Friday, May 10, 2024

Monster pemangsa

 



Sehabis meeting dengan Michael Chang, saya tatap James cukup lama. Dia sempat bingung dan salah tingka karenanya. Namun akhirnya  saya tersenyum seraya berdiri menghadap kaca lebar. Menatap dari kejauhan penorama harbour Hong Kong. Tak berapa lama datang Kang dan Lee. Mereka berdua membungkuk depan saya. Saya perhatikan mereka berdua sejenak“ Lakukan sekarang! “ kata saya tegas. Mereka mengangguk dan permisi pergi.


James mendekat kepada saya. “ B, itu tadi kan Lawyer dan Shadow banker. Mereka kan mitra dari Michael Chang. Ada apa ? “ Tanya James. 


Saya diam saja. 


Akhirnya James pergi dari hadapan saya. Dia paham. Saya sedang ingin sendirian dan tak ingin bicara. Saya kembali ke meja kerja. Saya baca laporan. Tak terasa berlangsung 1 jam. Saya minta sekretaris siapkan kendaraan. Saya mau pergi Sauna di Conrad. Sebelum pergi ke sauna. James datang dengan wajah cemas.” B, saya barusan dapat telp. Michael dilarang masuk kantornya. Karena loan call dia lewat shadow banker di call. Dia harus serahkan semua konsesi tambang dan smelter nya. Mengapa?


Saya diam saja.


“ Bukankah dia mitra kita. Sudah sekian lama menjadi supply chain kita. Dan sangat setia dengan kamu. Mengapa ini bisa terjadi.” Tanya James.  


Saya diam saja. 


James menatap kosong kepada saya dan akhirnya dia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya. Saya biarkan dia dengan dirinya sendiri. Saya terus keluar ruangan dan pergi sauna.


Belum sejam di Sauna, James dan Michael datang ke ruang sauna. Michael membully saya dengan kata kata kasar. Saya segera keluar dari kolam air hangat dan pakai kimono. Dia menendang saya. Tapi belum sampai kakinya ke tubuh saya, saya sudah sapu duluan kakinya. Dia terjatuh. Saya dirikan. Dia membungkuk dengan takut.Saya tersenyum. Dan memeluknya. Akhirnya dia berlalu.


“ Ada apa dengan dia, B? kata James dengan sejuta tanda tanya akan sikap saya.


“Jelaskan ke saya hubungan dia dengan SIDC ? kata saya dengan tatapan keras.


“ Dia punya konsesi tambang di Iran dan Afrika. Kita sebagai PI dan juga offtaker buyer. Karena itu kita dapat dukungan supply chain dari konsesi dia.” Kata James.


“ So… Ini apa ? kata saya memberikan laporan statistik delivery dan outstanding PI yang belum di delivery.


“ Masalahnya audit lingkungan memang membatasi operasi tambang. Ini masalah ESG dan international rule “ kata James.


“ Terus apa ini? kata saya menyerahkan bukti shipment ke Eropa dan AS. “ He fuck you sebagai CEO SIDC." Kata saya dengan keras. 


Jemes terkejut. 


"  Darimana kamu dapatkan dokumen itu? Kata James melihat dokumen shipment. 


" Dia sengaja bayar pegiat lingkungan untuk ributin konsesi dia agar dia punya alasan PI kita tidak bisa kerja full. Sementara melalui pelabuhan lain dia supply ke Eropa dan AS. Tapi dia lupa. Saya punya mata dan telinga. Baik di pemerintahan maupun di pesaing. Saya punya team shadow untuk tahu kelakuan dia. " Kata saya sambil hisap Cigar di tepi kolam air hangat.


“ Tapi B, bagaimanapun awal awal produksi sampai 8 tahun dia sudah berjasa besar kepada SIDC. Kita dapatkan sumber daya dengan ongkos sangat murah. Wajarlah setelah dia besar, dia bersikap seperti itu “


“ Baik.” Saya mengangguk “ Wajar juga kalau saya  membuat dia bangkrut sekarang “ Kata saya lirih.


“ Tapi..ini soal moral B.” 


“ James “ kata saya menghampirinya, duduk di sebelahnya. ” Ketika saya sholat hanya ada saya dan Tuhan saja. Tetapi setelah sholat, bagi saya manusia itu sekutu yang baik dan tentu juga musuh yang berbahaya. Saya harus commit ketika dia jaga fair play. Semua modal awal dia dari saya. Semua akses financial dia dari saya. Kurang apa dukungan saya. Namun saya juga siap tarung ketika dia mau mangsa saya. Saya fokus ke diri saya saja. Engga ada urusan dengan perasaan saat bertarung dengan nasib saya. Apalagi persepsi moral yang absurd. Hidup hanya sekali dan selesai. Mengapa kita terbawa suasana hati, Pahami itu. Hidup bukan melodrama. “Kata saya menepuk pundak James


Paham saya. Maafkan saya karena gagal memahami kamu” Kata James seraya  membungkuk depan saya. 


“ Engga perlu minta maaf. Kamu CEO SIDC dan tugas kamu kepada menagement process dan business process. Saya punya team shadow untuk awasi yang tidak terjangkau management. Michael yang mengawali perang dan ingin jadikan SIDC pecundang. Soal Perang itu urusan saya dan saya yang harus mampu mengakhiri nya“. kata saya


***

Saya undang makan siang Michael Chang. Dia datang bersama james. Saya sambut dengan senyum ketika dia sampai di table. Dia membungkuk depan saya sebelum duduk. “ Maafkan saya kemarin. Saya tidak peduli kamu bully. Emosi saya tidak akan terpengaruh. Karena saya sadar kamu sedang dalam keadaan lemah. Itu biasa saja. Namun ketika kamu bergerak berniat menyerang saya , saya bereaksi cepat. Itu replek alam bawah sadar. Maklum saya berlatih bela diri lebih dari 10 tahun. Tidak bisa saya kendalikan kalau ada serangan phisik.” kata saya dengan rendah hati.


