Saturday, February 11, 2023

Agama itu masalah privasi, cinta itu universal


 


“ Aku ingin bertemu dengan papa “ Kataku kepada mama.


” Kan mama sudah bilang, papa kamu sudah meninggal. ” jawab mama tegas. Mama berusaha memalingkan wajah ketempat lain dengan air mata berlinang.


” Ma, aku sudah dewasa. Tidak perlulah ditutupi terus tentang Papa. Dan lagi , dua bulan lagi aku akan menikah. Aku butuh Papa mendampingiku atau setidaknya aku dapat meminta restu kepada papa. Itu saja ” Kataku dengan lembut. Kusadari bahwa masalah ini sangat sensitip apalagi menyangkut soal papa. Dari dulu, setiap aku menanyakan tentang papa , mama selalu marah dan setelah itu menangis.


” Mama engga ngerti kenapa sekarang kamu jadi lain. Ngotot sekali ingin ketemu Papa kamu. Mengapa kamu begitu peduli dengan papamu yang tidak pernah mau tahu dengan kamu. Sejak kamu lahir, papa kamu pergi meninggalkan mama. Itu harus kamu ngerti. ” Mama mulai menangis. Aku hanya terdiam. Kucoba untuk memeluk mama untuk meredam rasa sesak didadanya.


” Ma...terimalah ini "Kuserahkan amplop besar yang kudapat dari tante Mia. Di dalam amplop itu berisi sebuah kebenaran yang selama ini tak dapat kutemukan tentang papa " Mama baca dan kemudian tentukan sikap mama. ” lanjutku seakan berbisik. ” Maafkan aku bila akhirnya aku harus berseberangan dengan mama soal papa. ” Kupeluk mama dan kutinggal mama seorang diri. Akupun kembali kesingapore.


***


Aku memang sejak lahir tidak pernah mengenal papa. Sejak kanak kanak aku tinggal berpindah pindah. Pernah 5 tahun tinggal dirumah Om di Malang. Istri om sangat baik sekali, namun setelah kelahiran putrinya, dia semakin kurang perhatiannya kepada ku. Makanya , om kirim aku lagi kerumah tante di Jakarta. Ini berlangsung sampai aku tamat SD. 


Karena Jakarta bukanlah tempat yang aman bagiku, maka mama mengirimku ke singapore untuk tinggal dengan adik mama yang paling bungsu. Tante Mia. Dia sangat sayang padaku. Juga suaminya. Mereka tidak mempunyai anak , hingga akulah satu satunya yang dianggapnya sebagai anak mereka. Sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan per guruan tinggi dan bekerja di Singapore.


Sejak SMP, aku sudah mengerti sedikit tentang kehidupan. Keluarga besarku membenci papa,dan menanamkan kebencian itu kepadaku. Wajar bila akupun terlanjur membenci papa. Apalagi keluarga mama adalah penganut agama kristiani yang taat sementara papa adalah muslim. Hanya saja tante Mia tidak pernah cerita negatif tentang papa. Mungkin karena pendidikan tante paling tinggi diantara keluarga mama. Tante Mia juga kristiani yang taat. Jadi lebih mengerti untuk bersikap bijak. 


Dari tante Mia dan suaminya aku mulai memahami kebijakan, terutama tentang agama. Tante tidak pernah memaksaku untuk menentukan agama yang tepat untuk-ku. Baginya agama itu soal privasi yang tak perlu diperdebatkan. Yang penting adalah bagaimana kita bisa menggunakan agama itu sebagai jalan hidup dan membuat siapapun yang dekat dengan kita merasa nyaman. Agama tidak menanamkan kebencian tapi kasih sayang. Agama tidak mempersulit tapi mempermudah. Agama itu adalah ajaran memberi, bukan meminta. 


Tapi soal Papa. Aku larut dalam kebencian terhadap Papa. Apalagi kutahu , dua kali mama menikah dengan pria lain , selalu mengalami kegagalan walau itu dijodohkan oleh keluarga mama yang taat beragama. Selanjutnya mama bekerja keras dan hidup sendirian. Laki laki macam apa ini ? .Yang telah membiarkan wanita seperti mama dan aku hidup tanpa perlindungan dari seorang pria yang seharusnya bertanggung jawab disaat kami membutuhkannya.


Ada hembusan pencerahan dalam hidupku ketika aku mulai menjalin hubungan serius dengan seorang pria yang tidak seiman dengan ku. Dia seorang muslim yang taat. Pria itu sangat baik dan sopan. Dia tidak pernah menyentuhku selama kami pacaran. Selalu bisa mengerti perasaanku dan tidak pernah memaksaku untuk mengikuti agamanya. Tapi kepribadiannya membuat ku mulai luluh untuk memeluk agama Islam. 


Pacarku dengan sabar menjelaskan semua hal tal tentang Islam. Duh, indahnya ajaran agama ini. Dimana kesederhanaan adalah pakaian kesehariaan, Keikhlasan adalah kepribadian dalam bersikap dan bertindak. Lemah lembut terpancar untuk saling menjaga dan menghormati. Antara wanita dan pria saling menjaga atas dasar saling hormat untuk beribadah kepada Allah. Agamaku mendidik kasih sayang dan islam menerapkannya dengan sempurna, setidaknya itu yang kurasakan dalam hubungan dengan pacarku. Maka akupun semakin membulatkan tegad untuk menjadi muslimah.


Tapi bagaimana bisa meyakinkan keluarga mama tentang niat ku untuk pindah agama, tentang hubunganku dengan orang tidak seiman. Inilah yang sulit. Apalagi mereka sangat trauma dengan kehidupan mama yang menikah dengan pria tidak seiman. Pernah ini kusampaikan kepada om di Malang. Karena dia kakak tertua mama dalam keluarga besar.


