Friday, July 05, 2024

Badai moneter kan datang...?

 





Saya janjian dengan Alisa di Safehouse.Dia akan kenalkan saya kepada owner perusahaan yang bersedia diakuisisi. Minggu lalu saya sudah dapat data profile company nya. Holding company yang terdaftar di Singapore. Sebagai induk perusahaan yang tidak menjalankan bisnis tetapi memiliki saham di beberapa perusahaan di Indonesia. Holding company ini punya 8 perusahaan yang semuanya beroperasi di Indonesia. Bergerak di bidang perkebunan sawit, mineral tambang, logistik dan perkapalan,  pabrik food processing, property.


Memang banyak orang Indonesia punya Holding Company di Singapore karena alasan perpajakan. Singapore ada treaty tax dengan negara lain sehingga tidak ada pajak berganda. Tidak ada pajak deviden. Belum lagi perlindungan atas aset yang dialihkan ke anak perusahaan dan pengurangan risiko kerugian yang timbul dari kewajiban apa pun dari anak perusahaan. .


Saya tidak melihat apakah bisnis itu layak atau tidak. Karena bisnis yang sudah established tidak ada yang salah. Kalau sampai rugi, bukan bisnisnya yang salah tetapi management yang salah. Saya hanya focus kepada harga. Kalau harga layak, ya saya ambil, Itupun dengan skema pembayaran yang saya mau.


Alisa datang tidak sendirian. Dia datang bersama owner dan juga ada dua orang lagi. Dari perkenalan. Saya tahu dua orang itu fund manager dan konsultan. Katanya mereka kenal saya dari temannya. Saya sendiri engga kenal sebelumnya dengan mereka. Tapi bagaimanapun saya senang. Karena deal langsung dengan owner, pemegang mayoritas saham atau pemegang saham pengendali. itulah kelebihan Alisa sebagai team shadow saya. Dia punya akses first class. Saya juga didampingi Mia, team special M&A dari SIDC.


“ Saya sudah baca profile bisnis anda. “ Kata saya kepada owner. 


“ Selanjutnya team saya akan bicara” kata saya melirik kepada Mia.


“ Kami akan ajukan prosedur sederhana aja dan itu sudah umum. Pertama, kami akan buat LOI kepada perusahaan anda. Kami juga lampirkan financial capability letter dari first class bank. Kedua. Kalau LOI itu sudah diterima. Anda harus menyerahkan data dan document yang bisa kami due diligence secara menyeluruh. Tentu kami akan tanda tangani kerahasiaan informasi tersebut.  


Ketiga. Apabila hasil due diligent memuaskan, kita masuk MOU. Kemudian Head of agreement  atau Pokok pokok kesepakatan. Pada tahap HoA ini, uang sudah confirmed dan anda sudah serahkan semua dokumen persetujuan dari pemegang saham, direksi dan pemerintah. Anda juga harus menyerahkan dokumen clean asset tanpa gugatan dari manapun. Berikutnya, barulah purchase agreement atau akad jual beli. Tahap akhirnya adalah financial closing. Perjanjian pembelian perusahaan sudah dibayar lunas. Demikian ” Kata Mia. Saya mengangguk. Mereka saling tatap. 


“ Begini Bu.” kata fund manager “ Apakah anda bisa bantu kami restruktur hutang. Kompensasi nya, kami beri anda saham goodwill dan kalau anda mau tambah saham tidak lebih 50% kami bisa beri harga bagus” katanya. Saya tersenyum.


“ Utang apa saja? tanya Mia. Dalam hati saya berkata, Kalian mau pindahkan penyakit ke saya agar beban kalian berkurang. No way.


‘ Utang bank dan utang obligasi. “ Kata fund manager. 


“ Prospek bisnis kami bagus semua. Laporan keuangan sudah diaudit oleh akuntan publik AAA rate” Kata konsultan.


Saya senyum aja.  Mengapa ? karena kalau sampai orang berusaha restruktur utangnya, dia sudah jadi pecundang. Engga ada gunanya bermurah hati. Kalau engga, kita bisa jadi pecundang juga. Saya lirik Mia. “ Tidak ada pembicaraan lebih lanjut sebelum prosedur yang kami tentukan dijalankan.” kata Mia tegas.


“ Kami paham sekali. Tetapi bisa engga jangan akuisisi total. Ya lewat restruktur hutang aja. Kita create value bareng bareng“ kata owner perusahaan menatap saya. 


“ Saya akan pikirkan. Tetapi tidak janji akan setuju dengan proposal anda.” kata saya seraya menuangkan teh kepada mereka. Dan mengajak mereka minum. Keadaan jadi cair lagi. Engga lagi tegang.  Mereka perhatikan ruangan sekitar. “ ini apartemen jadi lounge ya. Punya anda ? tanya fund manager. 


“ Bukan.” saya menggeleng. “  Punya SIDC.”kata saya.


“ Moga restrukturisasi kredit Covid bisa diperpanjang sampai tahun 2025. Pemerintah sudah minta OJK untuk perpanjang.” kata Konsultan. “ Ini angin segar bagi perbankan nasional, Saham Bank BUMN bisa rebound lagi.” sambungnya. Ini memang diharapkan oleh korporat, bukan hanya bank. Maklum di otak korporat indonesia, selagi bisa nunda kenapa harus lunasi. Dan bisa jadi uang kredit udah tenggelam di tempat lain, yang semacam fraud atas penggunaan kredit bank.


“ Oh anda mengkhawatirkan keadaan perbankan? Saya mengerutkan kening “ Padahal semua dilaporkan bahwa kondisi bank baik-baik saja. Kredit bermasalah mencapai titik terendah. Bahkan, loan at risk bank yang selama ini menjadi hantu juga sudah seperti sebelum COVID-19. Posisi NPL juga terendah di kawasan ASEAN. Dimana masalahnya ? Sambung saya.