Michael mengangguk “ Maafkan saya juga B. Saya terpancing ingin cepat besar. Sehingga memunggungi kamu. Sekarang saya sudah bangkrut. Perusahaan tambang dan smelter saya sudah diambil alih oleh Lee. Maafkan saya “ katanya.


Setelah Michael pergi, tinggal saya berdua james.


“ Bagaimana dia bisa terjebak shark loan dengan Lee? tanya James.


“ Itu karena dia bertaruh di bursa future trading. Dia merasa menguasai sumber daya sehingga dia mau kendalikan harga mineral tambang. Saya tahu. Selama dua tahun dia sukses kendalikan harga. Dia sudah dalam posisi mengabaikan saya. Wajar lah. Ya terpaksa saya hadapi perang di pasar future. Hampir setahun saya pelajari aksi dia. Dan saya berhasil arahkan dia deal dengan Felocy yang menyediakan uang untuk transaksi future. Karena itu dia terjebak ketika harga mineral tambang terus naik.


Dia terpaksa harus delivery phisik. Karena kadar kualitas mineral tambangnya di bawah market, ya terpaksa dia beli di market dengan harga tinggi. Diapun terjebak shark loan dengan Lee lewat skema REPO saham. Saat lee beri dia pinjaman nilai saham sebagai collateral hanya 30%. Tapi karena begitu besar kewajiban delivery harga sahamnya jatuh di market. 30% saham tidak cukup lagi untuk collateral. Dia harus TOPUP collateral sampai tidak tersisa lagi saham yang dia punya. “ Kata saya dengan santai sambil makan.


“ Dan Felocy itu ternyata teman player hedge fund kamu sendiri. Kamu giring dia ke sarang Serigala. Untuk dimangsa rame rame” Kata James dengan tersenyum. Saya diam saja. Hak jemes menilai apa tentang saya. “ Perusahaan Lee itu shadow banker yang juga terhubung dengan kamu sebagai pengendali” Lanjut James. Saya diam saja.


“ James. “ Seru saya. “ Walau saya dukung Michael berbisnis tambang dari nol. Saya tidak intimidasi dia dan tidak merasa superior. Ketika bisnis dia sudah besar, dia berhak menentukan pilihan sendiri. Tentu termasuk mengendalikan saya sebagai offtaker buyer dan pemilik PI. Saya tidak kecewa selagi dilakukan secara terbuka. Karena itu situasi yang sudah saya prediksi dari awal ketika saya siap mendukung dia. Tetapi jangan khianati saya. Itu sama saja tabuh genderang perang.


Dari awal saya tahu. Michael memang punya ambisi besar. Dia pekerja keras. Dia sukses, tapi kesuksesan itu tidak bisa menutupi kelemahannya. Apalagi peran istrinya sangat besar memperlemah dia. Apa ? rakus. Kerakusan itu membuat dia buta siapa lawan dia. Ya saya. Orang yang membesarkan dia. Kalau saya mudah membesarkan dia tentu mudah juga saya hancurkan dia. Kini dia membayar kerakusan itu dengan mahal. Bangkrut! Saya tidak benci dia. Tapi saya sedang memberikan hikmah kepada dia agar hidup jangan rakus” kata saya


James  mengangguk. 


Hening. 


Saya biarkan James dengan pikirannya menerawang entah kamana. Saya hisap cigar.


“ Ya rakus. " Terdengar lagi suara James. " Sifat rakus itu bukan hanya mitra dan karyawan yang digilas.  Bahkan menurut Milton Friedman bila perlu negarapun dirantai tangannya agar kebebasan pasar memberikan peluang kerakusan tanpa batas. George Soros kemudian menyebut pandangan macam itu fundamentalisme pasar; Paul Krugman menamakannya absolutisme laissez faire. “ Kata James memperluas makna rakus yang melanda dunia.


Saya mengangguk. 


“ Tapi ..” Kata James “ Pandangan Amartya Sen lain. Dia berbicara tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat bermasyarakat. Dan itu adalah sifat-sifat yang tak menentang Pasar. Mereka justru diperlukan Pasar agar berjalan beres. Di China standar moral itu masih di pegang dan dikawal pemerintah.  Jarang sekali sengketa bisnis diselesaikan di pengadilan yang berongkos mahal. Semua bisa diselesaikan dengan out of the court, musyawarah”


“ Seperempat abad yang lalu “ Lanjut James “ China sudah menyadari bahayanya kapitalisme tanpa regulasi. Mengapa? ketika kapitalisme bisa meyakinkan setiap orang bahwa ia dapat mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri, sistem itu akan hancur dengan sendirinya. Baca dech buku Adam Smith, sang Nabi kapitalisme. Para penerus Adam Smith, telah keliru bukan karena sang Nabi salah. Mereka keliru karena Smith, dalam bukunya, The Theory of Moral Sentiment, tidak menganggap kehidupan bersama adalah sesuatu yang hanya dibentuk oleh Pasar, oleh kepentingan diri dan motif mencari untung. Bukan. Tetapi public spirit,  Kata James.

“ Kini memang terbukti. Pasar yang hanya mengakui bahwa rakus itu bagus pada akhirnya memaksa the fed naikan suku bunga. Pasar obligasi Negara dan korporat berbunga tinggi. Disaat likuiditas ketat, investor menentukan yield yang mereka suka. Negara dan korporat harus bayar mahal. Jelas, akibatnya bukanlah cuma sekedar mekanisme pasar yang menjerat. Yang tak kalah rusak akibat bunga tinggi dan likuiditas ketat adalah semakin rentan nya sistem perbankan. Padahal sistem uang fiat itu menjadikan bank sebagai agent of development. “ Kata saya.

“ Sekarang lucunya dengan cara China yang sangat kokoh menjaga nilai nilai  institusional di luar Pasar. Malah Dunia anggap China tidak demokrasi. Karena market regulated, termasuk kendali ketat terhadap kurs dan mata uang. Aneh. Padahal itu perlu dijaga terus menerus agar pembangunan untuk semua bisa sustain. “ Kata James.