” Tidak Lin ! " Teriak Om " Semua orang tahu bahwa Om ini aktivis geraja dan juga mama kamu. Apa kata orang nanti bila mengetahui kamu menikah dengan pria tidak seiman. Bercerminlah dengan mama kamu yang menikah dengan pria tidak seiman. Akhirnya ditinggal pergi ketika mama kamu tidak mau mengikuti agamanya. Mereka kejam sekali, Lin. Mereka dapat menghalalkan apa saja demi agamanya. Carilah pria seiman dengan kamu..”


Begitupula ketika hal ini kusampaikan kepada Tante di Jakarta. Jawabannya sangat tegas. ” Kalau kamu menikah dengan pria tidak seiman maka putus hubungan keluarga kita. ”


Aku terhempas. Jangankan mau pindah agama , menikah dengan orang tak seiman saja sudah prahara bagi mereka. Semua menjadi kebencian ketika menyangkut perbedaan agama. Mengapa ini bisa terjadi.? Apakah agama memang mengajarkan peperangan karena perbedaan ? Aku rasa tidak. Hanya cara menyikapi dan merasa paling benar inilah yang membuat prasangka buruk terbentuk. Membuat kedamaian menjadi sesuatu yang mewah.  Seharusnya orang beragama adalah orang yang menempatkan prasangka baik kepada siapapun dan berserah diri kepada Tuhan. 


Terkhir aku berbicara dengan tante Mia dan meminta pendapatnya tentang rancanaku untuk menikah dengan pria tidak seiman. Tante menatapku dengan seksama” Menikahlah karena cinta dan siaplah berkorban untuk itu. Tante tidak bisa memberikan penilaian masalah perbedaan agama. ” Kata tante dengan lembut sambil membelai kepalaku.


" Benarkah , papa itu jahat tante ? Mengapa mereka membenci Islam hanya karena mereka tidak menyukai papa. Sejahat itukah Papa bagi keluarga kita. Pacarku sangat baik dan aku sangat mencintainya. Tidak ada satupun hal buruk seperti yang digambarkan om tentang Islam " Kataku.


Kemudian tante masuk kedalam kamar dan keluar membawa sesuatu ditangannya. ” Terimalah ini ” kata tante sambil menyerahkannya kepada ku. ” Itu buku tabungan tante selama 12 tahun. Jumlahnya sama dengan semua kebutuhan biaya kamu selama tinggal dan sekolah di singapore. Tapi tante tidak pernah ambil satu senpun. Kamu sudah tante anggap sebagai anak kandung tante. Sekarang itu menjadi milikmu.” kata tante dengan air mata berlinang.


” Dari mana tante dapatkan uang sebanyak ini” Kataku heran


” Ini bukti transfer uangnya ” kata tante sambil membuka amplop besar. Begitu banyak lembaran kertas warna merah muda sebagai bukti transfer. Tertulis disitu nama pengirim – Rahmat Subarja –


” Siapa Rahmat Subarja itu ? ”


" Papa kamu. ..” kata tante dengan suara lambat.


" Jadi selama ini semua telah berbohong tentang papaku. Akte kelahiranpun falsu ? "aku terkejut dan sedikit marah.


"Setiap bulan, selama dua belas tahun , dia tidak pernah lupa barang sekalipun mengirimi uang kepada tante untuk biaya hidup kamu. " Kata tante tanpa peduli kemarahanku.


” Papa ?" aku terkejut.


” Ya. " Jawab tante. Kemudian tante memberikan satu lembar amplop putih kepadaku. Di dalamnya ada surat dan juga photo pria. ” Ini ada surat dari papamu. Dia berharap agar tante memberikan surat ini kepada mu pada saat yang tepat. Khususnya ketika kamu akan menikah"


Aku pandang photo itu. Nampak seorang pria gagah dan berwibawa dibalik senyum. Aku terhenyak memandang photo itu. Lama aku memperhatikan photo itu. Baru kemudian aku membaca surat itu . :


Anakku, Kamu adalah anakku. Buah hatiku. Secara agama dan sudah dibuktikan dalam ilmu pengetahuan bahwa ayah itu pembawa factor keturunan. Artinya pemilik syah anak secara batin maupun biologis adalah ayah. Tapi ibu berperan besar dalam proses terjadinya takdir hingga kamu terlahirkan kedunia ini. Ibu kamu pula yang telah mengorbann segala galanya untuk sesuatu yang bukan miliknya. 


Yang pasti keberadaan kamu karena bertemunya syariat kasih sayang diantara dua anak manusia untuk meyakini hakikat keberadaan sang pencipta yang maha pengasih lagi penyayang. Makanya tidak ada alasan apapun bagi Papa untuk membenci mamamu. Sangat berat hidup berpisah dengan seseorang yang kita cintai. Namun itu semua harus kita korbankan untuk cinta yang sesungguhnya dari pemberi cinta. Allah. 


Kami bertemu disaat kami tak bisa menjaga diri kami dan akirnya berpisah diluar kekuatan kami. Kini , Pinta papa hanya satu :izinkan papa menikahkan mu dengan pria yang kamu cintai. Papa percaya dengan apapun pilihanmu. Anakku..Masa lalu kami bukan hal yang baik untuk dicontoh, tapi bagaimanapun kamu tetaplah anak kami. Semoga Allah pula yang akan mempersatukan kita. Papa yakin bahwa bila kita cnta Allah maka kehendak Allah pula yang berlaku dan itu pasti yang terbaik untuk kita....”