“ Anda tahulah laporan perbankan. Sebelum krisis Lehman, semua bank laporannya bagus. Eh tanpa ada angin dan hujan. Tahu tahu badai datang di jantung wall street. Kolap bareng tahun 2008. Engga di AS, di Indonesia juga sama. Bukan rahasia lagi kalau perbankan itu jago poles neraca.” Kata Konsultan. 


“ OK. “ saya berusaha maklum.


Banyak bank di AS yang telah membayar suku bunga rendah selama beberapa tahun. Ketika The Fed mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2022 sebagai respons terhadap lonjakan inflasi 2021–2023 , harga obligasi menurun, menurunkan nilai pasar cadangan modal bank , menyebabkan beberapa bank mengalami unrealize loss. Itu di AS, bagaimana dengan Indonesia ? tanya saya.


“ Di Indonesia kurang lebih sama.” Kata Fund Manager. “  Data menkeu Februari 2024 total SBN dipegang perbankan mencapai 25,56 % dari total SBN sebesar Rp. 5.784 triliun. Nah dengan adanya kenaikan suku bunga acuan BI,   berdampak pada penurunan nilai aset investasi perbankan, khususnya investasi pada SBN. Kalau dijual harga bisa jatuh. Bisa terjadi realize loss, apalagi kalau 150.000 deposan di atas Rp. 5 miliar tarik uang dari bank. Itu akan jadi skandal besar, berdampak sistemik.Tanda tanda itu sudah ada dengan semakin keringnya likuiditas “ kata Fund Manager. 


“ Oh walau BI sudah injek likuiditas perbankan lewat skema KLM mencapai lebih dari Rp. 200 triliun atau tepatnya kalau engga salah Rp, 246 triliun. Engga ada arti ya. Kalau SBN yang bank pegang mencapai Rp.1.478 triliun. Berat memang keadaan perbankan." Kata saya.


" Padahal kenaikan suku bunga itu keniscayaan untuk mengendalikan IDR. Memang dilema. Apapun kebijakan salah dan sepertinya kedatangan badai moneter hanya masalah waktu. Lambat atau cepat akan terjadi” kata konsultan

 

" Bisa jadi badai itu sudah dekat…” Mia ikut nimbrung bicara. “ Karena sebenarnya struktur bisnis terutama korporat memang dalam keadaan bermasalah. Mereka memiliki ICR kurang dari 1. ICR aman kan harusnya dua kali. Menurut perhitungan IMF, jumlah perusahaan dengan ICR di bawah satu, naik dari 21% menjadi 28% dari total perusahaan yang disurvei. Itu tahun 2022. Sekarang tentu lebih besar lagi. Kenaikan jumlah perusahaan dengan ICR rendah tentu akan berdampak serius kepada perbankan yang menyalurkan kredit ke korporat. 


Apalagi dengan adanya kenaikan suku bunga dan kurs yang terus melemah.  Makanya engga kaget banyak pabrik tutup dan yang bertahan juga dalam keadaan sekarat, termasuk BUMN. Kalau memang perbankan baik saja kan engga mungkin restruktur kredit terdampak COVID 19 harusnya berakhir 31 maret 2021 tapi setiap tahun terus diperpanjang. Sampai tahun ini 3 kali diperpanjang. Jangan jangan sebagian besar nasabah korporat sudah seperti zombi alias dead duck" sambung Mia.

“ Kemarin RDP dengan DPR, Indonesia Eximbank mengajukan PMN sebesar Rp10 triliun untuk program PKE. Data laporan keuangan akhir tahun 2023, Indonesia Eximbank rugi mencapai Rp16,5 triliun. Modal jadi drop. Dari Rp28,8 Triliun jadi Rp8,76 triliun. Sementara hutang sebesar Rp.42,5 triliun. Perbankan lainnya kalau nanti meledak tentu berlipat nilai kerugiannya. “ Kata Fund manager.


“ Yang miris lagi, Indonesia Eximbank di samping tidak melaksanakan visi dan misinya untuk mendorong ekspor UKM, malah terjebak fraud. Yang konyolnya fraud itu dilakukan oleh nasabah besar. Perusahaan yang dapat fasilitas melimpah dari sumber daya negara seperti Nikel, batubara dan CPO. Udah SDA dijarah, uang negara pun di jarah. Dan sekarang engga ada malunya Indonesia Eximbank minta uang APBN lagi , dengan alasan sudah melakukan perbaikan manajemen resiko. “ Kata Mia.  Saya senyum aja.


Mereka terdiam semua.  Saya segera berdiri untuk mengakhiri pertemuan. “ Terimakasih untuk kedatangannya. “Kata saya menyalami mereka satu persatu. “ Mohon bantuannya Pak B. “ Kata Owner. Saya sedikit membungkuk sebagai tanda hormat.


***

"Bu Mia pintar sekali ya. Wawasannya luas sekali. Baru kali ini kita ketemu. Kerja dimana? " Kata Alisa. 


" Di New York . " Jawab Mia. " Bapak B yang didik saya. Dapat beasiswa dari SIDC di Harvard dan berkarir di AMG afiliasi SIDC khusus hedge fund."Katanya. Alisa terpesona.


Saya keluar dari safehouse, Lina sudah menanti saya di lobi untuk jemput saya pergi meeting. Mia juga pamit ke saya. Karena besok dia akan kembali ke pos nya di NY. Alisa melambai ketika saya masuk ke dalam kendaraan Lina.


“ Bangunkan saya kalau sudah sampai”kata saya.


“ Ya pak” Kata Lina.


Di jalan saya minta berhenti. Karena mau beli rokok. “ Bapak mau beli apa? saya aja yang turun” Kata Lina siap siap mau turun dari kendaraan.