“ Tapi di luar China itu tak mudah, Problem besar dewasa ini di negara demokrasi, dari mana nilai-nilai itu akan datang lagi dan bagaimana akan dilembagakan. Siapa yang akan secara sistematis menanam pohon, menegakkan rambu jalan, membuat perigi bersama? Bukankah kini public spirit nyaris tipis dan pengertian berbagi dirusak oleh ketimpangan sosial dan korupsi? Ini era si rakus udah menjelma menjadi moster pemangsa. Apa bisa menjinakan monster ? I dont think so” “ sambung James. Saya senyum aja. Inilah tragedi dan inilah kehidupan, yang tidak seperti melodrama.

Monday, May 06, 2024

Kapitalisme universitas

 



Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan kendaraan berjalan dengan lambat dan tidak stabil. 


“ Bapak engga apa apa ? Tanya saya dengan kawatir.

“ Eh ya pak. Engga apa apa.” Kata supir dengan terkejut. 


“ Kenapa jalannya lambat.?


“ Ya pak. Maaf saya sempat bengong tadi. Baik pak. “ katanya kendaraan kembali melaju dengan agak cepat. 


“ Bengong kenapa ?


“ Hmmm “ Terdengar seperti ragu untuk mengatakannya. Saya diamkan saja. 


“ Saya bingung dengan anak saya. " katanya kemudian. " Sudah saya bilang engga usah melanjutkan ke universitas. Tetapi dia tetap ngotot juga. Seminggu lalu dia diterima di universitas negeri. Saya engga punya uang untuk bayar.” Katanya. Saya diam saja. Bayangan saya ada seorang anak yang sedang bertarung dengan nasibnya. Untuk masa depannya. Tanpa sedikitpun mengkhawatirkan akan keadaan ayahnya yang tidak ada uang. Tekadnya untuk sekolah lebih karena ingin perubahan terhadap nasib keluarganya.


“Anak bapak terima dimana ? Tanya saya kepada supir taksi.


‘ Ini pak. “ Kata supir taksi itu memperlihatkan dokumen kepada saya. Itu dokumen dari universitas yang menyatakan putranya lulus test. Dan syarat yang harus dipenuhi.


“ Pak, ini ada uang dollar. Bapak tukar di money changer. Jumlahnya cukup untuk bayar uang kuliah anak bapak” Kata saya ketika hendak turun. Di tas saya memang selalu ada uang dollar. 


“ Dan ini ongkos taksi saya.” sambung saya. Keluar dari taksi itu. Supir taksi itu mengejar saya “ Kenapa bapak bantu saya? 


“ Bukan saya. Tetapi Tuhan. Itu uang titipan Tuhan. Semoga bermanfaat. Saya doakan agar anak bapak bisa terus kuliahnya.”


Supir taksi itu menyalami saya dengan airmata berlinang. Saya pun berlalu. Bagi saya, putranya pantas mendapatkan itu. Dan selanjutnya tentu proses tidak mudah bagi dia yang miskin untuk  jadi sarjana. Ayahnya memang mengeluh dengan keadaan tetapi tidak menadahkan tangan. Itu pesan cinta dari Tuhan kepada saya. Dan lagi putranya terima di perguruan tinggi Negeri. Tidak mudah orang bisa masuk PTN. Lah saya aja gagal. 


***

Saat saya datang, Aling sudah lebih dulu datang bersama banker. Saya hanya mendengar saja.Yang bicara Aling. Usai pertemuan, saya minta uang cash ke Aling. Karena uang tunai di tas selempang saya habis. Aling serahkan uang tunai satu ikat yang masih ada seal bank. 


“ Tadi saya berikan uang ke supir taksi untuk bantu uang kuliah anaknya. “ kata saya. 

“ Semua ? Aling berkerut kening.

“ Ya berapa yang ada di tas, itulah yang saya berikan” Kata saya polos.

“ Kenapa segitunya. ?
Orang tua saya menasehati saya. Ada tiga hal yang kalau orang datang minta tolong tidak boleh menghindar, yaitu bayar sewa rumah, bayar biaya pendidikan, bayar biaya kesehatan.”

“ Mengapa ? 

“ Karena dia menggadaikan kehormatannya. Kehormatan itu diberikan Tuhan kepada dirinya. Karena tidak ada lagi yang dia miliki maka itulah yang dia gadaikan. Kalau sampai saya tolak maka itu sama saja saya menolak kehadiran Tuhan. Tak pantas saya menyembah Tuhan. Saya bukan orang kaya. Juga bukan orang mudah keluar uang untuk hal yang engga jelas. Tetapi untuk tiga hal itu, saya tidak bisa menolak.”


Aling termenung. 


“ Sejak berlakunya UU No. 12/2012 memang terasa mahal uang kuliah. Mahalnya UKT tentu ada hitungannya. Tetapi jelas hitungannya laba. ” Kata saya.


“ Padahal kalau berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 53 ayat (3) walau berstatus badan hukum namun tidak boleh keluar dari prinsip nirlaba. Status badan hukum itu lebih kepada cara mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan, ya sejalan dengan Pasal 31 ayat (1) UUD 1945. “ Kata Aling.


“ Namun  sejak UU No.12 Tahun 2012, Pendidikan Tinggi menjelma menjadi lembaga kapitalis.. Entah apa landasan konstitusi dari UU ini.  “Kata saya.


" Nah kalau begitu adanya. Sudah seharusnya Perguruan Tinggi negeri maupun swasta berpikir smart menyiasati sistem pendidikan yang ada sekarang. "


" How ? tanya saya antusias ingin tahu solusi.


" Ya ubah bisnis model. Jangan lagi bergantung 100% kepada uang kuliah saja. Tetapi diversifikasi kepada jasa riset, media sains dan vokasi. Tentu syaratnya kampus harus punya spesialisasi bereputasi nasional dan internasional. Misal UI, reputasi bidang ekonomi. ITB bidang Teknik. Cobalah create bisnis yang bisa jadi sumber income  bagi Kampus. Dan ini engga perlu ongkos mahal. Mahasiswa bisa dilibatkan dalam bisnis process, yang juga bisa sebagai proses belajar bagi mereka.” Kata Aling menyampaikan solusi praktis.