Aku terduduk dan mataku berat seakan ingin menumpahkan airmata. Namun kucoba tegar. Kutatap tante yang sedari tadi memperhatikanku. ” Ketika kamu datang ke Singapore. Papamu mendatangi tante. Kebetulan tempat kerja om kamu punya hubungan business dengan papa kamu. Papamu minta agar masalah ini dirahasiakan dari siapapun. Termasuk kepada mama dan yang lainya. Papamu hanya ingin kamu bahagia dibawah naungan ibumu dan kami. Itu saja. ”


” Apakah papa sudah menikah lagi ? ” tanyaku.


” Papamu pengusaha yang sukses. Tidak sulit baginya untuk menikah lagi. Tapi dia tetap berharap suatu saat bisa bersama mamamu lagi. Sampai sekarang dia belum menikah. Seminggu lalu , kami bertemu dengan dia di Hotel ketika dia mampir untuk ke Eropa. Dia selalu menanyakan perkembanganmu.Sangat antusias mendengar cerita tentangmu."


” Mengapa dari dulu, tante tidak pernah kenalkan papa dengan ku ?”


” Hanya ketika kamu akan menkah maka rahasia ini boleh dibuka”


” tapi mengapa ?


” Tante tidak tahu. Tapi begitulah cara papa kamu bersikap. ” Aku terdiam.


Aku membayangkan bahwa pria yang aku kenal sebagai papaku ini ternyata seorang pria sejati. Juga seorang yang ikhlas menerima takdirnya untuk tetap istiqamah dengan keimanannya walau cintanya terpasung dengan seseorang yang tidak seiman. Dia ikhlas untuk memendam rindu kepada manusia yang dicitainya demi cintanya kepada Allah. Ini yang sangat sulit bagi semua orang yang mangaku beriman. Apalagi tidak ada benci dari semua ini. 


Tanggung jawabnya karena Allah tak pernah dilalaikannya. Terbukti semua kebutuhanku dipenuhinya. Yang lebih lagi adalah keikhlasannya untuk tidak dikenal oleh anak kandungnya sendiri demi menjaga keadilan dan perasaan dari seorang ibu yang melahirkan anaknya. Kalaupun dia ingin bertemu maka itupun karena printah Allah yang mengharuskan ayah menikahkan anak gadisnya. Jadi ,tidak ada alasan untuk membenci pria ini. Seperti yang selama ini dikatakan oleh keluarga mama.


***

Di Changi Airport, Singapore..


“ Kami menikah tanpa restu orang tua. Ketika itu kami masih sangat muda. Papa mu berusia 19 tahun. Dia masih kuliah tingkat satu. Sementara mama masih duduk di SMA kelas 2. Enam bulan setelah menikah, kamupun lahir. Tidak ada yang salah tentang papa kamu. Namun, satu hal yang tidak pernah mempersatukan kami, yaitu agama. Kakek kamu memaksa mama untuk pergi meninggalkannya ketika papamu minta agar mama memeluk agama Islam. Padahal sebelumnya diapun sudah diasingkan oleh keluarganya karena menikah dengan mama yang tidak seiman, ...” Kata mama dengan air mata berlinang.


Kugenggam tangan mama. Seakan ingin menguatkan batin mama. " Yang mama sedihkan adalah begitu keluarga kami sangat membencinya namun kecintaannya kepada mama tidak pernah surut dan tanggung jawabnya kepadamu tidak pernah hilang. " Sambung mama lagi.


Ada sesal yang tak bisa diungkapkan dengan mudah. Namun airmata mama sudah cukup menggambarkan semua itu. Kini aku hanya ingin memastikan bahwa aku mempunyai seorang papa yang akan mendampingiku dalam acara pernikahan.


Disini, di Bandara kami berdua sedang menanti kedatangan pria yang kami sangat rindukan dan hilang dari kehidupan kami hanya karena ego dari sebuah perbedaan. Dengan semua yang kutahu belakangan tentang papa , maka lengkaplah kebanggaanku tentang papa ketika mama berkata, 


” Sekarang mama sadar bahwa kemuliaan hatinya adalah cermin dari kemuliaan ajaran agama yang diyakininya. Mama sadar ,kita mengagungkan tentang cinta kasih sementara kita masih punya rasa benci. Kitalah sebetulnya jahat. Tidak ada yang salah dari agama papamu. Mamalah yang salah dari semua ini karena begitu saja larut bersama kebencian keluarga mama terhadap papamu... “ Demikian sebuah kejujuran terungkap setelah bertahun tahun , setelah kemarin mama menerima Aplop berisi semua tetang papa, akhirnya mamapun luluh untuk menerima kenyataan.


Dari speaker terdengar pengumuman kedatangan pesawat yang membawa papa kepada kami disini. Jantungku berdetak kencang. Mama berkali kali memegang ujung tali tasnya. "Mama tetap cantik kok. Aku yakin , papa tetap mencintai mama" Kataku menghibur mama yang nampak gugup untuk menemui pria yang pernah bersemayam dihatinya.


Selang kemudian mama nampak tersenyum kearah seorang pria yang berjalan menuju kuridor kedatangan.. Pria itu berusia empat puluhan namun nampak lebih muda dari umurnya. Gagah sekali dengan setelan jas. Aku sempat ragu untuk mendekatinya. Ketika kulihat mama berjabat tangan dengan ragu namun senyum menghias diwajahnya. Begitupula pria itu. Mama melirik kearahku….


” Bang, itu Lina...” Pria itu mendekatiku dengan seksama. Matanya memancar keteduhan yang sangat dan ada terselip kerinduan , kelelahan. Dia memberikan isyarat untuk memelukku dan entah mengapa dengan begitu saja aku menghambur dalam pelukannya...


