu kerhomatan bagi saya. Tapi itu tergantung saya apakah saya pantas mendapatkan kehormatan itu.”

“ Masih sering direndahkan oleh teman kerja kamu? 

“ Biasa aja. Selagi saya tidak pengalaman dan kemampuan kurang ya wajar orang rendahkan saya. Saya herus terima realita itu untuk memacu saya belajar lebi keras dan terus bekerja sebaik mungkin. Saya focus ke sana saja. Itulah dunia kerja,  dunia kompetisi yang memang hanya diperuntukkan bagi orang orang yang kompeten saja, bukan orang lemah dan malas. “ 

“ Bagus, Kerja yang baik ya.” Kata saya menyemangatinya.

“ Ya tuan.” Dia tersenyum.


Waktu rapat dengan direksi dan semua manager “ Saya dapat laporan di kantor pusat. Kontrak dengan General Motor dihentikan. Ada apa?  Kata saya langsung ke pokok persoalan. Semua terdiam. 


“ Kami sedang berusaha untuk mengembalikan kontrak itu. Tidak perlu kawatir.”Kata Direksi.


“ Saya tidak kawatir kalau saya dapat jawaban yang objetif. Ada apa ? Kata saya menyipitkan mata.


“ Kami merasa tidak ada yang salah. Produk kita tidak berubah. Kualitas sama. Kami sudah lakukan audit management produksi. Semua baik. Kami juga bingung mengapa mereka batalkan sepihak.” Kata Direksi. 


“ Cha, saya percaya kamu. Bagaimana saya bisa yakin dengan kamu kalau kamu sendiri tidak tahu, malah bingung.”  Kata saya tegas. Saya tatap semua yang hadir dalam rapat itu. Mereka keliatan tegang. Setelah 5 menit hening. Terdengar suara dari salah satu staf yang duduk dibelakang Manager PR. “ Tuan, kami  sudah minta kepemerintah untuk dapatkan perlindungan persaingan usaha. Mereka sudah audit business process kita. Mereka sudah katakan bahwa ada indikasi unfair business dilakukan oleh General Motor. Pemerintah minta kami ajukan protes secara resmi kepada General Motor. Pemerintah akan bantu. 


Tetapi kami lebih memilih jalan persuasi. Saat sekarang sudah berlangsung 3 putaran perundingan. Kami yakin, minggu ini sudah ada kesepakatan. Mereka akan lanjutkan kontrak itu.” Kata staf itu.  Saya terkejut. Yang bicara itu An. Dia bicara dengan tenang dalam  bahasa inggris yang sempurna.


“ Mengapa kamu yakin akan selesai minggu ini? tanya saya. Saya tahu dari sorot matanya. An punya keberanian dan keyakinan untuk menyelesaikan tugasnya. Dia tabah menghadapi proses negosiasi dengan staf General motor yang berkelas dunia. Saya yakin dia akan perjuangkan sebagaimana dia memperjuangkan kehormatan dirinya yang hanya tamatan SMA. 


“ Alasanya, pertama. Mereka tidak mau masalah ini sampai diselesaikan oleh pemerintah. Kedua, mereka baru tahu ternyata perusahaan ini berhubungan dengan anda.”


“ Ada apa dengan saya ?”


“ Walau saya tidak pernah singgung tentang anda, tetapi mereka bilang, standar anda sangat keras. Tidak akan ragu bawa kasus kepengadilan kalau dirugikan  karena faktor unfair business” Katanya. Saya tersenyum. Tentu dia lakukan segala cara untuk melunakan hati mitra kami. Termasuk mungkin secara halus dia intimdasi mereka dengan adanya dukungan dari pemerintah dan reputasi holding. Saya tatap semua menager dan direksi. Mereka terdiam. Tidak ada yang memberikan tanggapan atas penjelasan dari An.


“ Bisa dapatkan laporan lengkap atas kasus ini? Kata saya.  An langsung berdiri dari tempat duduknya seraya menyerahkan berkas laporan itu. Sangat siap dia. Luar biasa.


Saya berdiri untuk menyudahi rapat. “ Besok  saya kembai ke Hong Kong. Terimakasih untuk pejelasannya. Saya tunggu laporan penyelesaian masalah ini” Kata saya.