“ Kamu tunggu aja di mobil. Perusahaan bayar kamu bukan untuk urusan pribadi saya” Kata saya langsung ke luar.


Umumnya di teras indomerat ada kursi dan table untuk orang merokok. Saya terima telp dan duduk di kursi itu sambil merokok. Saya melirik ke samping. Ada pria dan wanita sedang bicara. Wanita itu bersama Balita. Usai telp saya habiskan waktu untuk sebatang rokok.


“ Gua belum kerja. Lu sabar aja di ruman orang tua lu.” kata pria itu. Wanita itu diam saja tapi wajahnya terkesan sedih. “ Gua kerja serabutan di kota. Hanya dapat uang bayar kost dan makan doang. " 


 Wanita itu mengangguk berusaha maklum.


“ Malu minta sama ayah untuk beli susu. Mereka juga sedang sulit” kata wanita itu.


“ Dik, maaf “ kata saya dengan tersenyum ramah. “ Siapa nama anaknya? kata saya membelai kepala anak itu yang sedang digendong wanita itu.


“ Ipul pak” Kata Pria itu. Saya keluarkan uang dari tas selempang saya 15 lembar pecahan Rp. 100.000. Saya berikan uang itu kepada anak itu. Mereka terkejut. “ Engga usah pak. Kebanyakan uangnya.” Kata Wanita itu. Saya senyum aja dan berlalu.


Saat masuk ke dalam kendaraan. Saya tanya ke lina” Kamu ada lowongan engga?


“ Kebetulan kita lagi tambah karyawan untuk pabrik footwear.” kata Lina.


“ Dik, “ saya panggil pria itu dari dalam kendaraan. Dia dan istrinya mendekat. “ Tadi kerja dimana? tanya saya kepada pria itu.


“Di Bekasi pak. Pabrik.” Katanya mendekati saya. 

“ Bagian apa ?


“ Supir kanvas” kata pria itu.


Saya minta kartu nama Lina. “ Kamu datang aja ke alamat pabrik yang ada dibalik kartu nama ini. Semoga diterima ya” Kata saya menyerahkan kartu nama Lina.


“ Terimakasih pak. Kami tadi tinggal di Bekasi tapi sejak suami saya di PHK, saya dan anak  ngungsi ke rumah orang tua di Roxy" Kata wanita itu dengan airmata berlinang.


" Moga suami ibu bisa kerja lagi. Yang sabar ya bu" Kata saya. Dalam kendaraan saya termenung. Begitu banyak korban PHK. Anehnya antar kementerian saling sanggah data PHK. Bukannya sibuk atasi. Tapi mungkin mereka sibuk yang lain. 


“ Pak..” seru Lina. “melihat keadaan banyak pabrik yang PHK dan perusahaan yang terjebak hutang valas akibat kurs melemah, bahkan negara juga terjebak hutang. Daya beli melemah akibat harga harga naik. Hukum lemah dan demokrasi tidak ada value. Akibatnya jangankan yang tidak punya pendidikan , yang sarjana pun banyak yang hopeless. Entah bagaimana masa depan Indonesia. Padahal kita punya segala galanya. Hanya niat baik elite politik yang tidak ada." Sambungnya. 


Ya PHK adalah hal yang sangat menakutkan bagi saya. Makanya saya tahan selera pribadi saya untuk memperkaya diri dan utamakan pertumbuhan perusahaan. Hanya bekal niat baik itulah saya berharap Tuhan menolong saya di tengah situasi pasar global yang tidak menentu. Moga aja keadaan ekonomi baik baik saja. Kasihan rakyat kecil.




Tuesday, July 02, 2024

Maka yang terjadi, terjadilah...

 


Aku dapat kabar Dina sakit. “ Dia tinggal sendirian di Rumah nya. Hanya di temanin pembantu saja “ Kata Edi. Dina sahabatku. Aku kali pertama mengenalnya di acara bedah buku tahun 1983 “ Bumi manusia “ karya Pramoedya Ananta Toer.. Saat itu memang buku itu dilarang oleh rezim Soeharto. Usiaku 20 tahun. Masih sangat muda untuk tahu politik. Aku terpesona dengan narasi Dina dalam memahami makna kebudayaan dan feodalisme. Usianya lebih tua 3 tahun dariku. Mungkin karena dia mahasiswi. Dan aku orang kampung yang hanya tamatan SMA, berusaha menjadi bagian dari budaya metropolitan.


Setelah itu aku berusaha dekat dengan Dina. Aku tahu diri. Berusaha menghormatinya sebagai kakak dan juga mentor dalam politik. Belakangan aku tahu Dina aktif di partai dan terpilih  menjadi anggota legislatif. Aku teman curhatnya dalam segala hal. Dina memang tidak berjarak denganku. Makanya aku bingung. Mengapa dia berubah. Setidaknya mengapa kata kata tidak sesuai dengan sikapnya.


“ Ini politik Ale, kadang harus merangkak di bawah rumah demi dapatkan telur. Tan Malaka bergabung dengan Partai Komunis bukan karena dia komunis tetapi itulah cara dia melawan imperialis. Karena saat itu hanya partai komunis yang punya cantolan kuat secara internasional. “ katanya berusaha meyakinkanku atas pilihannya masuk ke partai penguasa dan akhirnya jadi anggota dewan. Aku berusaha maklum walau aku tidak pernah bisa memahami. Bagaimana  orang yang tadinya sangat membenci rezim akhirnya jadi penghuni cangkang rezim. 