” Papa...lina kangen papa...” Kataku dengan air mata berurai. Aku tahu papapun ingin menangis namun papa tetap tegar dengan airmata mengambang dipelupuk matanya. Tak ada kata kata yang keluar dari papa. Dia perhatikan dengan seksama wajahku. Aku tahu papa sangat merindukanku. dan akhirnya dia melepaskan pagutanku ” Papa juga kangen, sayang...Maafkan papa ya..”


Aku mengkawatirkan kamu...

 




Dulu waktu SMA tahun 1980. Aku punya tetangga wanita. Dia juga SMA tapi sekolah Madrasah. Aku suka dia. Tapi dia cuek saja. Mungkin karena sangat cantik. Aku tidak pede dekatin dia.  Kalau pergi sekolah aku jalan kaki dan dia juga jalan kaki. Sekolahnya satu arah dengan sekolahku. Tetapi lebih jauh sekolah aku. Jadi kami pasti pagi jalan beriringan. Bertahun tahun, aku tidak tegur dia.


Pada satu waktu. Saat aku jalan di depannya. Dia terhenti. Berusaha menutupi pantatnya. Roknya sampai mata kaki. Dia menoleh kepadaku yang ada di belakang. Wajah putihnya bersemu  merah. Berusaha ditutupi wajahnya dengan jilbabnya. Saat aku akan melewatinya. Aku mau bertanya. Tapi ragu. Ah lewat aja. “Ale..” terdengar suara memanggil.


“ Ya Ria. Ada apa ?


Dia terdiam. Tapi dia berusaha menutupi pantatnya terus. Aku melihat dari dekat ada apa di pantatnya. “ Oh..darah.” kataku. “ Kamu datang bulan? kataku. Dia mengangguk. 


“ Ale, bisa bantu ke rumah aku. Bilang ke  bunda, aku datang bulan pas di tengah jalan.” Katanya menunduk “ Aku tunggu di rumah itu. " Katanya menunjuk rumah. " Aku akan minta izin sama yang punya rumah untuk ganti “ Katanya. Tanpa banyak tanya aku langsung jalan. Sampai di rumahnya aku ceritakan keadaan Ria.  Ibunya segera masuk ke rumah dan serahkan kantong plastik. Aku kembali lagi ke Ria. Dia tersenyum ” terimakasih Ale” Katanya. Aku mengangguk.


“ Aku duluan ya. Kawatir telat masuk kelas. Sekolah aku masih jauh” Kataku. Dia mengangguk.


Setelah itu walau kami sering jalan beriringan namun kami tidak pernah saling bersapa.  Di rumahpun aku jarang ketemu dia. Dan lagi akupun setelah pulang sekolah dagang di pasar. Hanya kalau pergi solat Magrib ke Masjid, saat melintasi rumahnya, aku sempatkan melirik ke dalam rumahnya. Dia lebih banyak di dalam rumah. 


Setamat SMA aku putuskan pergi merantau ke Jawa. Saat aku melintasi depan rumahnya dengan ransel besar dipunggungku. Ria berlari dari dalam rumah sampai depan teras “ Ale jadi juga pergi merantau ke jawa ? Tegurnya.


“ Ya Ria. “ Kataku. Jarak ku dengan dia sekitar 2 langkah.  Dia terdiam menatapku.  Tanpa ada kata kata.  Loh selama ini dia tidak pernah menatapaku langsung. Selalu menghindar. “ Ale hati hati ya.” Katanya dengan wajah kawatir. Aku lihat air matanya mengambang. Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Aku terus melangkah.  Dari jauh aku lihat ke belakang. Dia masih di teras. Dia lambaikan tangan ke arahku. Aku balas lambaian tangannya.


Dua tahun aku dirantau, aku dapat kabar Ria sudah menikah. Tentulah mudah jodoh untuknya. Dia cantik. Aku berdoa semoga dia bahagia dengan hidupnya. Akupun sibuk dengan hidupku.


***


Tahun 2008, aku dapat undangan untuk ikut rombongan presiden kunjungan kerja ke Pulau Bintan meresmikan proyek Pariwisata. Dari Hong Kong aku terbang ke Singapore dan pakai fery ke Pulau Bintan. Di Pelabuhan fery badanku sudah terasa meriang. Karena sudah lebih 3 bulan aku kurang tidur. Maklum penghujung tahun 2008 adalah hari hari yang berat. Instrumennt pasar uang jatuh semua. Bursa juga pada rontok. Sebagai pengelola portfolio investasi, aku berusaha berselancar di gelombang pasar yang tidak bersahabat itu. 


Dalam perjalanan asam lambungku kumat. Aku berusaha tenangkan diri. Sampai di demarga Tanjung Pinang. Aku pesan aqua di warung yang ada di dermaga. Saat mataku menatap penjual itu, aku merasa melihat masa ramajaku. Wanita penjual itu tersenyum. “ Ale..” Tapi badanku terhuyung. Keringat dingin membasahi tubuhku. Wanita itu menahan tubuhku agar tidak jatuh. Dia dudukan aku kursi. Dia beri aku air hangat. Itu sangat membantu mengurangi asam lambungku. Aku bisa tegar kembali.  


“ Ale demam.” Katanya.


“ Aku engga apa apa Ria. Kamu mau kemana ?


“ Aku tinggal di Tanjung Pinang. Aku kerja di warung itu” Katanya menunjuk warung. “ Ale ada apa ke Tanjung Pinang?