“ Tepat sekali. Saya tidak pernah masuk Perguruan tinggi dan pasti tidak sarjana. Tetapi saya punya sertifikat kursus dari Universitas kelas dunia seperti Cambridge di London, Erasmus university Rotterdam, Finance and baking di PolyU, Hong kong. Biayanya memang mahal tetapi untuk orang bisnis yang butuh berkembang, biaya itu tidak ada masalah. Sumber income universitas dari kursus atau vokasi ini tidak kecil. Sangat besar. Pesertanya dari seluruh dunia.


Perusahaan saya di Hong Kong juga kontrak dengan kampus dalam hal desk research berkaitan dengan perkembangan teknologi terupdate. Perusahaan dikenakan biaya tetap bulanan sedikitnya USD 200 untuk dapatkan buletin setiap bulan. Buletin dikirim via email dan bisa juga di download lewat web. Dan biaya khusus sesuai dengan luasnya cakupan desk riset. Salah satu kampus di inggris, punya 400.000 member korporat sebagai clients. Hitung aja berapa per bulan mereka dapat income member fee  


Nah biasanya kampus menawarkan program filantropi kepada clients Corporate untuk ambil bagian dalam subsidi biaya pendidikan. Umumnya promosi filantropi ini dibantu oleh almamater. Corporate tidak keberatan selagi data mahasiswa valid dan dilaporkan perkembanganya secara terupdate. Apalagi tawaran beasiswa itu termasuk paket rekruitmen terhadap mahasiswa setelah lulus.  Bagi corporate, subsidi beasiswa lewat CSR itu cara mudah dan murah dapatkan SDM berkualitas.” Kata saya.


" Jadi kalau dikelola dengan baik atau well organise, diversifikasi income itu sangat besar bagi kampus. Bahkan bisa lebih besar dari bersandar kepada uang iuran kuliah. Ya, kampus di era sekarang seharusnya dikelola secara modern, dan itu 60% lebih income berasal dari jasa desk riset, media sains, vokasi" Kata Aling menyimpulkan. 


"Apa Universitas engga mikir solusi. Kan mereka well educated. " Aling menggeleng gelengkan kepala. Sepertinya dia membayangkan masa depan anak anak dari sistem pendidikan yang ada. Entah bagaimana kelak. Seharusnya tidak perlu terjadi mahasiswa gagal jadi sarjana hanya karena tidak ada biaya. " Dampak biaya UKT yang mahal, membuat Angka Partisipasi Kasar Perguruan atau APK akan drop. APK pada 2024 yakni 39% something di bawah rata-rata global yang 40%. Bahkan, lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Artinya, masih ada 67% siswa lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi.” Sambung Aling. 


" Sementara SD dan sekolah lanjutan dari sistem pendidikan yang kita jalankan kualitasnya rendah.  Tahun 2022, survey PISA yang dirilis OECD, skor kemampuan matematika pelajar Indonesia sebesar 366 poin, menempati urutan keenam di Asia Tenggara. Namun, skor ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 secara global, termasuk dalam 12 terbawah. Dibanding negara-negara ASEAN lain, Indonesia kalah dengan Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam.  Masa depan yang suram memang. Tamat SLTA low grade. Mau kuliah mahal ” kata saya. Dan akhirnya dia terdiam dan saya termenung.  



Friday, May 03, 2024

Tahu diri...

 



Aku berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar kerja, membingkai bayangan Esther seperti setengah memanjang. “ Ah mimpi kamu B. “ kata Esther dengan ketus setelah aku cerita mimpi ingin mendirikan bisnis Private Equity. Sesaat, aku hanya menangkap nuansa kawatir dan mungkin juga kesal di wajahnya. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit.  


Aku lebih banyak diam, mendengarkan ucapannya “ Emang kamu siapa? Jangankan dapat trust dari investor, menjadi money broker saja kamu engga punya cantolan dengan aset manager. Jangankan Asset manager berkelas dunia, kelas lokal aja kamu engga qualified. Udah ah. Lupakan saja mimpi kamu itu. Udah cukup kamu sukses di bisnis maklon. Mending pulang ke Indonesia. Nikmati saja laba yang ada itu. Hidup damai bersama keluarga. Setidaknya kamu tidak perlu terhina lagi karena kemiskinan. Ngapain ngayal terlalu tinggi.”  Lanjut Esther. 


Aku tidak negatif thinking atas ucapan Esther pada tahun 2006 itu. Bagaimanapun dia sahabatku. Dia tentu lebih banyak mengenalku secara pribadi. Tapi dia juga berkata sebagai banker. Satu hal yang digaris bawahi. Bahwa untuk bisa sukses berbisnis Private Equity adalah punya network dengan banker dan investor kelas dunia. Kalau engga, ya benar kata Esther. bahwa aku hanya menggantang asap. Mimpi doang. Aku harus fokus dapatkan cantolan dengan asset manager berkelas dunia.  Tentu mereka itu semua orang bisnis dan punya mindset positif dan efisien. 


Tentu lingkungan mereka adalah orang orang hebat dan negara memberikan mereka peluang berkembang tanpa ada diskriminasi. Karena sistem negara maju memang mengharamkan KKN, membuat peluang berkompetisi secara sehat. Kalau engga, mana mungkin mereka bisa sukses. Sementara aku lahir dari keluarga miskin dan besar di lingkungan negara yang korup dan masih menganut mindset feodal. Itu sebab aku terpaksa hijrah dari negeriku sendiri. Berharap atmosfir baru keluar dari kemiskinan dan putus asa.


Tahun 2007 aku membuat keputusan penting dan ini titik awal perubahan besar dalam hidupku. Aku mendirikan PE yang terdaftar di Hong Kong. Dengan modal yang ada dari hasil bisnis maklon selama 4 tahun, Aku hired profesional dan sewa kantor di kawasan financial Center Hong Kong. Awalnya hanya 2 orang saja. Aku focus mendapatkan peluang mengakses financial resource. Lantas bagaimana mengakses sumber daya keuangan itu? 