Setelah Dina jadi anggota dewan, kami sudah jarang bertemu. Akupun sibuk dengan bisnis. Kalaupun kami bertemu, itu karena permintaan dia. Aku tidak bisa menolak. “ Aku bisa gunakan akses politik untuk kemudahan kamu berbisnis. Mengapa kamu tidak manfaatkan itu “ katanya satu waktu. Aku diam saja. Usia emasku, bukan mencari yang mudah. Aku memilih semak belukar, dan berusaha melewatinya. Walau terluka dan kadang terjatuh, itu mendewasakanku. 


Belakangan aku tahu Dina sering ikut pertemuan secara gelap dengan kelompok prodem. Dia tidak pindah ke PDI, dan namun  dia membantu prodem lewat lobinya dengan elite kekuasaan. Ikut arus dalam perubahan PDI yang diwarnai sengketa kepengurusan antara kubu Megawati dan Suryadi.


“ Kemenangan partai kamu sebenarnya adalah kemenangan pro demokrasi.” Kataku usai pemilu 1997. 

Dina terkejut.” Maksud kamu ?


“ Pemilu 1997 ini, Megawati berhasil menarik simpatik massa islam. Gus Dur mendukung dia. Pertarungan internal PDI dimanfaatkan Megawati untuk melambungkan namanya secara nasional. Kalau itu terjadi, ABRI akan melirik ke dia. “ Kataku.


“ Mengapa ?


“ ABRI itu doktrin ideologinya adalah rakyat. Kalau rezim tidak lagi didukung oleh NU, maka moncong bedil tidak lagi diarahkan ke rakyat tetapi ke istana. Tanpa dukungan militer, rezim pasti jatuh” Kataku. Dina tersenyum.  Mungkin dia pura pura tidak tahu. Atau memang dia sekedar menguji pemahaman politik ku. 


Kemudian benarlah,  Dina cerita panjang lebar soal intrik internal Partainya yang masing masing berusaha menarik ABRI dalam intrik tersebut. Itu dipicu oleh sifat jelous partainya yang melihat Pak Harto semakin dekat dengan kelompok Islam intelektual, yaitu ICMI. “ Sudah saatnya Pak Tua itu dijatuhkan.” Katanya geram.


***

“ Ale, kamu bisa bantu teman temanku untuk placement uang di bank asing. “ Kata Dina satu waktu awal tahun 1997. 


“ Kenapa ? untuk apa ?


“ Banyak diantara mereka mau pindahkan uangnya keluar negeri. Alasan karena politk sudah tidak kondusif lagi. 


Saat itu kurs Rupiah terhadap USD berkisar Rp. 2300. Tidak ada tanda tanda akan jatuh rupiah. Itu artinya stabilitas politk baik baik saja. Bahkan IMF dan Bank Dunia masih memuji ekonomi indonesia. Aku berusaha membantu Dina dengan menghubungi banker di Singapore. Sampai akhirnya banker itu bersedia dengan proposalku. Aku buka kantor di hotel bintang V di Jakarta.


Setelah itu, Dina setiap hari bawa tamunya ke ruang Business center Hotel. Setelah bertemu denganku, mereka isi form aplikasi dan tanda tangani. Dalam 5 menit mereka sudah punya rekening offshore. Dengan itu mereka akan minta banknya untuk transfer uang itu ke luar negeri. Caranya sederhana sekali. Bank asing itu punya cabang di Indonesia. Itu bisa dilakukan secara cross settlement atau pindah buku dari rekening dalam negeri ke rekening offshore di luar negeri. Saat itu belum ada larangan cross settlement antara rekening dalam negeri dengan rekening luar negeri.


Ternyata bukan hanya aku, ada beberapa orang juga jadi agent  rekening offshore dari beberapa bank asing di luar negeri. Maklum kami dapat finding fee sebesar 0,25% setiap placement fund. Ratusan triliun uang rupiah berpindah ke USD. Sampai tiga bulan keadaan ekonomi Indonesia baik baik saja. Kurs masih stabil. Namun pada tanggal 14-15 Mei 1997 badai hedge fund melanda Thailand. Nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS, jatuh akibat para investor mengambil keputusan “jual” besar besaran.


Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merembet ke Indonesia dan negara asia lainnya. Sejak saat itu, posisi kurs rupiah  mulai tidak stabil. Walau BI berkali kali intervensi tidak ada artinya. September 1997, Pak harto mengundang IMF untuk menyelamatkan moneter Indonesia. Tetapi sudah tidak tertolong lagi. Lewat tahun 1997, rupiah terjun bebas. Soeharto pun jatuh. 


“ Kita jahat ya Din ? kataku saat nonton TV pengumuman Soeharto mengundurkan diri.


“ Dia lebih jahat.” kata Dina ketus. 


“ Tapi kan karena kita rupiah jatuh dan berujung krisis moneter. "


" Kalau rupiah engga jatuh, dia tidak akan jatuh” Kata Dina sekenanya.” Dan lagi, bukan hanya kita. Semua teman dekat dia ikut jatuhkan dia. Itu para pengusaha rame rame minta KLBI dan BLBI. Kan pengusaha teman dia juga. Semua penguasa jatuh bukan karena oposisi tetapi oleh ulah dia sendirii. Teman temannya sendiri”


“ Tetapi oposisi legitimate, lebih terbuka melawan. Sementara kita…” kataku


“ Apa bedanya?. Terbuka atau tidak tidak, sama saja. Lawan ya lawan aja. Hidup kan begitu. “ Kata Dina sekenanya.


“ Apa rencana kamu dengan fee yang kamu terima? tanyaku.


“ Aku mau mengundurkan diri dari panggung politik.” Kata Dina.  “ Dan kamu, apa rencana kamu ? Tanya Dina balik.


“ Aku mau hijrah bisnis ke luar negeri.” Kataku.