“ Aku mau menghadiri undangan peresmian proyek Wisata di Pulau Bintan. Aku nginep di Hotel Nirwana bersama rombongan presiden” Kataku dengan keadaan masih lemas. Tidak berapa lama jemputan dari hotel datang. Ria antar aku sampai ke kendaraan. Aku pegang lengan Ria “ Jangan tinggalkan aku, Ria. “ Kataku dengan suara lemah saat mau masuk ke dalam kendaraan.


“ Ya Ale, aku akan ikut kamu. “ Kata Ria. Dia duduk di sebelahku. Entah mengapa aku tertidur. Baru aku sadari ketika sampai di hotel, aku tertidur dipundaknya dan dia tahan dengan tangannya selama dalam perjalanan.


“ Terimakasih. Setelah acara aku kembali ke dermaga dan terus pulang ke Jakarta lewat Singapore. “ Kataku salah tingkah. Tapi Ria tersenyum. 


Sampai di hotel. Staff ku dari kantor di Singapore yang sudah tunggu di loby hotel. “ Pak sakit apa ? Katanya menyerahkan kunci kamar. Ria antar aku ke kamar bersama staf ku. 


“ Pak acaranya besok pagi. Apa bapak mau kembali hari ini dan batalkan hadir dalam acara atau tetap tinggal di sini ? Saya panggilkan dokter?


“ Panggil dokter sekarang” kataku


“ Siap pak.” 


Kakiku terasa dingin. Aku sempat muntah di kamar mandi. Ria bantu aku bawakan air hangat. Wajahnya keliatan kawatir. Tetapi aku tetap senyum.” Engga apa apa. Sebentar lagi dokter datang. “ kataku.


Tak berapa lama dokter datang ke kamar hotel. Setelah makan obat. Aku sholat Lohor dan Asahar digabung. Terasa  ngantuk sekali dan tertidur. Ketika terjaga, aku lihat Ria tertidur di Sofa. Aku lirik jam di meja lampu kamar tidur. Jam menunjukan pukul 3.40 pagi. Oh artinya aku tertidur lebih 12 jam. Badan terasa bugar. 


Pikiranku langsung ke Laptop. Bersegera aku sambar tas untuk ambil komputer. Buka akses ke jaringan Safenet. Aku terkejut.  Reposisi aset yang aku rancang sebelumnya, semua recovery bahkan lebih solid dibandingkan sebelum kejatuhan Lehman. 12 jam lebih berlalu dalam diam, tanpa aku kawatirkan apapun, telah menyelamatkan aku dari prahaha selama 3 bulan.  Terimakasih Tuhan. Kadang kita perlu menjauh dari kerusuhan dan berhenti barang sejenak. Selanjutnya biarkan waktu yang menyelesaikan. 


Aku ke toilet dan berwudu. Sholat jama’a Maghrib dan Isya dan kemudian di lanjutkan dengan sholat Tahajud.  Usai sholat Tahajud aku lihat Ria sudah bangun. Dia duduk di sofa tersenyum kearah aku. “ Ria engga pulang? 


“ Aku kawatirkan Ale. “ Katanya. “ Ale, sudah sehatan ?


" Ya Alhamdulilah. Sudah sehat. "Kataku tersenyum. " Ria udah makan? 


" Kamarin staff Ale pesankan makanan ke room service. Dia temanin aku makan di kamar. Dia cerita, Ale boss yang jarang bicara dengan staff. Tapi baik. " Kata Ria tersenyum.  Tapi aku baru sadar. Wah dia kan istri orang. Gimana dengan suaminya kalau tahu dia tidur di kamar bersama pria lain. “ Duh maafkan aku Ria. Seharusnya sebelum tidur, aku titipkan kepada staff ku antar kamu pulang. Apa kata suami kamu, kalau tidak pulang?


“ Suamiku sudah meninggal. Aku sudah telp ke anakku. Dia sudah tahu aku tidak pulang. “


“ Oh..” aku ikut berimpati dengan keadaanya yang menjanda.


“ Engga apa apa. Aku sudah 10 tahun hidup sendiri.” Katanya tersenyum. 


Subuh masuk, kami sholat berjamaah. Ria selalu menggunakan baju kurung dan berhijab. Jadi tanpa mukena dia tetap sholat. " Dulu waktu kita di Lampung, setiap maghrib aku selalu menanti suara Azan Ale di Masjid. Kalau bulan puasa aku sering dengar  lewat speaker suara Ale tadarusan. Suaranya merdu sekali. " Kata Ria usai sholat. " Kini aku kesempatan sholat berjamaah dengan Ale...Duh puja puji Allah." Lanjut Ria. Aku tatap dia sekilas. Aku tersenyum dan melangkah kearah meja. " Kini Ria jaga kesehatan ya. Kalau ada apa apa telp aku. Janji ya." kataku. Dia menatapku dan cepat menundukkan kepala.


Aku kembali ke laptop. Aku sedang euforia. Aku sibuk telp semua team ku yang ada di Hong Kong dan Eropa untuk focus jaga posisi. Selama itu, mungkin Ria perhatikan aku. Setelah selesai koordinasi. Aku kembali ke Sofa. " Hebat Ale. Enga kebayang kalau Ale yang aku kenal semasa remaja.  Pria yang sholeh, patuh kepada kedua orang tua, sudah mandiri sejak SMA. Kini jadi orang hebat. Tinggal di holel mewah. Ikut rombongan presiden. Tapi tetap menjaga sholatnya. Tetap rendah hati " Kata Ria. Aku tatap dia tapi dia cepat menundukkan kepala. Akhirnya aku hanya senyum.


Jam 7 pagi. Aku minta staf ku antar Ria  pulang. Sebelum masuk kendaraan aku serahkan amplop. “ Beri kesempatan aku mencintai anak yatim bersama kamu. Jaga diri baik baik ya Ria” kataku. 