Lebih setengah tahun aku berusaha masuk dalam komunitas financial international. Lewat seminar international tentang banking dan financial, aku berharap dapat  bertemu dengan para banker dan asset manager. Berkali kali ikut seminar. Yang aku temui hanya banker dan asset manager kelas madia. Bukan pengambil keputusan. Useless. Padahal untuk bisa ikut seminar itu aku bayar dan jadi sponsor. Akupun masuk dalam Gerakan volanter international bidang kemanusiaan, yang digagas oleh Konglomerat financial. Waktu habis, biaya terkuras, hasilnya aku hanya berinteraksi dengan pegiat kelas madia.


Lantas gimana caranya ? Dulu saat usia 20 aku pernah ikut training sales. “ Kalau anda datang menawarkan barang, orang mengukur anda dari Price. Tetapi kalau anda datang menawarkan solusi, orang mengukur anda dari value. Jadi, pastikan anda datang kepada target yang butuh barang anda karena mereka perlu solusi. Kuasai informasi target market dengan baik sebelum mendekati mereka. “   Nasehat itu sudah menjadi mindset-ku dalam dagang. Mengapa tidak aku terapkan dalam bisnis PE?. Mengapa aku tidak focus menawarkan solusi kepada mereka yang sudah dapat akses financial resource ? Kalau aku bisa deal, itu sama saja aku kuasai financial resource yang mereka punya. 

Aku mulai melakukan desk research terhadap perusahaan yang bermasalah. Aku bayar konsultan riset untuk memberi daftar perusahaan besar yang bermasalah dengan investasinya. Dari data itu aku focus mencari solusi untuk dapatkan exit strategy. Selama 3 bulan aku pelajari data itu. Setiap hari aku kerja 18 jam di depan komputer dan tumpukan buku. Teman aku  katakan “ riset kamu seperti orang mau ambil S3. “ 


Satu waktu aku dapatkan satu perusahaan yang bermasalah. Ini menjadi pilihanku sebagai target. Karena pemegang sahamnya termasuk investor bergengsi di dunia investasi. Bisnis nya hightech dan marketnya sedang tumbuh pesat. Tentu pesat juga pesaingnya. Nah perusahaan ini sedang oleng. Teknologinya memiliki layanan Internet berbasis satelit, DirecPC, namun pasangannya layanan modem kabel dari operator TV kabel. TV kabel terbukti jauh lebih menarik bagi konsumen. 


Kelemahan lain DirectPC yaitu hanya bisa layanan satu arah. Usernya mengunduh data dengan melalui satelit, namun mereka perlu terhubung melalui saluran telepon untuk mengirim perintah. Tanpa punya kendali terhadap operator telp yang punya bisnis digital atau internet, investasinya akan digilas pesaing. Sementara investasi awalnya mencapai USD miliaran. Mereka perlu exit strategy sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis. Dan itu perlu langkah strategis meyakinkan investor dan banker.

Dan aku akan datang menawarkan solusi itu kepada pemegang saham.  Tetapi untuk ketemu dengan pemegang saham yang super kaya itu tidak mudah. Aku perlu waktu berbulan bulan melalui jalan ninja untuk bisa ketemu dia. Sampai akhirnya peluang bertemu itu ada. Ini aku manfaatkan dengan baik. Kalaupun deal terjadi itu deal paling naif. Aku menempatkan diri sebagai investment advisory tanpa retain fee. Kecuali success fee. Artnya aku harus ongkosi lebih dulu semua biaya arrangement. Bagiku ini berkah. Targetku bukan dapat uang tetapi akses kepada financial resource..


Setelah teken akad dengan mereka, aku dapat posisi sebagai special assignee ( penugas khusus) dari pemegang saham. Dan benar! Pintu akses terbuka lebar. Tidak ada satupun banker dan investor yang tutup pintu. Proses negosiasi atau meyakinkan investor dan banker itu sangat melelahkan dan rumit. Berlangsung berbulan bulan. lebih 10 kali aku terbang ke Eropa dan AS untuk melewati proses itu. 


Sampai akhirnya aku bisa sukses dapatkan dukungan dari investor dan banker untuk program exit lewat M&A terintegrasi dalam satu business model berbasis satelit dan kabel. Dan mendorong pemegang saham melepas sahamnya hanya kepada ku. Alasan mereka, agar dapatkan harga lebih baik saat exit. Mereka setuju tanpa perlu bayar didepan. Mereka percaya. Beri aku waktu 13 bulan untuk  financial closing. Setelah proses M&A selesai, aku exit lewat private placement dari 3 investor institusi. Selesai. 


Setelah itu akses kepada financial resource terbuka lebar. Maka semua menjadi mudah. Peluang terbuka lebar. Unit business ku yang ada di negara lain seperti Korea, China, Eropa, Afrika dan Asia Tenggara, yang merupakan bagian dari bisnis maklon-ku, aku speedup berkembang dalam business model supply chain global. Berkat financial resource yang aku kuasai, aku leluasa mengembangkan business model. Lewat akuisisi manufaktur dan industri, aku tidak perlu lagi sewa pabrik untuk mendukung market supply chain. Setelah itu semua unit business itu aku konsolidasi dalam satu Holding company. Tahun 2013 aku sudah established. Semua menjadi mudah untuk berkembang namun tidak mudah menjaganya. Jauh lebih sulit daripada memulai. Karena sekali saja saya default, maka trust yang aku bangun akan hancur dan tidak akan akan bisa bangkit lagi. 


***

Setelah semua aku lewati, Esther baru menyadari bahwa dia salah namun dia belajar dari pria kampung yang  dia cintai. Dia tahu walau lingkungan bisnisku top level financial community tapi aku tetap jadi diriku sendiri, untuk hidup lebih rendah hati. " Although you are able to conquer the world, you are not swallowed up by the world. Instead, you become stronger as a person " Kata Esther. 


