Saya bertemu dengan Chang di Beijing. “ Ada uang USD 250 miliar di London. Tersebar di beberapa bank offshore dan dikelola melalui rekening trustee. Ini berkaitan dengan transaksi ilegal selama hampir satu dekade. Transaksi ini dilakukan dengan penyamaran yang sangat rumit. Sehingga Iran bisa leluasa melaksanakan perdagangan dunia walau sistem keuangan internationalnya di Embargo PBB” Kata Chang.
“ Bagaimana itu bisa terjadi tanpa ada channeling yang legitimate.? tanya saya.
“ Mereka gunakan bank kecil di Xinjiang, yang terhubung dengan Kazakhtan dan dibantu oleh Rusia” kata Chang dan saya tersenyum. Tanpa keterlibatan intelijent china mana mungkin bank di Xinjiang bisa jadi channeling yang beresiko secara international. Saya dapat maklumi setiap ada kepentingan geostrategis AS dan Barat, pastilah juga ada kepentingan Rusia dan China. Negara ketiga hanya jadi medan tempur saja. Hanya saja Iran lebih cerdas. Dalam negeri mereka bersatu untuk melawam setiap hegemoni asing, berusaha bersahabat dengan siapapun demi kepentingan nasionalnya.
“ Cobalah tempatkan ke designated account saya. Selanjutnya urusan saya. “ Kata saya. Chang percaya saya. Dia tahu reputasi saya. “ Terimakasih, kamu memang sahabat yang baik. Ingat kita bersaudara dalam persahabatan dan kemanusiaan. Tentu tidak mungkin antar sahabat saling mengecewakan. “ Katanya memeluk saya.
***
“ Saya perlu pinjaman untuk membuka LC ke China. Bisnis besi rel kereta. China akan replace bantalan kereta dengan beton. Besi akan di lelang. Offtaker sudah ada. “ Kata Patricia. Dia perlihatkan kontraknya dengan offtaker. Bagi saya ini underlying yang qualified untuk transaksi miliar dollar.
Petricia wanita Hong Kong tapi ayahnya dari Inggris. Suaminya banker di London. Saya sanggupi membantunya lewat shadown banking saya. Skema saya atur lewat Blocking payment dari bank papan atas di Zurich. Dia senang. “ Ada baiknya kita segera ke Zurich “ kata saya. “ Tentu suami kamu bisa dengan mudah mengatur pinjaman onshore lewat blocking payment itu “ kata saya tersenyum. Dia menyanggupi segera terbang ke Zurich.
“Chang saya sudah ada rekening di Zurich, cobalah kirim USD 1 mliar” Kata saya via telp. Sebelumnya saya sudah kirim email ke Chang. “ B, saya sudah perintahkan banker saya kirim uang ke rekening kamu. Silahkan check besok di bank kamu. Selamat kerja “ katanya. Keesokannya saya bisa kirim blocking payment sebesar USD 1 miliar ke bank tempat suami Patricia bekerja.
“ Untuk jaminan LC hanya perlu USD 250 juta dan sisanya mau diapain ? Kata suami Patricia.
“ Tetap dalam bentuk block payment atau blocking fund tapi on call “ Kata saya. Dia bisa atur instrument on call itu.
***
Saya tidak yakin Peter Cha berhati malaikat. Dia memang sering bicara tentang humanitarian seperti sales MLM. Saya kenyang terhina karena kemiskinan dan kelemahan. Seumur hidup saya tidak pernah dapat deal yang too good to be true. Bagi saya yang terlahir dari situasi yang keras dan tidak ramah, omongan Cha bagaikan orang bermimpi bersama secangkir kopi. Saya tahu diri saja. Kalau ada yang menawarkan kemudahan, itu artinya dia sedang berbohong dan sekaligus ingin jadikan saya keset kaki. Saya engga mau begitu.
Koneksinya dengan teman malaikatnya di Tokyo itu sesuatu yang lain. Jonson, trader di Hangseng pernah cerita ke saya soal kecanggihan lobi trader tersebut di BBA. Dengan mengandalkan kehebatan tradernya itu, Peter berusaha membujuk orang punya uang bertaruh dan kemudian berharap di masa depan laba berlipat. Ya semacam HYIP. Saya bukan tidak suka laba berlipat tetapi tidak suka tergantung mimpi dari orang lain. Saya ingin hidup dengan kedua tangan dan otak saya saja. Hidup dalam realitas dan tahu diri, itu aja.