“ Ale, tidak perlu. Aku baik baik saja.” Katanya. Aku tetap sorongkan uang ketangannya. Akhirnya dia terima juga. 


“ Terimakasih Ale.” 


Semua dollar yang ada di tas selempangku aku serahkan semua ke Ria. Ada lebih USD 10,000. Uang itu tidak ada artinya ketika dia berkata “ aku kawatirkan, Ale”. Tanpa ketulusan cinta, dia tidak mungkin mengatakan itu dan mau tinggal di kamar menjagaku.  


Sejak itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Ria, namun doaku selalu ada untuknya.  Belakangan tahun 2013, Aku minta Florence mencari tahu tentang Ria. Karena Florence tinggal di Batam. Dari Florence aku dapat kabar Ria tinggal bersama putri dan menantunya di Pakan Baru. 


“ Berkat uang dari kamu, Ria bisa buka toko di Pakan Baru, dan berkembang. Kini usaha itu dilanjutkan oleh Anak dan menantunya. “ kata Florence. “ Tapi dia malu untuk telp kamu. Katanya dia sudah senang bisa ketemu sekali dengan Ale-nya. Dia akan selalu doakan kamu, Ale.” Lanjut Florence.



Saturday, February 04, 2023

Idealisme ?


Rahmat teman SMP ku. Ayahnya kepala sekolah. Dia memang pintar di sekolah. Beda denganku yang setiap dapat lapor sekolah dengan nilai  rata rata lepas makan alias sekedar naik kelas. Walau rumahku dinding gribik dan rumahnya berdinding beton, tidak menghalangi keakraban kami. Dia lemah dalam hal matematika. Dan aku suka matematika. Mungkin karena alasan itu dia ingin berteman denganku. Entahlah. Yang pasti dia suka ke rumahku. Selalu memuji masakan ibuku enak katanya.


Akupun sering ke rumahnya. Ayah nya nasehati kami agar belajar keras dan cita cita harus tinggi. “ negeri ini perlu para sarjana hebat untuk membangun negara. Mengangkat mereka dari kubangan kemiskinan. Pak Harto punya mimpi menjadikan Indonesia macan Asia. Kehebatan sarjana kalau mereka berakhlak mulia. Tulus mengabdi kepada tugas yang diemban.” Nasehatnya kepada kami. 


“ Ale punya cita cita apa ? Tanya ayahnya


“ Saya tidak tahu pak. Keluarga kami miskin. Mau berharap beasiswa aku tidak pantar."


Setelah tamat SMP kami berpisah. Beda SMA. Tapi kadang dia datang main ke rumahku. Di kamarku, kami cerita tentang teman teman kami di sekolah. Dia sekolah Kristen dan aku sekolah negeri.


“ Ini radio rongsokan. Untuk apa, Ale.? Katanya melihat ada rongsokan radio tanpa casing di laci meja belajarku.


“ Itu bukan rongsokan. Itu radio aku buat sendiri.” 


“Eh dulu kan waktu SMP kita punya pelajaran prakarya elektronik. Aku tidak paham. Sepertinya kau pun tidak paham. Waktu praktek, kau hanya bisa buat bel. Kenapa sekarang kau bisa buat Radio “ Katanya.


“Aku hanya ciplak design di buku prakarya elektronik. Aku beli papan transistor dan transistor nya, termasuk speaker dan baterai. Kemudian aku susun transistornya dengan las timah. Jadilah radio. Sekedar menangkap saluran BBC london, lumayanlah “


“ Untuk apa BBC London “


“ Aku perlu belajar bahasa inggris dari radio. “ 


“ Mau keluar negeri kau ? 


“ Nanti kalau aku merantau ke Jakarta, aku bisa cari makan dari touris guide. Setidaknya skill ku bertambah. Bukan hanya skill masak, menjahit dan perbaiki jam. Dengan skill itu aku bisa bertahan hidup di rantau.” kataku. Dia tersenyum dan sepertinya dia tidak antusias mendengar alasanku. Dia justru minta aku mendengar mimpinya untuk jadi insinyur dan setelah itu kuliah di luar negeri.


“Mengapa kamu tidak bercita cita?


“Aku hanya ingin merantau. Setelah di rantau entah lah. Yang penting merantau saja.”


“ Aku mau masuk universitas di Jawa” katanya. 


Kelas 3 SMA kami sudah jarang bertemu. Pernah malam minggu dia jalan bersama Amoy cantik di depan aku dagang kaki lima di pojok pasar. Aku berusaha menegurnya, tapi dia melengos seperti tidak kenal. Aku maklum. Dia asik dengan pacarnya. 


Tamat SMA sebelum pergi merantau ke Jakarta, aku bertemu dengan Rahmat di kios photo copy. “ Aku mau ke Bandung, ale” katanya. “ Gimana dengan kau? tanyanya.


“ Aku ke Jakarta. “


“ Kuliah dimana ? 


Aku menggeleng.. “ Aku doakan saja semoga cita cita mu terkabulkan” kataku.


“ Terimakasih Ale. Niatku sekolah tinggi agar aku bisa jadi PNS dan bisa membantu orang miskin seperti kamu.”


“ Amin Ya Allah “ 


***


Tahun 87 aku dapat cerita dari teman SMP ku. Rahmat bekerja sebagai PNS setelah meraih gelar insinyur pertanian di Bogor. Tahun 87 aku sudah punya pabrik carrugated box.  Aku sudah mengikuti kursus singkat Akuntansi management. Karena aku perlu pengetahuan menganalisa laporan keuangan perusahaan. Aku juga kursus Management Usaha Baru agar aku mengerti bagaimana mengelola manufaktur. Ikut program pendidikan dan pelatihan ekspor yang difasilitasi pemerintah. Tahun 90 aku dapat cerita lagi, Rahmat dapat beasiswa ambil S2 dan Phd di AS. Aku senang. Karena cita citanya terkabul. 