" Banyak orang merasa menyerah ketika menghadapi kesulitan untuk hal hal baru. Perasaan ini semakin kuat ketika ada emosi yang terikat pada sebuah kegagalan atau hinaan, atau umpatan. Aku harus lawan perilaku mudah menyerah. Bahkan dalam situasi tidak tertanggungkan. Aku harus berubah sepanjang usia untuk sampai kepada sebaik baiknya kesudahan. Tida ada batas waktu untuk berubah menjadi lebih baik. Harus ada resilience dalam menghadapi setiap roadblock. Aku yakin tidak ada manusia terlahir dan tercipta dalam keadaan lebih buruk dari yang lainnya. Semua lahir telanjang. Proses yang menentukan nilai orang. Demikian sikap yang memaksaku sadar untuk bersabar melewati proses. " Kataku.


“ Enlighten me, please “ kata Esther.


“ Semua manusia terlahir dibekali kekuatan hebat. Sayangnya,  tidak semua orang menyadari itu. Mereka lebih percaya hal negatif pada dirinya dan kemudian  menyalahkan di luar dirinya. Akibatnya tanpa disadari dia hidup dengan victim mentality. Sikap “Ah siapa sih saya. Orang miskin. Engga punya kelas. “ Sikap ini sikap tidak bertanggung jawab atas berkah kehidupan yang Tuhan beri. “


“ Mengapa? Esther mengerutkan kening


" Diri kita adalah takdir kita. Amanah Tuhan kepada kita. Itu hanya antara kita dan Tuhan saja. Tidak ada orang lain. Kalau kita bergantung kepada orang lain, itu sangat merendahkan berkah pemberian Tuhan. ” Kataku. Esther terdiam. Dia kurang percaya itu. Karena dia atheis


“Kita harus percaya. Tidak ada yang too good to be true. Awalnya jalan itu tidak ada yang lewat. Karena penuh blukar dan onak. Mudah terluka melewatinya. Orang banyak menghindarinya. Namun karena ada yang melewatinya, jalan pun tercipta. Itu hukum kausalitas. Proses itu tidak akan kita pahami tanpa percaya kepada Tuhan. Artinya kita harus hadapi hambatan dan kesulitan itu karena yakin Tuhan Maha Penolong. Cintai Tuhan dengan prasangka baik tanpa berkeluh kesah dan tetap focus. Bahwa sesuatu yang sulit terkandung hikmah untuk kita menjadi something else. " Sambungku dan Esther keliatan masih belum paham. Aku tidak menyerah untuk mencerahkannya.


“ Penelitian yang mempelajari victim mentality menunjukkan bahwa individu dengan mentalitas korban mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dan memproses emosi negatif, seperti kemarahan, ketakutan, dan kekecewaan. Akibatnya, mereka sering mengalami perasaan putus asa dan tidak berdaya. Cenderung berusaha membenarkan perilaku buruknya akibat ulah pihak lain. Hidupnya selalu punya alasan untuk mengeluh. Jika orang berperilaku seperti ini secara konsisten, kekuatan dalam dirinya akan meredup dan akhirnya lenyap. Dia bukan lagi makhluk bernama manusia dalam dimensi Tuhan, tetapi tak ubahnya dengan korban  hewan buruan. “Kataku. Nah kelihatan Esther tercerahkan. Air Matanya berlinang. Mungkin cahaya kebenaran masuk dalam sanubarinya.


“ Perkuat spiritual mu sayang” Kataku meremas jemarinya. “ Awali dengan buang jauh jauh sikap negatif. Tanamkan pada diri bahwa  aku pencipta realitas diriku, yang artinya akulah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Alih-alih mengasihani diri sendiri, percayalah bahwa begitu kita mulai menguasai pikiran, emosi, dan keyakinan, kita akan menyadari bahwa inilah satu-satunya kekuatan yang kita miliki untuk menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri. Dan tentu kita akan tahu nikmat bersyukur akan kehadiran Tuhan dalam hidup. Tentu tahu arti mencintai. “ Kataku. Esther memelukku. “Bimbing aku menemukan Tuhan. Kamu sahabatku. “ Katanya berbisik. Aku mengangguk dan membelai kepalanya.

Wednesday, May 01, 2024

Kelas Menengah di Indonesia.

 



Saya datang ke Cafe itu dengan agak males. Karena ini cafe anak muda yang ada di jantung kota di puncak office tower. Entah mengapa Alisa undang saya ke cafe ini. Saya datang, dia sendiri belum datang. Ah ya. Saya datang lebih awal. Ya udah saya tunggu aja. Saya perhatikan sekeliling ruangan. Sore itu beberapa anak muda kelas menengah sedang menghabiskan waktunya di cafe itu. Tentu mereka tidak datang sendirian. Mereka datang ke cafe itu bersama teman. Ada juga yang satu table 5 orang. Kadang terdengar mereka tertawa. 


Menurut Bank Dunia, yang masuk kelas menengah itu adalah yang punya pengeluaran perbulan  perorang maksimum Rp 6 juta. Jadi kalau satu keluarga ada 4 orang, pendapatan keluarga sekitar Rp. 24 juta. Ya kisaran gaji diatas Rp. 15 juta perbulan. Bagi yang belum berkeluarga, pendapatan sebanyak itu memang memabukan dan mudah terjebak konsumerisme dan investasi bodong. 1 dari 5 orang Indonesia adalah kelas menengah atau populasinya sekitar 50 juta orang. Memang jumlah yang menggiurkan untuk sumber pendapatan pajak dan bisnis domestik. Itu sama dengan 10 kali penduduk Singapore.


Di negeri ini kelas menengah memang tak henti di palaki oleh sistem. Pendapatan mereka sudah terjerat dengan biaya cicilan beli rumah, kendaraan, credit card. Sulit bagi mereka menabung untuk secure life. Saat negara pusing mikirkan inflasi. Suku bunga di kerek. Biaya bunga hutang bertambah. Itu memenggal pendapatan tetap mereka. Saat negara ingin tingkatkan tax ratio, beragam pajak dan tarif diterapkan. PPN naik jadi 12 %. Mereka tidak bisa menghindar. Maklum mereka berkonsumsi bukan di kaki lima tetapi di mall  dan outlet yang pasti terdaftar wajib pajak. Itu akan menambah spending mereka. Pasti mengurangi daya tahan pendapatan mereka.