Saya keluar dari ruang meeting diikuti oleh direksi. Di kamar direksi. “ Maafkan saya pak. “ Saya tahu General Motor itu relasi kantor pusat. Saya jaga dengan baik mereka. Ketika ada masalah, saya bingung. Saya tidak pengalaman dalam intrik bisnis. Apalagi berhadapan dengan perusahaan sekelas General Motor. Maafkan saya ” Kata Cha membungkuk.


“ Tidak perlu minta maaf. Saya senang karena kamu menjaga sistem perusahaan bekerja dengan baik. Kamu sukses mendidik An jadi profesional. Saya paham, kamu sebagai direksi engga mungkin menguasai semua persoalan. Karena focus kamu kepada seluruh proses management dan ketika ada masalah, kamu focus kedalam saja. Memang tidak ada masalah. Hanya karena faktor unfair business saja.” 


“ Saya sudah dapat laporan dari PR soal kasus ini. Tetapi saya tidak yakin mereka bisa atasi. Makanya saya lapor ke Busines Development Group Holding di Hong Kong. Agar dikirim team kemari untuk membantu saya. Tetapi saya tidak sangka, justru anda sendiri yang datang. Maafkan saya “ Kata Cha. 


“ Panggil An kemari” Kata saya. Tak berapa lama An datang. Saya tetap dia sejurus dengan tersenyum. “ Apa motivasi kamu menghadapi General Motor?


“ Pak Cha, ingatkan kami. Bahwa Kami staf PR adalah petugas yang berada di front line memberikan persepsi positif tantang perusahaan kepada publik dan mitra serta seluruh stakeholder. “


“Bagaimana kalian bisa berunding dengan General Motor. Kan  butuh wawasan luas, termasuk aspek legal. “


“ Kami dibekali pelatihan cukup. Secara reguler kantor pusat di Hong kong kirim petugas training. Itu sebabnya kami menguasai product knowledge, business process dan kebijakan peerusahaan. Saya juga pelajari semua budaya kerja General Motor. Lakukan dest riset lewat internet untuk tahu kasus serupa yang pernah mereka lakukan. Saya juga pelajari aspek legal terhadap perlindungan atas unfair business. Saya datangi pejabat pemerintah untuk dapatkan arahan. Diskusi dengan dept legal di Holding.  ” kata An. Saya tersenyum. Saya persilahkan An keluar. 


Malamnya Cha temanin saya makan malam. “ Pak B, maaf. Waktu tempo hari kamu minta saya agar jadikan An staf perusahaan, Saya tidak yakin dia bisa lolos standar SDM yang ditetapkan Holding. Makanya saya hanya katakan singkat kedia, kalau kamu magang selama 3 bulan bagus dan bisa bahasa inggris, maka kamu akan dijadikan karyawan tetap. Saya yakin dia akan gagal. Karena engga mudah orang China bisa bahasa inggris. Apalagi hanya tamatan SMA” Kata Cha. Cha tidak salah. Begitulah aturan perusahaan. Tetapi yang hebat, bagi An itu adalah peluang sekaligus tantangan bagi dia untuk mendapatkan posisi dan kehormatan. Tentu tidak mudah bagi An membagi waktu kerja dan belajar dengan gaji UMR. Dan An terbukti berhasil.


***

Tahun 2014 posisi An sudah direktur. Tahun 2018 An pindah ke Vienam jadi direktur anak perusahaan bidang elektronik menggantikan posisi Risa yang pindah ke Shanghai jadi CEO Subholding bidang Hi-tech. “ Dua wanita tamatan SMA memimpin ratusan insinyur, luar biasa. “Kata James kepada saya beberapa bulan lalu ketika mengabarkan Risa jadi CEO subholding dan An jadi CEO anak perusahaan di Vietnam. Mereka berkompetisi berdasarkan kinerja dan teruji melewati semua proses rekruitmen yang ketat dari Holding. 