***

Aku datang ke rumah Dina di kawasan Kuningan, jakarta. Saat aku datang dia tunggu di ruang tengah. “ Katanya sakit ? kok engga tidur di kamar” Kataku menyalaminya. Usianya kini 63 tahun. Aku tahu Dina aktif di NGO international yang berdedikasi masalah HAM. Dia tetap keliatan cantik dan pancaran mata cerdasnya tidak mengabur. “ Ah capek tiduran terus.” Katanya menyentuh pipiku dengan kedua telapak tangannya. “ Edi yang kasih tahu kamu ya” 


“Ya. Katanya kamu sakit” Kataku.


“ Kalau bukan kabar sakit engga mungkin kamu mau kunjungi aku” Katanya tersenyum. Dasar orang politik selalu ada cara bersikap terhadap kelemahan orang lain. Dia tahu aku peduli dia. Dan itu selalu dimanfaatkan. 


“Keadaan pemerintah sejak periode kedua kekuasaan Jokowi semakin tidak jelas. Kurs terus melemah. Deindustrialisasi. Rente meluas seiring memburuknya index korupsi. Dan demokratisasi hanya sebatas procedural belaka. Karena presiden mampu mengkudeta secara konstitusi lembaga demokrasi. Kita set back setelah berdarah darah memperjuangkan reformasi tahun 1998” Kataku.


 “ Ale…Serunya dengan wajah teduhnya. “ Awal merdeka kita melihat cahaya sorga di upuk. Namun kita hanya berdiri di pangkal akanan. Berusaha menggapai cahaya itu. Dalam lelah dan airmata. Rezim berganti cahaya pun memudar." Dina terdiam. Air Matanya berlinang. " Negeri ini sudah membusuk sejak era Orba. Walau kejatuhan Soeharto bau amis darah, namun kita tidak berani menyebut nya revolusi. Maksimal reformasi. Kalau ditanya mengapa ? akan selalu berbeda jawabannya. Mau gimana lagi? Hipokrit sudah seperti air susu ibu. "


Dina berdiri dan mengambil buku di rak, Democracy for Sale: Dark Money and Dirty Politics dan satu lagi, Republic, Lost, dan Dark Money.


" Negara.., katanya seraya memegang buku itu. " dalam prakteknya, terdiri atas “para menteri kabinet, birokrat, orang-orang yang, pendek kata, seperti umumnya orang, menyimpan dalam hati mereka hasrat untuk memperbesar kekayaan dan pengaruh, dan dengan bersemangat menangkap kesempatan untuk itu.  Ya, gimanapun negara adalah manusia yang memerintah.  Manusia, adalah makhluk yang menampik kepedihan dan penderitaan yang pada waktu bersamaan mereka ingin damai namun dengan laku Homo homini lupus. “


“ Memang harus diakui pada manusia itu ada otak reptil yang kadang mereka gunakan mengatasi dilemanya. Termasuk menemukan cara, menikmati hasil kerja orang lain lewat pajak seraya menghembuskan retorika tentang keadilan dan masa depan yang lebih baik. Itulah politik. Perang atas nama geostrategis, perampasan lahan rakyat atas nama pembangunan, penipuan kurs atas nama kendali moneter dan inflasi, dan hal-hal lain yang mengerikan. “ Kataku lirih. Dina terdiam dan hening. Sepertinya kami diderai masa lalu, yang dulu sangat bersemangat menantikan sorga kaum marhaen.


“ Ale, " seru Dina kemudian. " kita sudah menua. Pengalaman hidup kita dipimpin oleh 7 presiden mengajarkan banyak hal. Setidaknya kita tidak melihat negara dalam bingkai ideal. Sebab ia punya keterbatasannya sendiri. Negara tak terbentuk untuk bisa memuaskan semua orang. Dimana mana negara hanya memuaskan segelintir orang. Walau lewat demokratisasi mayoritas termarginalkan namun itu juga tidak salah. Karena tiap politik punya utopia dan punya kalkulasi, dan di antara itulah hadir elite politik yang dengan kecerdasannya mengeksploitasi mayoritas penduduk demi agendanya.” Lanjut Dina.


Aku menghela nafas. Selalu setiap pergantian rezim dipenuhi oleh euforia dan impian utopia dan akhirnya utopia itu hanya ilusi. Akhirnya cerita lama selalu berulang yang kuat memakan yang lemah, yang cerdas menelan yang bodoh.


“ Yang pasti dunia ini adalah ladang ujian bagi orang beriman.   Untuk menguji tentang sabar dan sukur. “ Kataku, yang mungkin itu caraku kembali ke fitrah pemikiran. 


“ Tuhan berkata, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji? Ya, tidak dikatakan beriman sebelum diuji. Kalau diuji dengan harta ya bersyukur, kalau diuji dalam kemiskinan ya bersabar. Apapun itu bukanlah antara kita dengan keadaan tetapi antara kita dengan Tuhan saja. Karena pada akhirnya manusia mati sendiri sendiri. Siapapun itu. 


Agama berkata. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Kalau tidak mampu menjangkau orang banyak dengan tangan, sampaikan hakikat kebaikan itu walau hanya setetes embun. Setidaknya buatlah diri kita tidak merepotkan orang lain atau tidak membuat orang lain terganggu. Itu aja. Karena Tuhan diatas sana berkata, Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.


Karenanya tidak salah bila kamu terus kritis untuk mengingatkan.  Negara bukan entitas suci dan penguasa bukan nabi atau volunteer yang bekerja tanpa dibayar. Sikap kritis itu sikap manusiawi. Sikap  orang yang punya daya survival yang tinggi. Engga nerimo begitu saja. Akal yang selalu berfungsi untuk menilai dan bersikap“ Kata Dina


“ Ya hanya sekedar mengingatkan, walau kadang dengan putus asa di balik narasi teologi dan filosofi. Tidak lebih. Tidak berharap banyak. " Kataku lesu. 