Dari arah pintu masuk cafe keliatan Alisa dan 3 orang temannya . Dia melambai kearah saya, berjalan ke arah table saya. “ Maaf, Bang Ale, telat 5 menit ya “ katanya melirik ke jam tangannya. Saya senyum aja.


“ Ok. Engga apa apa ? Kata saya cepat. “ Katanya ada yang penting mau dibicarakan. ? 


“ Ya. Ini kenalin dulu teman teman saya “ katanya perkenalkan satu persatu temannya. Dua orang pria, satu wanita. Saya mengangguk saat mereka menyerahkan kartu nama. Dari kartu namanya saya tahu mereka bekerja di perusahaan berbeda. Dari jabatannya saya tahu mereka terpelajar dan kelas menengah di Indonesia. 


“ Ale, mereka punya bisnis plan untuk kembangkan start up IT. Bisnisnya bagus. Mereka mau bangun aplikasi untuk ekosistem pertanian dari market place sampai kepada logistik.” Kata Alisa.  Artinya mereka ingin berwirausaha bidang IT. Mereka menyerahkan proposal ke saya. Ada 12 lembar. Itu materi presentasi bisnis.  Saya baca cepat. Hanya 10 menit. Saya menatap mereka semua. “ Ada yang mau kalian sampaikan ? tanya saya. 


“ Kami sebenarnya sudah ada deal dengan venture fund. Mereka sudah punya bisnis plan dengan masuk pada investasi seri A , mereka minta value 4 kali dari investor seri B. Mereka confident bisa dapatkan investor seri B dan seterusnya, Skema investasi dengan venture fund adalah hutang konversi” Kata salah satu mereka. Ini taktik  kuno menekan psikis dan provokasi calon investor.  Mereka juga jelaskan panjang lebar cara meningkatkan value bisnis. Cara bicara kaum kapitalis namun dihadapan saya tak ubahya dengan sales panci. 40 tahun lalu cara itu sudah saya lakukan. Biasa saja.


Saya senyum aja dan tak bertanya atau komentari presentasi mereka.  Namun saya jamu mereka dengan hospitality.  Setelah itu“ Gimana pendapat kamu? Tertarik kah dengan bisnis mereka ? Tanya Alisa.


“ Saya tidak melihat ada aliran uang masuk, yang ada hanya uang keluar. Dan uang keluar itu berkaitan dengan biaya tetap, seperti gaji karyawan yang paling kecil Rp. 7 juta. Biaya sewa gateway internet. Amortisasi biaya investasi aplikasi. Sewa kantor dan lain lain.Setiap pengembangan, biaya tetap itu terus meningkat. Sementara pendapatan hanya bersifat asumsi dengan term berat lewat  promosi dan ketergantungan dengan stakeholder. “ Kata saya. 


“ Ya pak. “Kata salah satu mereka. “ Tapi value nya setiap tahap meningkat sampai nanti kita bisa dapatkan aliran deras uang masuk seperti GoTo” Itu lah salah satu ciri khas kelas menengah. Mudah sekali terjebak dalam proses yang too good to be true. Padahal itu menyesatkan. Ilusi yang menyia nyiakan waktu dan biaya.


“Kalau anda pahami bisnis process pertanian, termasuk tataniaganya di Indonesia, saya yakin tidak mungkin anda buat bisnis plan seperti itu. “ Kata saya. Mereka semua terdiam. Mereka bukan pertani dan tidak pernah memahami petani. Sistem IT berbasis komunitas tidak akan sukses di Indonesia. Itu karena petani dijerat dengan tataniaga yang sudah estabilished lewat aturan dan UU. Tataniaga yang memungkinkan rente terjadi meluas dari hulu sampai hilir. Mau mengubah gimana? semua rezim berkuasa, menikmati rente komoditas pertanian, yang sehingga ketahanan pangan kita hanya bisa ditopang oleh impor, bukan swasembada. 


Saya  panggil waitress untuk bayar bill. “ Maaf, saya masih ada janji lagi untuk ketemu orang. Nanti kapan kapan dilanjut lagi ya” kata saya terseyum.


Setelah mereka pergi. Alisa tetap di table saya. “ Boleh aku bicara dan temanin abang sebentar?  Katanya. Saya senyum aja. Dia mungkin kangen. Karena lama engga ketemu. Pasti dia punya masalah. “Bang Ale, saya ada masalah ? katanya.


“ Masalah apa ?


“ Kendaraan saya mau diambil leasing. Sejak anak saya kuliah di luar kota, biaya cicilan rumah naik, engga bisa lagi saya bayar angsuran kendaraan. Padahal tinggal Rp. 25 juta lagi lunas” Katanya. Saya beri  USD 2000. Dia terharu. “ Aku malu, udah lama kita kenal. Bang Ale terus bantu aku.” Katanya menitikan airmatanya. Dia tenaga fungsional di kementrian. Tentu dia tidak punya akses dapat uang proyek. Menurutnya take home pay nya sekitar Rp. 30 juta sebulan. Namun sejak dia bercerai menanggung 3 anak, memang tidak mudah. Padahal dia lulusan luar negeri tugas belajar dari negara.


“Kamu juga banyak bantu saya. Kamu kenalkan saya dengan orang orang berpotensi dalam bisnis. Bukan kaleng kaleng mereka yang kamu kenalkan itu. Walau belum ada yang deal engga apa apa. Terus aja berproses. Jangan menyerah. “ Kata saya meremas jemarinya sekedar menentramkan hatinya. Hening dan akhirnya dia bisa tersenyum.