Kedatangan saya di Tokyo pada musim dingin tahun 2009 disambut oleh Peter. “ Kalau bukan karena rekening offshore kamu di Eropa engga mungkin ular kobra mau keluar dari lubang setelah dia makan kenyang mangsanya. Mungkin sifat rakus ada pada setiap predator” Kata Peter. Dia seakan menyiratkan ke saya bahwa pertemuan dengan trader ini adalah peluang besar. Tidak semua orang punya kesempatan deal dengan trader itu. Kalaulah hasil DD terhadap rekening saya tidak qualified, tidak mungkin dia mau bicara bisnis.
Di ruang VVIP khusus ala shogun dengan taburan kesederhanaan yang ekslusif bersama Geisha berkimino dan bergincu tebal, pria AS tersenyum menyambut saya dan Peter. Dia peluk Peter dan menyalami saya. “ David. “ Katanya memperkenalkan diri. Saya mengangguk saja.
“ Ada ratusan trilion kontrak derivative secara global. Kita akan jual CDS dan pasti menang. Sedikitnya 0,05% setiap hari”Katanya mengawali tanpa basa basi. “ 0,05% per day! katanya menjentikan jari seraya menghembuskan asap cigarnya. Saya hanya mengangguk dan David puas. Malam itu Peter jamu kami dengan palayanan Geisha dan sake berkualitas tinggi. Walau setiap pria yang ada dalam ruang VVIP itu dapat jatah dua wanita Geisha, tetapi saya memilih tidak menerima layanan itu. Alasan saya masih lelah dan kurang tidur.
Keesokannya, Peter atur saya rapat dengan David di Kantornya. Dalam presentasi bisnis, memang David sangat ahli. Metode trading LIBOR dia kuasai sekali. Apalagi dia menggunakan pendekatan matematika yang rumit. Itu semua cara dia membenamkan persepsi ke pada saya. Dia lupa bahwa saya benar orang asia tapi saya petarung di hadapan Barat. Sehebat apapun dia, tanpa uang cash tidak mungkin skema Libor dapat terlaksana.
Money is the king. Dia bisa saja hebat mengakses financial instrument berbasis LIBOR tetapi cash di tangan lah yang bisa meleverage peluang itu. Saya paham posisi saya di hadapan David. Pertanyaan dasar saya adalah siapa yang menggerakan bunga Libor. Kalau masih manusia, maka itu artinya sistem yang pasti korup. Walau harus deal dengan sistem busuk itu, namun saya tidak ingin di leverage mereka. Saya harus leverage David, dan setidaknya menggiring dia kelubang toilet untuk saya buang tinja setelah kenyang makan.
***
“ B, saya kalah dalam lelang di China. Maafkan saya karena kamu sudah keluar sumber daya untuk membantu saya buka LC. “ kata Patricia dengan air mata berlinang saat bertemu saya di Macao di sebuah cafe.
Saya yakinkan dia bahwa saya tidak kecewa. Sebagai pengusaha saya siap gagal sebelum berhasil. Patricia bisa tersenyum namun tetap saja tidak menghilangkan kesan merasa bersalah di hadapan saya. “ Patricia, saya hanya memikirkan apa yang harus saya lakukan dengan cash collateral saya. Itu uang pinjaman juga dari China. Bukan uang saya. Saya harus bayar bunga” kata saya.
“ B, saya tidak tahu bagaimana caranya membayar kegagalan ini.” kata Patricia.
“ Oh saya tidak meminta kamu tanggung jawab.Ini resiko saya. Saya hanya sekedar bicara saja. Maafkan dan mari lupakan itu semua “ Kata saya berusaha tenang.
“ Katakan B, apa yang harus saya lakukan? kata Patricia dengan wajah kawatir.
“ Tenang saja. “ Saya tersenyum berusaha menentramkan hatinya.