" Ale,..Manusia memang membuat sejarah, demikian kata Marx , tapi di bawah kondisi yang bukan dipilihnya sendiri. Rezim jatuh, itu karena situasi dan kondisi yang terjadi begitu saja. Ya semacam invisible hand. Kadang dalam situasi damai tanpa prolog, kalau saatnya terjadi, terjadilah. “Dina menepuk  bahuku.  “ Seperti kejatuhan Soeharto ya kan. “ kata Dina tersenyum, seakan dia mengingatkan bahwa selagi ada orang yang kritis tanpa memihak, Indonesia akan baik baik saja.


Kami bersahabat sejak muda. Di usia menua ini, kami merasa sudah selesai. Tak lagi dengan semangat aksi. Dan kami tidak menyesal dengan pilihan hidup kami. Selanjutnya generasi muda yang harus melewati hidupnya. Masa depan mereka tergantung pilihan mereka pada hari ini..

Tuesday, June 18, 2024

Selalu ada harapan..

 


“ Ale ! terdengar suara Patria di seberang lewat telp selularku. “ Ketemuan dong. Tempat biasa di bunker ya. " sambungnya. Aku tahu istilah bunker itu adalah satu tempat berada di hotel bintang V,  yang tidak semua orang bisa masuk. Itu tempat berbisik bisik kalangan atas. 


“ hmm…”  Untuk apa aku harus ikuti ajakannya. Hanya kumpul kumpul para pebisnis dan politisi. Tak jauh urusanya dengan rente. Dulu ya dulu, aku memang bergaul dengan mereka. Tetapi lambat laun aku bisa keluar dari lingkaran mereka. Kalau engga, lama lama bisa tumpul otak dan hati nurani. Kan kasihan ibuku yang melahirkanku kalau hidupku terus mantiko.  


“ Ayolah. Kenapa sombong amat lue Ale. Kita kan teman lama. Apa salahnya kumpul kumpul apalagi lue sekarang lebih banyak di Jakarta.” Desak Patria. Entah kenapa aku terprovokasi. Hanya karena dia menyebut teman lama, tidak ada alasan bagiku untuk menolak bertemu. “ Ok gua datang ke bunker. “ Kataku dan matikan telp. Ya Aku sempatkan juga datang.


Kedatanganku disambut Patria yang segera berdiri dari tempat duduknya dan membimbingku ke table.. “ Ale! Kata Suryo menyalamiku dengan hangat. Dulu aku pernah berbisnis dengan dia tapi tidak lanjut. “ Kamu tidak berubah. Tetapi kelihatan kurusan. Kelamaan bisnis di cungkok jadi lebih cungkok kamu. “ katanya. Aku hanya senyum aja. Suryo pengusaha property. Sebenarnya itu hanya yang tampak di publik. Usahanya lainnya yang tidak kecil datangkan cuan adalah godfather untuk impor pangan. Dia sendiri tidak pernah terlibat langsung. Namun mereka yang terlibat pastilah terhubung dengan dia. 


“ Ale ini dulu kan orangnya dage kita yang menetap di Singapore” Kata Surya memperkenalkan kepada yang lain, diantaranya, Muktar, Dono dan dua lagi aku engga kenal. Aku hanya mengangguk. Aku memang tidak pernah deal dengan mereka. Hanya teman saja.


“ Ale, Gua dengar Baowu Steel Group Corp ambil alih smelter Tsingshan di Sulawesi.”  Kata Dono, yang sebenarnya minta konfirmasi dariku. Dono bisnis nya udah listed di bursa. Itu cara jenial dia jarah Dapen BUMN lewat proses IPO. Ya sama dengan pemain bursa lainnya, seperti kasus saham Unicorn yang akhirnya jatuh ke level Gocap. Ada juga usaha yang tidak nampak namun mendatangkan cuan yang jauh lebih besar, yaitu  lagi lagi rente impor pangan dan tambang.


“ Ya.” Jawabku seraya mengangguk.


“ Punya siapa Tsingshan? Tanya Surya.


“ Kalau engga salah Xiang Guangda. Itu trader  nikel asal Wenzhou, provinsi Zhejiang.”


“ Berapa nilai akuisisi ? Tanya patria.


“ Kalau engga salah USD 4 miliar.” Jawabku sekenanya.


“ Mengapa mereka lepas ? Tanya Surya.


“ Katanya sih tekor. Rugi ratusan triliunan rupiah.” jawabku


“ Loh katanya cuan gede di smelter. Kok rugi? Kata Dono terkejut


“ Dia rugi karena kontrak forward nickel. Akibat perang Rusia-Ukania. Gagal antisipasi.” Kataku sambil udut rokok


“ Gua dengar group lu di  China ikutan ambil sahamnya ya “ Kata Patria menyela dengan mata menyipit. Itu nadanya selidik alias kepoan.


“ Ah bukan gua. “ Kataku mengibaskan tangan. “ Teman gua. Mereka  punya tagihan. Engga gede. Ya daripada engga dibayar, ya ambil saham aja.”


“ Detail nya gimana ? tanya Patria. Dia sudah seperti wartawan. Rasa ingin tahu apapun secara detail. Maklum dia pemilik asset management dan pemegang saham bank


“ Engga paham gua. Itu udah management.” kataku angkat bahu.


“ Yang gua tahu ada cuan mudah dibalik investasi di smelter nikel itu .” Kata Surya


“ Mudah apa ? Tanyaku mengerutkan kening.


“ Kita ekspor bebas PPN, belum lagi bebas pajak macem macem. “ Kata Patria.


“ Terus..” Aku sengaja pura pura lugu.