“ Pajak naik, kurs melemah dan harga harga narik. Susah juga ya kelola ekonomi negara itu.” kata Alisa kemudian. Menurut saya tidak juga susah. Sederhana saja. Sesederhana hukum persamaan  filosofis ekonomi yaitu I= C+ S. Setiap individu punya hak menentukan sendiri pilihannya untuk mendapatkan income. Setiap Income digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sekaya apapun orang, makannya hanya tiga kali sehari. Nah kelebihan dari pendapatan setelah konsumsi itu mereka salurkan ke tabungan. Tabungan itu bukan hanya di bank tetapi juga dalam bentuk investasi.


Mereka yang mampu menabung di bank  hanya 1% saja dari populasi negeri ini. Bahkan menurut OJK yang punya tabungan diatas 2 miliar hanya ada 300 ribu something, kurang dari 1% populasi. Tapi dampaknya terhadap fundamental ekonomi kita sangat significant. Kalau mereka tidak dikendalikan, diarahkan berinvestasi ke sektor real, ekonomi kita akan terancam. Kamu kan tahu, rumus I=C+S, fenomena ekonomi terjadi secara makro. Seharusnya kebijakan negara menginfluence terjadinya perubahan pada sisi S (saving).  Ini berkaitan dengan behaviour economy dalam masyarakat kelas atas,  yang kadang terjebak dengan kebutuhan Maslow. Makannya diperlukan ilmu diluar ekonomi untuk melahirkan kebijakan yang bisa memacu proses social engineering terhadap kelebih pendapatan. Dalam study public policy, social engineering itu dipelajari.  


Misal,  agar tidak terjadi tumpukan uang di sektor moneter dan beralih ke sektor real seperti industri barang dan jasa, maka pemerintah membuat kebijakan bahwa tabungan di Bank dikenakan pajak progressive. Tentu ini ditentang oleh teori ekonomi klasik. Tapi dampaknya bagus terhadap perubahan behaviour tentang uang.  Bahwa esensi uang itu adalah apabila sistem terkait produksi dan distrbusi berjalan lancar.


Nah agar aliran dana terjadi meluas dan tidak terakumulasi kepada sekelompok saja, maka pemerintah buat kebijakan anti rente. UU Persaingan usaha di-implementasikan dengan tegas. Sehingga antara yang besar dan kecil hidup berdampingan dengan sinkronize.  Kebijakan ini jelas ditentang oleh teori ekonomi pro market. Tetapi bagus untuk kelancaran proses produksi. Kemudian agar sektor real bergairah, efisien atas dasar kreatifitas, pemerintah membuat kebijakan insentif pajak bagi dunia usaha yang melakukan riset IPTEK. Juga jelas tidak sesuai dengan ekonomi pasar. Tapi dari sini akan melahirkan kolaborasi dan sinergi antara akademisi, profesional dan dunia usaha. Perubahan pun terjadi.


Jadi tidak selalu harus mengikuti teori dasar ekonomi bekerja. “ Kata Aliasa. Memang teori ekonomi itu bukan ilmu eksakta. Selalu berdiri diatas asumsi ideal. Tetapi dalam prakteknya kehidupan ini tidak ada yang sempurna. Mana ada ideal itu. Artinya public policy itu basisnya adalah social engineering. Rekayasa sosial untuk terjadinya transformasi dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dan itulah perlunya negara mengatur, agar terjadi proses social engineering terus menerus. 


Hanya dengan social engineering ? tanya Alisa.  Dalam  public policy, social engineering tidak akan efektif menginfluence perubahan prilaku ( behaviour) publik kalau tidak disertai dengan proses value engineering.  Kalau dianalogikan seperti teko dan teh. Social engineering itu teko. Sementara value engineering tehnya. Indah gimanapun teko tapi tehnya tidak berkualitas, ya  itu namanya penampilan doang yang hebat tapi tidak ada manfaatnya. Setinggi apapun pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berkualitas itu hanya fake growth.


“ So, Value engineering itu apa ? tanya Alisa. Rekayasa nilai terhadap kebiasaan yang menghambat kita berkembang mengikuti perubahan zaman. Kalau bahasa mesranya value engineering itu adalah spiritual. Spiritualitas bukanlah lari dari agama secara esensi dan nilai. Spiritualitas berkembang di setiap dimensi kehidupan dengan cinta, tanggung jawab, keseimbangan batin, kreativitas, dan kasih sayang. Saya peluk kamu. Itu jelas agama melarang. Karena bukan muhrim. Tetapi bagi saya memeluk itu sikap anti diskriminasi gender, meningkatkan trust dan rasa nyaman. Jadi esensinya bukan soal patut atau muhrim. Tetapi value kemanusiaan. Bahwa kasih  atas dasar rasa hormat. 


Kadang kita terjebak dengan standar normatif. Kita anggap hubungan resmi menikah itu standar yang solid bagi agama. Soal hak dan kewajiban belaka. Tetapi kadang esensi hubungan manusia atas dasar hormat diabaikan. Betapa banyak wanita direndahkan suami. Hanya kelambanannya, ketidak sempurnaannya dibandingkan WIL dan lain sebagainya. Itu lebih rendah dari pelacuran dan perbudakan. Sama halnya kita banggakan pertumbuhan ekonomi, tetapi demi tataniaga pasar dalam dimensi ketahanan pangan, kita korbankan petani atau produsen.  Itu lebih buruk daripada kolonialisme.


Alisa mengangguk angguk. 


Singkatnya value engineering itu adalah bagaimana berproses menjadi orang sabar, jujur, dermawan, sopan, rela berkorban, adil, bijaksana, dan karenanya dia bisa melewati perubahan zaman dengan rendah hati dan kerja keras. Melakukan kreatifitas dan inovasi tanpa jeda untuk peradaban yang lebih baik. Ya revolusi mental menjadi manusia free Will dan berani melakukan perubahan dan memperbaiki diri terus menerus. Kita perlu middle class seperti itu.  Tidak perlu 50 juta orang. 10 juta saja, itu sudah bisa mengubah Indonesia menjadi negara besar, mandiri dan terhormat. 

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...