Setiap orang punya kebebasan mau jadi apa. Itu soal pilihan. Setiap pilihan ada konsekwensinya sendiri. Kalau memilih jalan sulit dan beresiko tentu harus dengan effort  besar. Itu tidak mudah. Jalan mudah memang tidak ada resiko. Tetapi tidak akan jadi apa apa dan bukan siapa siapa. Hanya membuang umur saja. Padahal hidup bukanlah mendapatkan apa, tetapi mau jadi apa. Dari sosok Risa dan An saya dapatkan hikmah. Selagi peluang terbuka maka semua orang berhak memperjuangkan keadilan bagi dirinya sendiri. Karena keadilan itu tidak gratis. Tetapi harus diperjuangkan secara terhormat..

Saturday, November 13, 2021

Negeriku elok, rakyatku bego.


 


Istri berkenan mengantar saya meeting di Hotel Bintang V di kawasan Sudirman Jakarta. Sore  itu jalanan jakarta macet. Hujan turun rintik rintik. Sebentar lagi mungkin akan turun hujan besar.


“ Lihat mereka naik motor dan melihat awan gelap. Rasanya seperti nasip rakyat negeri ini. Seperti kura kura, tepatnya. “ Kata istri sambil setir kendaraan.


“ Kenapa kura kura “ Kata saya tersenyum. Teringat pendapat sains bahwa manusia itu termasuk keturunan langsung spesies kura-kura yang diamati Charles Darwin ketika merumuskan teori evolusinya pada abad ke-19. 


“ Papa lihat aja kura kura itu. Ia botak dan bermata besar. Dia tidak bisa melangkah cepat. Cangkangnya adalah pikirannya. Nasipnya hanya bisa melotot melihat bintang di langit. Jangankan ke bintang, melangkah saja sudah terlalu berat dengan angan angannya.


“ Bagaimana dengan pejabat ? apa analoginya?


“ Pejabat itu seperti burung pemakan bangkai. Walau retorikanya indah, penampilannya keliatan bersehaja, namun dia tetaplah pemakan bangkai. “ Kata istri tersenyum. 


Langit mulai menggelap. Nampak keriuhan kendaraan yang memadati jalan Daat Mogot menuju Grogol. Entahlah, kenapa saat itu saya menganggap lucu analogi istri itu.  Tetapi juga terkesan sangat miris. Orang minang berguru kepada Alam. Selalu punya cara mengungkapkan pikiranya lewat metapora.  Bakat itu ada pada istri saya. Saya terdiam dan akhirnya tertidur sampai dibangunkan istri ketka sudah sampai. “ Mama shopping. Nanti kalau sudah selesai meetingnya, telp mama ya. Biar mama jemput di lobi Hotel” Kata Istri berpesan.


***

Pertemuan itu diadakan di Restoran Jepang yang berada di dalam hotel Bintang V. Memilih restoran jepang untuk bertemu pejabat dan anggota Dewan, karena ada kamar tertutup untuk makan. Lebih privasi daripada di Lounge Executive yang terbuka sebagai ruang publik. Pertemuan ini diatur oleh teman. Dia pengurus ormas keagamaan. Dia akan membawa anggota DPR , dan direksi BUMN, serta pejabat yang ada di ring kekuasaan Presiden. Saya datang, mereka sudah ada lebih dulu di tempat.


“ Maaf, kita datang lebih awal dari waktu yang ditentukan. Kawatir hujan dan jalanan macet. “ Kata teman tersenyum. Setelah ramah tamah barang sebentar, kemudian direksi BUMN berkata “ Pak, tanah ini milik perusahaan dengan izin PIR. Mereka siap jual dengan harga per hektar Rp. 150 juta. Harga jual sesuai SPK ke proyek KEK sebesar Rp. 500 juta perhektar. Ya hanya USD 3,5 per meter. Nothing lah bagi investor asing.” Kata teman. Dia tahu karena saya punya akses kepada investor asing.


“ Soal izin dan pembebasan lahan engga usah kawatir. Orang kita semua. Gampang aturnya” Kata anggota DPR yang ikut hadir dalam rapat itu. Dia berharap saya tidak ragu. Saya tatap mereka satu persatu yang hadir dalam rapat itu. Ada peluang dan ada akses politik untuk menjamin bisnis ini jalan. Dua hal itu memang yang diharapkan investor asing. Mereka paham menarik hati investor asing. “ Ini proyek B2B. Kewajiban BUMN menyediakan lahan dan investor sediakan proyek financing. Fair enough. Kita hanya butuh pengakuan saja dari investor soal harga itu, biar mudah jadikan lahan itu sebagai setoran modal” lanjutnya. 