“ Disparitas harga Ore antara China dan Indonesia, gede. Bedanya USD 30. Bayangin aja. Dari perbedaan harga, 2 tahun balik modal kita. Belum lagi untung dari nilai tambah smelter. “ Kata Surya.


“ Wow banget kan. “Kata Patria tertawa. “ Kalau investasi USD 4 miliar atau Rp 60 triliun. 2 tahun balik modal hanya dari beda harga. Belum lagi keuntungan bebas pajak. Belum lagi keuntungan bisnis.” Sambung Patria hembuskan asap cigar.


“ Ya itulah enaknya bisnis di indonesia. Terutama era Jokowi. Makannya sejak tahun tahun kemarin investasi nikel masuk ke Indonesia hampir USD 60 miliar. Sebagian besar yang masuk China, Korea dan Jepang. Tahun depan bakalan tambah rame.“ Kata Surya.


“Indonesia punya pabrik nikel sulfat terbesar di dunia. Lokasinya di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dengan kapasitas 240 ribu ton per tahun. Pemegang saham dari China, Lygend Resources Technology Co. Ltd dan Kang Xuan Pte Ltd.” Kata Muktar. Aku kenal dia. Tidak ada bisnisnya yang nampak dipermukaan. Namun sebenarnya dia menjadi bagian dari putaran uang ilegal bisnis judi online, komisi haram, dan uang hasil korup. Maklum dia punya bank dan juga punya portfolio investasi atas nama perusahaan di luar negeri yang bertindak sebagai lender dan investor. Hampir semua komisaris utama pada portfolio investasinya menempatkan mereka yang terafiliasi dengan elite kekuasaan.


“ Ya. Gimana peluang futur nikel sulfat ? Tanya Muktar.


“ Sejak july 2019 Pemerintah china menghapus subsidi ongkos produksi nikel sulfat. Sejak itu harga Nikel Sulfat jadi mahal. Dengan beroperasinya pabrik di Pulau Obi itu, pasar nikel sulfat akan mengalami surplus , dan berpotensi kelebihan pasokan. Harga pasti akan turun.” Kataku.


“ Terus..” Patria antusias ingin tahu.


“ Dan tentu margin semakin turun. Biaya produksi nikel sulfat dari endapan campuran hidroksida rata-rata US$3.500 per ton Ni. Berat itu. Ya, itu memang strategi untuk kepentingan domestik China ” Kataku.


“ Jadi China bangun Pabrik nikel sulfat di Indonesia dengan tujuan sebagai bahan kimia umpan untuk memasok pabrik katoda baterai china, khususnya baterai lithium-ion EV. Tanpa subsidi, China tetap dapatkan nikel sulfat yang murah. Secara tidak langsung Indonesia subsidi rakyat China.” kata Patria menyimpulkan. Aku tersenyum.


“ Kan uang investasi dari China. Dimana mana kan uang raja. Pemerintah aja yang lemot. “ Kata Muktar. 6 tahun lagi cadangan nikel habis. Kita dapat lingkungan yang rusak.


“ Ya udah, Lik “ Kata Patria kepada pria yang juga hadir dalam pertemuan itu. Aku tidak kenal. “ Lanjut lagi omongannya “Sambung Patria. 


“ OK “ seru Lik sepertinya dia siap lanjutkan pembicaraan. Yang lain menyimak. “ Masalah proyek IKN atau  Investasi Kawasan Nanggala itu bukan lagi soal bisnis tetapi sudah urusan politik. Kegagalan pada proyek IKN ini berdampak buruk bagi kelompok oligarki kekuasaan. Nah karena sifatnya politik, maka all at cost harus selesai. Asing memang tidak berminat berinvestasi karena tidak percaya IKN itu dibangun dengan green city concept. Apalagi pegiat lingkungan internasional bersuara kencang soal deforestation lahan IKN dan soal HAM atas konflik agraria. Jadi kita harus bantu pemerintah dengan ikut terlibat. Ini kepentingan nasional “ Kata Lik. Dia melirik ke semua yang hadir yang nampak tidak antusias. Mana ada dalam benak mereka mikirin kepentingan nasional.


“ Tapi “ Patria kelihatan berusaha menjelaskan secara konkrit “ Bapak bapak tidak perlu keluar uang. Saya akan atur agar bank BUMN mau keluarkan Non Recourse loan atau Kredit yang jaminannya adalah proyek itu sendiri. Kita bisa mark up proyek itu. Itu cuan engga sedikit. Misal kalau plafond kredit bank untuk proyek hotel bintang V, Rumah Sakit dan Air bersih dan lot komersial lainnya  sebesar 100 triliun. Dari mark up kita udah dapat cuan 80 triliun rupiah di depan. Selanjutnya setelah proyek jadi, kalau tidak menguntungkan ya bank sita. Kita udah untung di depan. Resiko ada pada negara.  Kan ini proyek nasional. Biasa saja tekor. Reputasi bapak bapak terjaga,  bahkan semakin terhormat” Lanjut Patria. Semua yang hadir tersenyum dan keliatan cerah wajah mereka seraya mengacungkan jempol.


Kemudian, bicara lagi orang lain yang juga tidak aku kenal. Dia anak muda belum 50 tahun. Kelihatannya cerdas. Namanya Tom“ Kita harus kunci stok gula dan bisa  atur harga sesukanya. Itu agar kita bisa tingkatkan volume impor gua. “ Katanya. Dia menjelaskan. Ketika musim giling tebu atau produksi gula tiba pada Juni-September, hasil lelang gula jatuh ke tangan mereka. Sebaliknya, ketika musim paceklik bulan Desember-April, maka stok gula sudah dikuasai oleh mereka. 