Tahun 2002 aku dapat kabar , posisi rahmat sudah eselon di kementrian. Tahun 2004 aku hijrah bisnis ke China. Tahun 2006 pada satu acara seminar di Hong kong tentang Trade agriculture aku bertemu dengan Rahmat. Saat itu aku sedang mengembangkan bisnis Maklon.


“Ale ! Sapanya, tapi kesannya terkejut ketika melihatku hadir dalam seminar itu.” Ale kerja dimana ?


“ Aku engga kerja. Tapi dagang, Mat.” 


“ Alumni universitas apa ?


Aku menggeleng.


“ Kenapa ikut seminar ini ?


“ Ya inikan seminar tentang international trade bidang agriculture. Aku ingin tahu kuridor WTO. Ini penting untuk wawasan bisnis international ku.” Kataku.


“Ale apa ngerti materi seminar yang disampaikan? katanya dengan senyum satire.


Aku mengangguk. Tapi Rahmat tidak merindukan aku teman semasa remajanya. Dia cepat berlalu bergabung dengan teman temannya. Aku maklum. Walau sebenarnya aku merindukannya.


***

Tahun 2012.Bersama dengan mitra globalku dari China, AS dan Hong kong, aku sudah punya Holding international di Hong Kong. Di Indonesia aku juga punya holding bidang perkebunan, perikanan, manufaktur, Trading, Agro Industri. Saat itu unit bisnisku bidang pengolahan makanan kemasanku semakin sulit berkembang. Karena bahan baku gula dan garam yang semakin mahal. Kalau aku tidak cari akal, bisnisku terancam bangkrut akibat rente impor. Aku harus berusaha surival. Aku cukup punya pengalaman  berbisnis jatuh bangun akibat bisnis rente dari pesaingku.


“ Wi, cari orang yang sering diakses diam diam oleh pejabat. Ada tapi tiada. “ Kataku kepada asisten bisnisku.


“ Untuk apa ?


“ Gua mau ambil quota impor. Ini udah engga fair mainnya. Kalau kita ngalah, kita hanya jadi penonton bego. Pabrik makanan kita bisa tutup karena itu. “


“ Siap Bro. Paham gua”


Seminggu kemudian Awi ketemu aku. “ Ini orang nya yang kamu maksud itu” katanya memperlihat photo di gadget dia. “ Namanya Dewi. Dia punya stok cewek sekelas seleb. Bukan hanya sekedar goyang ditempat tidur tapi juga enak dianjak kencan. Ngomong pinter dan wawasan ok punya. Pelanggannya semua AAA rate punya” Kata Awi. AAA yang dimaksud adalah pejabat level tinggi.


Sebulan kemudian Dewi kena kasus dan diberitakan secara nasional. Kasus mucikari artis. “ Bro, dia udah gua bebaskan. Dia mau kerja untuk kita” Kata Awi.


“ OK, coba test. Gua mau lihat pejabat ini makan malam di Singapore dengan anak  buah dia. Kalau benar dia bisa atur, ya udah. Kita lanjut pekerjakan dia” Kataku sebutkan nama pejabat yang aku maksud.


“ Siap Bro.”


Benarlah. Satu waktu aku dan Awi ke Singapore. Kami makan di marina bay. Sesuai jadwal yang ditentukan. Aku lihat dari table lain. Anak buah Dewi masuk bersama pejabat yang aku maksud.


“ Top punya anak buah dia Wi. Ok kita perkerjakan dia. “ Kataku “ Jangan lupa training Dewi bagaimana berbisnis dengan benar dan formal. Pastikan kita tidak terhubung secara legal dengan dia. Jangan pernah sebut nama saya, apalagi kenalkan dengan saya“ Lanjutku.


“ Siap Bro, Kata Awi.


Selanjutnya Dewi di create oleh Awi jadi business lady yang terhormat. Termasuk siapa saja yang harus di lobinya untuk melancarkan bisnis kami. Menentukan anggaran lobi. Para anak buahnya tidak lagi jadi komoditi tapi jadi PR high class. Awi jadi malaikat mereka. Kerjaannya mengurus quota impor komoditi. Ya dapat remah remah aja. Bisnis Quota kelas capung aja. Tapi lumayan untuk mempertahankan pabrik makananku tidak nyunsep karena kartel impor.


***

Januari 2023, aku tidak lagi bergitu aktif dalam management perusahaan. Semua unit business dikelola oleh profesional. Awi datang kepadaku. “ Ale, ini ada pensiunan pejabat. Dia cocok jadi Komut untuk perusahaan Dewi. Dia bisa jadi mentor dan sekaligus memperlancar kerjaan Dewi. “ Kata Awi. Tapi karena aku sibuk, aku diamkan saja. Sebulan kemudian, aku minta Awi atur aku bertemu dengan calon komut. Pertemuan di apartement khususku menerima orang yang terkait dengan business informalku.


Ketika pintu apartement terkuak, pria yang tidak asing melangkah mendekatiku yang menanti di sofa ruang tengah. “ Rahmat ! Kataku terkejut. 


“ Ale..” 


Rambutnya sudah memutih sebagian. Dia memelukku. Kemudian dia merasa kikuk.  Dia lama menatapku  “ Ale, benar ini Ale yang aku kenal ? 


Aku mengangguk.  Dia rangkul aku lagi. 