Keesokannya, Patricia mengundang saya bertemu dengan suaminya di Hong kong. “ Pasar uang ini dikelola dan diarahkan oleh gerombolan perampok. Dan yang dirampok seluruh dunia. Maklum semua negara dan perusahaan menjadikan LIBOR sebagai acuan dalam setiap pemberian pinjaman dan transaksi derivatif. “ Kata suaminya. Saya menyimak.
“ Dana kamu itu bisa dijadikan cash collateral untuk transaksi SWAP. Saya punya terminal yang bisa kamu akses. Sehingga mudah bagi kamu tahu kemana pergerakan LIBOR akan terjadi setiap hari. Selanjutnya tugas kamu leverage pada pasar derivatif. “ Kata Suami Patricia. Saya tahu sistem DTC memang bisa diakses secara khusus dan setelah transaksi dilakukan bisa dihapus sendiri. Jadi tidak ada jejak. Tentu ini tidak gratis. Setiap hari saya beri suami petricia Fee, Uang kecil tapi termasuk besar bagi banker kelas madia.
Dengan pergerakan LIBOR yang bisa diatur oleh elite banker yang berkonspirasi dengan trader, maka sebenarnya para banker itu ketika suku bunga naik, mereka merampok para debitur KPR, credit card, kredit konsumsi. Dan ketika suku bunga turun, mereka sedang menambang uang tunai dari fee CDS. Kontrak derivative mencapai lebih dari USD 300 trilion setahun. Dengan ritme bunga floating itulah mereka mempermainkan pasar dan mengorbankan pasar secara global. Pilihan bagi saya hanya dua. Jadi korban naik turun LIBOR atau ambil advantage. Hanya dua memang. Korban atau mengorbankan. Saya bukan profesional yang punya skill untuk bertahan. Tidak juga keluarga kaya yang hidup dari ETF. Saya hanya orang biasa yang tidak terpelajar dan berusaha survival di tengah keterbatasan itu.
***
Selama setahun saya telah melewati kontrak derivatif berskala gigantik dengan berbagai pihak dan dengan berbagai mata uang. Selama setahun saya tidur hanya 3 jam. Transaksi dilakukan secara OTC. Selama setahun saya tidak pernah kalah. Selalu menang. Jadi cash collateral saya tidak pernah di call. Setiap hari saya menikmati spread bunga jual dan beli. Setiap tiga bulan saya ganti posisi dan ganti lawan. Jadi semua memang berjalan secara normal.
Saya keluar dari transaksi karena sadar operasi ini sudah tercium otoritas. Apalagi setelah kasus Lehman, pengawasan sangat ketat. Saya keluar. Semua keuntungan hampir USD 8 miliar sudah saya layering lewat 144 A. Saya pindahkan uang cash ke MTN yang diterbikan Bank AAA. Benarlah, tiga bulan setelah keluar, pada tahun 2012 pasar uang terguncang oleh skandal LIBOR.
Suami Patricia ditangkap aparat. Bukan karena saya tetapi karena keterlibatanya dengan trader di Tokyo, David. Patricia sendiri sudah bercerai dengan suaminya sejak 6 bulan saya masuk dalam putaran transaksi. “ Uang membuat dia liar. Setiap hari dia mabuk dan pesta sex dengan teman temannya” Kata Patricia dengan wajah sendu dibalik selimut saat bersama saya di Conrad Hotel. Dia justru mengkawatirkan saya karena skandal LIBOR itu. Itu saya rasakan ketika dia memeluk saya. Seakan dia tidak ingin terjadi hal yang buruk terhadap saya. Entahlah. Apakah dia tulus atau tidak. Namun setelah dapat fee USD 5 juta dari saya, dia tidak pernah menghubungi saya lagi.
Tetapi saya baik baik saja. Karena asal usul uang saya clean dan itu berasal trade financing yang legitimate. Pada setiap putaran transaksi didukung kontrak yang legal. Semua bank dan institusi keuangan yang terlibat memilih membayar denda atas skandal itu. Tapi korban akibat itu, sampai ini masih membekas dan membuat sistem moneter di Eropa dan AS semakin rentan. Tentu berimbas kepada negara ketiga. Entah siapa yang salah, ku tak tahu. Tetapi kapitalisme memang menyediakan medan bertarung. Yang kuat yang menang. Yang lemah jadi pecundang.