“ Dan soal beras. “ kata Tom lagi“ Kita harus samarkan data stok beras nasional dan provokasi pemerintah agar amankan stok nasional lewat impor. Ini kan tahun politik. Pemeirntah perlu stabilitas pangan dan para elite perlu uang untuk pemilu. Kita bisa tentukan harga yang bisa untung besar. Belum lagi dapat cuan dari logistik“ Lanjut Tom. 


Semua yang mendengar tersenyum cerah. Tapi perutku malah mual. Mending cepat keluar dari lingkaran mereka. “ Maaf, gua harus pergi.  Masih ada janjian ketemu teman lain” Kataku berdiri. Patria antar aku keluar dari bunker” Ale, gimana pendapat lue soal presentasi IKN dan impor pangan? tanya patria. Tahulah aku, dia undang aku datang untuk minta opini. “ Gua engga ngerti dan main begituan lagi. Udah terlalu tua untuk jadi mantiko” Jawabku tersenyum. Patria  mengacungkan jempol.


Saat di Lobi tunggu jemputan Ojol. Aku ditegur Wanita. “Pak Ale ” Katanya menyalamiku. Dia baru turun dari mobil mercy. Aku senyum saja.” Apa kabar kamu, Rika?

“ Baik baik saja bapak. Bapak mau kemana ?

“ Ke Jalan Denpasar. Mau ketemu teman. Ini lagi mau pesan Ojol” kataku tersenyum. Dia telp supirnya “ Kamu balik lagi ke lobi” Katanya. “ Saya antar ya pak. “ Lanjutnya tersenyum.

“ Ah engga usah. Saya bisa naik ojol”

“ Engga. Saya antar pak Ale Ingat loh saya ini kan anak bapak.” Katanya tersenyum. Tak berapa lama kendaraannya sampai di Lobi. “ Kamu tunggu di hotel ini. Saya yang setir antar bapak ini” Katanya kepada driver nya seraya  ajak aku masuk kendaraan.

" Dulu masih SMU pernah diajak Papa ke jalan denpasar " Kata Rika. Dia sebut nama seseorang.

" Ya saya mau ke sana ke rumahnya. Dia baru pulang dari AS. Papa Rika dan Saya punya mentor sama. Kami banyak dibantunya. " Kataku. 


Dia telp langsung papanya. Kami videocon. " Padang, masih hidup lue' Kata Ayahnya.


" Siap boss. Masih beredar. " Kataku.


" Jaga Rika ya. Kalau bandel jewer aja dia. Gua susah didik dia. Eh lue bisa taklukan dia. Dage  udah balik dari Amrik ya.”


" Ya ini saya mau ke rumahnya.”


" Kirim salam buat dia. " Kemudian telp saya serahkan kepada Rika.


“ Pak, Ale. Proyek pembangkit listrik saya jalan pak. Dua tahun saya dekat bapak, itu berkah luar biasa. Saya berhasil dapatkan proyek pembangkit listrik. Saya juga berhasil dapatkan funding nya. Itu karena mitra yang juga nerworking bapak. Setiap putaran negosiasi yang rumit, saya lewati semua hambatan. Itu kalaulah tidak ada dukungan dari bapak. Engga mungkin bisa sukses. “ Katanya Rika dengan mata berbinar.


“ Kamu cerdas. “ Kataku. “ Memang saya pernah dihubungi Shanghai tentang nama kamu. Mereka minta pendapat tentang kamu. Saya jawab saja , saya kenal kamu, bahkan saya ayah kamu. Hanya itu saja. Terus ada lagi teman saya telp. Dia tanya saya apakah saya kenal kamu. Saya jawab aja. Kenal secara pribadi”


“ Oh itu sebabnya pihak Shanghai mau undang saya untuk bicara tentang proposal bisnis saya. Akhirnya mereka beri saya dana promosi untk dapatkan proyek pembangkit listrik. Sehingga saya ada ongkos lobi dan ikut tender. Terus mitra saya di perusahaan , juga orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya tetapi akses politiknya kuat. Saya tawarkan kerjasama. Saya sebut nama bapak. Dia tersenyum. Akhirnya dia setuju. Saya dapat mitra international dan komut punya akses politik. Terimakasih Bapak” Katanya.


Rika aku kenal tahun 2012. Dia baru setahun tamat kuliah dari AS. Dia tidak mau kerja walau ayahnya punya banyak perusahaan. Dia memilih berwirausaha. Usahanya grosir bunga. Ayahnya sahabatku, tahun 2006 memilih bermukim di Pert, Australia. Selama dua tahun aku sering ketemu Rika. Dia selalu kirim SMS “ Mau temanin bapak, Boleh”. Aku senyum saja. Kalau kebetulan aku ada pertemuan dengan relasi, dia siap menanti di table lain. Kadang dua jam dia tunggu. Sabar banget. Memang dia sering bertanya macam macam. Aku jawab dengan santai.  Tahun 2015 dia sudah tidak lagi bertemu denganku. Dia sudah sibuk. Namun SMS nya selalu datang menanyakan kesehatanku.


“ Kini di samping punya pembangkit listrik , saya juga punya pabrik microchip di Malaysia kerjasama dengan teman kuliah saya dulu di Amrik. Dengan teman dari Panama, saya kerjasama jalankan bisnis Cargo tambang. Sekarang punya 5 kapal ukuran mother vessel. “ kata Rika Pencapaian luar biasa selama 10 tahun berbisnis.


Rika bisa sukses bukan karena modal dari ayahnya, tetapi karena dia memang cerdas. Mampu belajar mandiri dan menyimak setiap penjelasanku. Termasuk kesadaran terhadap kepatuhan standar bisnis kaum terpelajar yang utamakan menjaga lingkungan,  sosial dan moral etik. Dari generasi seperti Rika lah aku berharap agar masa depan Indonesia lebih baik. Tentu masih ada harapan di tengah generasiku yang mantiko.

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...