“ Aku pensiun tahun kemarin. Posisi terakhirku sebagai pejabat membidangi bantuan international  berkaitan dengan FAO..” Katanya. “ Boleh tanya. Apa hubungan Ale dengan perusahaan Ibu Dewi?


“ Engga ada hubungan. Itu perusahaan pemegang saham pengendali adalah Pak Awi ini.” kataku menunjuk Awi yang duduk di depanku. “ Kebetulan kantor tempatku kerja diminta sebagai konsultan rekrutment. " 


Rahmat mengangguk." Aku dapat informasi dari Bu Dewi, bisnis PT dia  kan bidang impor pangan. Gula dan Garam ya ? Kata Rahmat.

Aku menganguk.


“ Bisa jelaskan keuntungan bisnis itu ? Kata Rahmat. Aku mempersilahkan Awi untuk jelaskan.


“ Hitung aja  cost struktur impor. Harga gula mentah di pasar New York pada 31 desember 2022 tercatat sebesar US¢20,89  per pound atau US$420 per ton.  Ditambah dengan ongkos transport, asuransi, dan pengolahan senilai US$200 per ton,  maka harga di pabrik gula rafinasi menjadi US$629 per ton. Dengan kurs tengah BI 32 januari Rp. 15.000. Maka harga pokok siap jual Rp. 9.435. Ada disparitas yang sangat lebar antara harga luar negeri dan lokal. Sekitar Rp 2000. Inilah untungnya. Hitung aja berapa uang didapat kalau dapat quota 100.000 ton saja. “ kata Awi.


“ Kalau garam impor ?


“ Hitung aja. Harga impor sampai di pelabuhan Rp 1300/kg. Harga Distributor tebus garam  Rp 3000/ kg. Minimal Quota ya 60.000 ton untuk satu shipment. Itu untung Rp 1700/kg, itu kan Rp 100 miliar per kapal. “ kata Awi. Rahmat diam tanpa reaksi. 


“ Gula impor setahun hampir 4 juta ton. Dan garam sekitar 2 juta ton setahun. Yang saya tahu total impor garam mencapai lebih 2 juta ton setahun” Kata Rahmat. Aku mengangguk. Karena jelas Rahmat sangat paham bisnis dan kebijakan pemerintah soal impor. Rahmat lama terdiam, seakan berpikir. 


“ Ale,” Seru rahmat”  dari sejak aku jadi PNS, aku tidak suka dengan pengusaha pemburu rente. Karena mereka merugikan petani. Melemahkan daya saing. Aku ingin berbakti dengan pengetahuanku untuk bangsa dan negara. Aku ingin menjadikan petani sebagai profesi yang bergensi di republik ini.Tapi sejak era Soeharto sampai kini, tidak ada perubahan. Bahkan kini pengusaha sudah bisa dikte menteri. Seenaknya perintah Dirjen. Mungkin karena aku selalu berseberangan dengan kebijakan pemerintah, jabatanku mentok sebagai pejabat fungsional saja. Sampai pensiun.” Katanya.


“ Jadi…” Kataku.


“ Selama di PNS idealisme ku tidak tersalurkan. Kalau aku mau menerima posisi Komut. Itu karena aku bukan lagi PNS. Kini aku jadi orang swasta. Tidak ada salahnya aku mendapatkan uang tanpa idealisme. Aku butuh biaya. Dua anakku semua masih kuliah. Aku menikah telat Ale.“ Kata Rahmat. 


Aku tersenyum dan mengangguk. 


Usai meeting, Aku bisikan Awi untuk pulang sendiri. Sementara aku keluar dari apartemen bersama Rahmat. “ Kau bawa kendaraan Ale.?

“ Aku engga punya kendaraan Mat’

“ Kalau begitu aku turunkan kau dimana ?

“ Arah kau kemana ?

“ Ke Depok.”

“ Ya udah turunkan aku di Pancoran. Nanti dari sana aku naik taksi. “ kataku.


Dalam kendaraan rahmat cerita tentang pengalamannya ambil S2 dan S3 di AS. Lingkungan pergulannya dengan teman temannya di kementerian yang sama sama dapat program beasiswa ke luar negeri. Aku menyimak saja. Dalam hati aku berkata. Pada akhirnya Rahmat harus berdamai dengan kenyataan. Dia memang pintar tapi tidak cukup cerdas. Mungkin banyak PNS dan pejabat yang merasa idealis namun tanpa disadari mereka terjebak dalam intrik bisnis yang berkompetisi menguasai sumber daya negeri ini. Banyak  regulasi dan tata niaga lahir dari ruang legislatif atas pesanan pengusaha, di create oleh mereka yang terpelajar atas beasiswa negara.  Sehingga peran orang seperti Rahmat hanya jadi boneka sistem yang berpihak kepada mereka yang menguasai 2/3 sumber daya nasional.


Di usia senja Rahmat harus focus kepada masa depan anak dan keluarganya. Mungkin idealisme seperti itulah kemampuannya. Walau dia bangga dengan pencapaian dan niat besarnya, namun dia tak lebih pecundang di hadapan politik kapitalisme. Sementara aku yang tidak terpelajar berusaha menjadi bapak bagi ribuan karyawaanku. Walau karena itu aku berada diantara hitam dan putih.  Hidup dalam posisi volatile. Seperti orang menari dan menyanyi diatas panggung. Tanpa tepukan, tanpa kebanggaan. Soal masa depan negeri ini, itu urusan Tuhanku. 

Hijrah dari atmosfir kemiskinan

  ” Udah tembus 16 ribu rupiah harga beras sekilo. Gula juga udah tembus 17 ribu rupiah. Cepat sekali berubah harga. Sebentar lagi listrik j...