Saya tahu bahwa tanah itu walau akan jadi modal disetor BUMN lewat skema financing, namun uang beli tanah itu berasal dari PMN, dan akan menambah pemupukan modal bruto negara. Karena PMN itu berasal dari APBN. Tetap saja uang APBN dibancaki 4 kali lipat dari harga sebenarnya.


“ Saya tidak menjanjikan apapun. Nanti saya kabarin kalau investornya bersedia dengan proposal itu. “ Kata saya bersikap normatif. Namun sebenarnya saya muak. Yang pasti investor akan apraisal harga tanah sebagai bentuk setoran modal pada proyek. Engga sulit mereka dapatkan konsultan lokal untuk tahu harga mark up 5 kali lipat. Kemungkinan besar mereka tidak setuju.


“ Nah itu tugas yakinkan investor. Setelah itu kita bagi uangnya” Kata teman. Saya senyum aja. Hanya berlanngsung 1 jam rapat. Saya keluar setelah bayar bill kena Rp. 8 juta untuk empat orang makan.


Saya segera berlalu di restoran itu menuju Mall. Di jalan aya bertemu dengan teman lama. Dia pengusaha tambang. Terpaksa ngobrol sebentar. Kami masuk cafe. Pesan kopi ” Gila harga batu bara naik. Keren dah. Pesta lagi kita” Katanya tersenyum. 


“Tapi gimana dengan kewajiban Domestic market obligation (DMO). Kan  kontraknya longterm semua. Harga kan engga otomatis naik sesuai harga international” Kata saya. Karena kawatir kalau kenaikan batu bara itu akan mempengaruhi harga DMO. Akan menambah cost produksi PLN. Makin rugi aja PLN.


“ Ah gampang itu. “ Katanya tersenyum.


“ Gampang gimana? “ Kata saya terkejut. “ Kalau semua perusahaan tambang batubara melakukan ekspor, PLN bisa tumbang. Dan lagi engga mungkin PLN naikan harga pembelian batubara sesuai harga international. Kalaupun naik, ya tarif listrik juga harus naik. Itu bisa berdampak politik. Apa pemerintah mau.? Lanjut saya berargument.


“ Ya suruh aja BUMN tambang batubara jual ke PLN. Kan harga engga perlu naik. Swasta biarkan ekspor semua. Dapat cuan gede “


“ Gimana sih? Apa iya direksi BUMN tambang batubara mau?


“ Ah tinggal kita ganti direksi BUMN holding tambang. Ganti yang nurut sama kita”


“ Gila luh.”


“ Bukan gila. Negeri ini kita punya. Suka suka kitalah. Kan ada istilah you win you take all” Katanya tersenyum. Saya juga tesenyum tetapi tepatnya menyeringai. Dan segera berlalu seraya berjanji untuk ketemu lagi lain waktu. Saya bayar bill untuk dua cangkir  seharga Rp. 150.000. Ya, untuk makan malam saja habis uang Rp. 8 juta atau sama 3 kali upah UMR sebulan. Bill minum kopi aja sama dengan makan dua keluarga miskin sehari. Ketdak adilan itu fakta, bukan fiksi. 


Bayangan saya kepada omongan istri tadi. Rakyat memang kura kura. Kecerdasan dan kecepatan melangkah kalah dengan politisi. Mudah di-provokasi soal kebenaran dan kesalahan. Ya pejabat negeri ini adalah burung pemakan bangkai. Ketika rakyat berhadapan satu sama lain perang di sosial media, mereka berputar putar di atas seraya menyanyikan lagu “ Negeriku elok dan rakyatku bego.” Tiga hari kemudian saya baca berita " Direksi Holding Tambang diganti semua oleh Menteri. " Saham perusahaan tambang batubara melambung. Pesta dimulai. Tapi saya yakin tidak ada pesta tanpa akhir. Hanya masalah waktu.

Ingin jadi sahabatmu saja..

  “ Proses akuisisi unit bisnis logistic punya SIDC oleh Yuan sudah rampung, termasuk Finacial closing. Kini saatnya kita lakukan pergantian...